Penumpukan Militer Rusia di Perbatasan Bikin Panglima Ukraina Ketar Ketir
loading...
A
A
A
KYIV - Rusia sedang membangun angkatan bersenjata di dekat perbatasan Ukraina adalah ancaman bagi keamanan negara. Hal itu dikatakan Panglima Tertinggi Ukraina Ruslan Khomchak, menuduh Moskow mengejar "kebijakan agresif" terhadap Kyiv.
Dalam sambutannya di depan parlemen, Khomchak juga menuduh separatis pro-Moskow secara sistematis melanggar gencatan senjata dalam konflik di timur Ukraina yang disepakati pada Juli 2020.
Ukraina dan Rusia saling menyalahkan atas lonjakan kekerasan dalam konflik tersebut, yang menurut Kyiv telah menewaskan 14.000 orang sejak 2014.
Pasukan pemerintah dan separatis pro-Rusia saling menuduh melanggar gencatan senjata, dan anggota parlemen mengatakan 26 tentara Ukraina telah tewas tahun ini, termasuk empat orang tewas oleh penembak jitu pekan lalu.
"Federasi Rusia melanjutkan kebijakan agresifnya terhadap Ukraina," kata Khomchak kepada parlemen seperti dikutip dari Reuters, Selasa (30/3/2021).
Khomchak mengatakan pasukan Rusia dari berbagai daerah telah berkumpul di dekat perbatasan Ukraina dengan kedok menjaga kesiapan tempur dan mempersiapkan latihan, melakukan peningkatan bertahap pasukan di dekat perbatasan negara bagian Ukraina.
"Konsentrasi tambahan hingga 25 kelompok taktis diharapkan, yang, bersama dengan pasukan yang sudah dikerahkan di dekat perbatasan negara bagian Ukraina, menimbulkan ancaman bagi keamanan militer negara," ujar Khomchak.
Dia menambahkan bahwa Moskow menahan 32.700 tentara di Crimea, yang dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014, sementara para perwira memerintahkan 28.000 prajurit separatis yang ditempatkan di wilayah pendudukan sementara di Ukraina timur.
Ukraina, negara-negara Barat dan anggota NATO menuduh Rusia mengirimkan pasukan serta senjata berat untuk menopang kelompok separatis. Moskow mengatakan hanya memberikan dukungan politik dan kemanusiaan kepada para pemberontak serta mengatakan warga Rusia yang bertempur di Ukraina adalah sukarelawan.
Dalam sambutannya di depan parlemen, Khomchak juga menuduh separatis pro-Moskow secara sistematis melanggar gencatan senjata dalam konflik di timur Ukraina yang disepakati pada Juli 2020.
Ukraina dan Rusia saling menyalahkan atas lonjakan kekerasan dalam konflik tersebut, yang menurut Kyiv telah menewaskan 14.000 orang sejak 2014.
Pasukan pemerintah dan separatis pro-Rusia saling menuduh melanggar gencatan senjata, dan anggota parlemen mengatakan 26 tentara Ukraina telah tewas tahun ini, termasuk empat orang tewas oleh penembak jitu pekan lalu.
"Federasi Rusia melanjutkan kebijakan agresifnya terhadap Ukraina," kata Khomchak kepada parlemen seperti dikutip dari Reuters, Selasa (30/3/2021).
Khomchak mengatakan pasukan Rusia dari berbagai daerah telah berkumpul di dekat perbatasan Ukraina dengan kedok menjaga kesiapan tempur dan mempersiapkan latihan, melakukan peningkatan bertahap pasukan di dekat perbatasan negara bagian Ukraina.
"Konsentrasi tambahan hingga 25 kelompok taktis diharapkan, yang, bersama dengan pasukan yang sudah dikerahkan di dekat perbatasan negara bagian Ukraina, menimbulkan ancaman bagi keamanan militer negara," ujar Khomchak.
Dia menambahkan bahwa Moskow menahan 32.700 tentara di Crimea, yang dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014, sementara para perwira memerintahkan 28.000 prajurit separatis yang ditempatkan di wilayah pendudukan sementara di Ukraina timur.
Ukraina, negara-negara Barat dan anggota NATO menuduh Rusia mengirimkan pasukan serta senjata berat untuk menopang kelompok separatis. Moskow mengatakan hanya memberikan dukungan politik dan kemanusiaan kepada para pemberontak serta mengatakan warga Rusia yang bertempur di Ukraina adalah sukarelawan.
(ian)