Kapal Induk AS dan China Dikerahkan di Laut China Selatan, Kuat Mana?
loading...
A
A
A
"Latihan oleh kapal induk China dapat membangun posisi pertahanan maritim yang lebih luas, menjaga wilayah pesisir China, dan menjaga aktivitas militer AS," bunyi laporan tabloid tersebut mengutip Wei.
Tetapi seorang analis AS menggambarkan kehadiran Liaoning di Laut China Selatan sebagai hal biasa untuk musim semi ketika kondisi cuaca kondusif untuk pelatihan. "Liaoning turun ke sana sepanjang tahun ini (untuk mempraktikkan) pelatihan pertahanan udara dan tembakan langsung," kata Carl Schuster, mantan direktur operasi di Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik AS.
Pada hari Senin, lebih dari 1.700 tentara AS dan Filipina memulai latihan militer selama dua minggu. Demikian laporan Reuters yang mengutip kepala militer Filipina Letnan Jenderal Cirilito Sobejana.
Menurutnya, latihan itu akan difokuskan pada pengujian kesiapan pasukan AS dan Filipina untuk menanggapi peristiwa seperti serangan ekstremis dan bencana alam.
Latihan digelar setelah Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada Minggu mengusulkan kepada mitranya di Manila, Delfin Lorenzana, cara untuk memperdalam hubungan antara militer AS dan Filipina.
Menurut pernyataan Pentagon, proposal tersebut mencakup cara-cara untuk meningkatkan kesadaran situasional dari ancaman di Laut China Selatan dan muncul setelah massa kapal-kapal milisi maritim Republik Rakyat China baru-baru ini di Whitsun Reef, di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina di Kepulauan Spratly.
Washington dan Manila terikat oleh perjanjian pertahanan bersama, yang menurut para pejabat dapat berlaku jika ada tindakan militer China terhadap kapal pemerintah Filipina di sekitar Whitsun Reef.
Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr pada hari Sabtu men-tweet bahwa dia akan bekerja agar serangan terhadap pesawat sipil Filipina memicu bantuan pertahanan timbal balik.
Komentar Locsin muncul setelah kru media Filipina mengatakan pekan lalu bahwa kapal sewaan mereka dikejar oleh kapal rudal China saat mendekati wilayah yang disengketakan di rantai Kepulauan Spratly.
Tetapi seorang analis AS menggambarkan kehadiran Liaoning di Laut China Selatan sebagai hal biasa untuk musim semi ketika kondisi cuaca kondusif untuk pelatihan. "Liaoning turun ke sana sepanjang tahun ini (untuk mempraktikkan) pelatihan pertahanan udara dan tembakan langsung," kata Carl Schuster, mantan direktur operasi di Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik AS.
Pada hari Senin, lebih dari 1.700 tentara AS dan Filipina memulai latihan militer selama dua minggu. Demikian laporan Reuters yang mengutip kepala militer Filipina Letnan Jenderal Cirilito Sobejana.
Menurutnya, latihan itu akan difokuskan pada pengujian kesiapan pasukan AS dan Filipina untuk menanggapi peristiwa seperti serangan ekstremis dan bencana alam.
Latihan digelar setelah Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada Minggu mengusulkan kepada mitranya di Manila, Delfin Lorenzana, cara untuk memperdalam hubungan antara militer AS dan Filipina.
Menurut pernyataan Pentagon, proposal tersebut mencakup cara-cara untuk meningkatkan kesadaran situasional dari ancaman di Laut China Selatan dan muncul setelah massa kapal-kapal milisi maritim Republik Rakyat China baru-baru ini di Whitsun Reef, di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina di Kepulauan Spratly.
Washington dan Manila terikat oleh perjanjian pertahanan bersama, yang menurut para pejabat dapat berlaku jika ada tindakan militer China terhadap kapal pemerintah Filipina di sekitar Whitsun Reef.
Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr pada hari Sabtu men-tweet bahwa dia akan bekerja agar serangan terhadap pesawat sipil Filipina memicu bantuan pertahanan timbal balik.
Komentar Locsin muncul setelah kru media Filipina mengatakan pekan lalu bahwa kapal sewaan mereka dikejar oleh kapal rudal China saat mendekati wilayah yang disengketakan di rantai Kepulauan Spratly.