Putin Tuduh Ukraina Provokasi Bentrokan dengan Separatis Pro-Rusia

Rabu, 31 Maret 2021 - 19:15 WIB
loading...
Putin Tuduh Ukraina Provokasi Bentrokan dengan Separatis Pro-Rusia
Putin tuduh Ukraina memprovokasi bentrokan dengan separatis pro-Rusia. Foto/Ilustrasi
A A A
MOSKOW - Presiden Vladimir Putin menuduh Ukraina memprovokasi konfrontasi bersenjata dengan separatis pro- Rusia dan gagal untuk menghormati perjanjian sebelumnya atas wilayah timur yang dilanda perang. Demikian pernyataan Kremlin dalam rilis terkait pembicaraan telepon Putin dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel.

Pernyataan selama panggilan telepon pada Selasa malam dengan Macron dan Merkel muncul tak lama setelah panglima tertinggi Ukraina menuduh Rusia melakukan penumpukan militer di dekat perbatasan Ukraina.

Panglima militer Ukraina itu juga mengatakan bahwa separatis pro-Moskow secara sistematis melanggar gencatan senjata dalam konflik di timur Ukraina.



Ketegangan telah berkobar dalam konflik yang telah menewaskan 14.000 orang sejak meletus pada 2014, menurut Ukraina. Kyiv dan Moskow saling menyalahkan atas serangkaian kekerasan yang baru-baru ini terjadi.

Dalam seruan Kremlin, Putin menyalahkan Ukraina dan mendesak Kyiv untuk melakukan dialog langsung dengan pasukan separatis lokal.

"Pihak Rusia menyatakan keprihatinan serius atas eskalasi konfrontasi bersenjata yang diprovokasi oleh Ukraina di sepanjang garis kontak dan penolakan efektifnya untuk melaksanakan perjanjian Juli 2020 untuk memperkuat rezim gencatan senjata," kata Kremlin seperti dikutip dari Reuters, Rabu (31/3/2021).



Jerman, Rusia, dan Prancis adalah bagian dari format Normandia yang juga mencakup Ukraina dan dibentuk pada tahun 2014 untuk mencoba menyelesaikan konflik di timur Ukraina.

"Putin, Merkel dan Macron juga membahas prospek untuk mendaftarkan vaksin COVID-19 Rusia, Sputnik V, di Uni Eropa, serta Libya, Suriah, kesepakatan nuklir Iran," kata Kremlin.

"Putin juga menjawab pertanyaan tentang politisi oposisi Alexei Navalny yang dipenjara," Kremlin menambahkan.
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1094 seconds (0.1#10.140)