Malunya AS, Rudal Hipersoniknya Gagal Lepas dari Pesawat saat Uji Coba
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) dibuat malu dalam uji coba rudal hipersonik pertama negara itu yang berakhir dengan kegagalan. Misil yang diuji coba gagal lepas dari pesawat pembawanya; pembom B-52.
Misi uji coba rudal hipersonik pertama Amerika pada hari Selasa di Point Mugu Sea Range milik militer di dekat Los Angeles seharusnya berfungsi sebagai demonstrasi lain dari kehebatan teknologi Angkatan Udara yang tak tertandingi.
Pada Selasa pagi, pembom B-52 era 1950-an lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Edwards membawa rudal hipersonik yang baru dikembangkan, yang disebut ARRW, yang dirancang untuk menghindari sistem pertahanan rudal saat terbang lebih dari lima kali kecepatan suara.
Tetapi senjata generasi berikutnya itu tidak dapat mencapai langkah kritis, yakni tahap melepaskan diri dari sayap pesawat.
"Rudal uji coba tidak dapat menyelesaikan urutan peluncurannya karena masalah yang tidak ditentukan yang ditemui di pesawat," bunyi pernyataan Angkatan Udara AS yang dikutip The Washington Post, Kamis (8/4/2021) malam.
“Meskipun tidak meluncurkan mengecewakan, tes baru-baru ini memberikan informasi yang sangat berharga untuk dipelajari dan dilanjutkan,” imbuh Brigadir Jenderal HeathCollins, pejabat eksekutif program direktorat persenjataan, dalam pernyataan tersebut. "Ini sebabnya kami uji," ujarnya.
Seorang juru bicara Lockheed Martin, yang mengembangkan rudal tersebut, merujuk semua pertanyaan wartawan ke Angkatan Udara. Seorang juru bicara Angkatan Udara menolak untuk memberikan rincian mengenai apa yang menyebabkan kegagalan peluncuran rudal, dengan alasan sifat sensitif pengembangan senjata AS.
Senjata hipersonik berada di pusat penumpukan senjata era Presiden Donald Trump yang dirancang untuk menegaskan kembali dominasi militer Amerika atas negara-negara pesaing seperti Rusia dan terutama China. Setelah diterjunkan, senjata semacam itu akan memperluas jangkauan kemampuan serangan presisi militer AS, memungkinkan Amerika Serikat untuk menetralkan target dengan pertahanan antipesawat yang kuat. Target yang mungkin dapat mencakup situs peluncuran nuklir negara musuh atau kapal perang.
Rudal seperti itu juga dapat memungkinkan pembunuhan presisi dilakukan lebih cepat dan dari jarak yang lebih jauh, memungkinkan Amerika Serikat untuk mengejar target yang lebih sulit dipahami.
Misi uji coba rudal hipersonik pertama Amerika pada hari Selasa di Point Mugu Sea Range milik militer di dekat Los Angeles seharusnya berfungsi sebagai demonstrasi lain dari kehebatan teknologi Angkatan Udara yang tak tertandingi.
Pada Selasa pagi, pembom B-52 era 1950-an lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Edwards membawa rudal hipersonik yang baru dikembangkan, yang disebut ARRW, yang dirancang untuk menghindari sistem pertahanan rudal saat terbang lebih dari lima kali kecepatan suara.
Tetapi senjata generasi berikutnya itu tidak dapat mencapai langkah kritis, yakni tahap melepaskan diri dari sayap pesawat.
"Rudal uji coba tidak dapat menyelesaikan urutan peluncurannya karena masalah yang tidak ditentukan yang ditemui di pesawat," bunyi pernyataan Angkatan Udara AS yang dikutip The Washington Post, Kamis (8/4/2021) malam.
“Meskipun tidak meluncurkan mengecewakan, tes baru-baru ini memberikan informasi yang sangat berharga untuk dipelajari dan dilanjutkan,” imbuh Brigadir Jenderal HeathCollins, pejabat eksekutif program direktorat persenjataan, dalam pernyataan tersebut. "Ini sebabnya kami uji," ujarnya.
Seorang juru bicara Lockheed Martin, yang mengembangkan rudal tersebut, merujuk semua pertanyaan wartawan ke Angkatan Udara. Seorang juru bicara Angkatan Udara menolak untuk memberikan rincian mengenai apa yang menyebabkan kegagalan peluncuran rudal, dengan alasan sifat sensitif pengembangan senjata AS.
Senjata hipersonik berada di pusat penumpukan senjata era Presiden Donald Trump yang dirancang untuk menegaskan kembali dominasi militer Amerika atas negara-negara pesaing seperti Rusia dan terutama China. Setelah diterjunkan, senjata semacam itu akan memperluas jangkauan kemampuan serangan presisi militer AS, memungkinkan Amerika Serikat untuk menetralkan target dengan pertahanan antipesawat yang kuat. Target yang mungkin dapat mencakup situs peluncuran nuklir negara musuh atau kapal perang.
Rudal seperti itu juga dapat memungkinkan pembunuhan presisi dilakukan lebih cepat dan dari jarak yang lebih jauh, memungkinkan Amerika Serikat untuk mengejar target yang lebih sulit dipahami.