Makin Kacau, AS Pulangkan Staf Kedubes yang Tidak Penting dari Myanmar
loading...

Demonstran membakar ban dan sampah di jalanan Yangon, Myanmar. Foto/REUTERS
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) memerintahkan pemulangan pegawai pemerintah AS non-penting dan anggota keluarga mereka dari Myanmar karena khawatir terjadi kerusuhan sipil.
Sebanyak 521 warga sipil tewas dalam dua bulan protes terhadap kudeta militer 1 Februari, termasuk 141 orang tewas pada Sabtu, hari paling berdarah dalam kerusuhan itu menurut data Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
Para penentang kudeta telah menyerukan front persatuan dengan kelompok pemberontak etnis yang selama ini berperang melawan militer Myanmar.
Baca juga: Satu Juta Migran akan Tiba di Perbatasan AS-Meksiko Tahun Ini
Pemberontak telah berperang dengan pemerintah selama beberapa dekade untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar di daerah perbatasan yang terpencil.
Baca juga: Cegat Armada Bomber Rusia di Eropa, NATO Kirim Jet Tempur 10 Kali Sehari
Militer mengakui cengkeramannya yang lama atas kekuasaan dengan dalih sebagai satu-satunya lembaga yang mampu menjamin persatuan nasional.
Baca juga: Wow, Bulan Purnama Bantu Bebaskan Kapal Kandas di Terusan Suez
Pesawat militer membom wilayah pejuang etnis KNU pada akhir pekan, menyebabkan sekitar 3.000 penduduk desa melarikan diri ke Thailand.
Thailand membantah tuduhan dari para aktivis bahwa pengungsi dipaksa kembali ke Myanmar. Namun pejabat Thailand di perbatasan mengatakan tentara mengirim sebagian besar orang kembali karena dianggap aman di wilayah Myanmar.
Sebanyak 521 warga sipil tewas dalam dua bulan protes terhadap kudeta militer 1 Februari, termasuk 141 orang tewas pada Sabtu, hari paling berdarah dalam kerusuhan itu menurut data Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
Para penentang kudeta telah menyerukan front persatuan dengan kelompok pemberontak etnis yang selama ini berperang melawan militer Myanmar.
Baca juga: Satu Juta Migran akan Tiba di Perbatasan AS-Meksiko Tahun Ini
Pemberontak telah berperang dengan pemerintah selama beberapa dekade untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar di daerah perbatasan yang terpencil.
Baca juga: Cegat Armada Bomber Rusia di Eropa, NATO Kirim Jet Tempur 10 Kali Sehari
Militer mengakui cengkeramannya yang lama atas kekuasaan dengan dalih sebagai satu-satunya lembaga yang mampu menjamin persatuan nasional.
Baca juga: Wow, Bulan Purnama Bantu Bebaskan Kapal Kandas di Terusan Suez
Pesawat militer membom wilayah pejuang etnis KNU pada akhir pekan, menyebabkan sekitar 3.000 penduduk desa melarikan diri ke Thailand.
Thailand membantah tuduhan dari para aktivis bahwa pengungsi dipaksa kembali ke Myanmar. Namun pejabat Thailand di perbatasan mengatakan tentara mengirim sebagian besar orang kembali karena dianggap aman di wilayah Myanmar.
Lihat Juga :