Menentang Kudeta Militer, Ratu Kecantikan Myanmar Minta Tolong pada Dunia
loading...
A
A
A
BANGKOK - Ratu Kecantikan Myanmar kontestan Miss Grand International, Han Lay, menyampaikan sikapnya menentang kudeta militer. Hal itu dia disampaikan ketika tampil di ajang kontes internasional tersebut di Bangkok, Thailand, hari Kamis.
Junta militer Myanmar telah melancarkan kekerasan mematikan saat berjuang untuk memadamkan protes nasional terhadap kudeta 1 Februari dan penangkapan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.
Han Lay, yang bersaing memperebutkan mahkota Miss Grand International di Bangkok melawan 63 kontestan lainnya, mengecam tindakan keras junta militer Myanmar, di mana lebih dari 280 orang telah tewas.
"Saya ingin mengatakan dari sini kepada dunia: tolong dukung rakyat Myanmar," katanya kepada Khaosod English yang dilansir AFP, Jumat (26/3/2021).
"Begitu banyak orang tewas di Myanmar oleh senjata militer... Tolong selamatkan kami."
Mahasiswi psikologi itu mengatakan beberapa temannya telah ditahan sejak kudeta.
"Mahasiswa dari Universitas Yangon, universitas saya, juga ditahan," tulis dia di halaman Instagram-nya.
"Dalam demokrasi, penting bagi kami untuk berbicara. Suara kami harus didengar. Tapi sekarang kami tidak memiliki kebebasan di Myanmar. Itu adalah pelanggaran hak asasi manusia. Bebaskan mahasiswa kami."
Junta militer Myanmar telah melancarkan kekerasan mematikan saat berjuang untuk memadamkan protes nasional terhadap kudeta 1 Februari dan penangkapan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.
Han Lay, yang bersaing memperebutkan mahkota Miss Grand International di Bangkok melawan 63 kontestan lainnya, mengecam tindakan keras junta militer Myanmar, di mana lebih dari 280 orang telah tewas.
"Saya ingin mengatakan dari sini kepada dunia: tolong dukung rakyat Myanmar," katanya kepada Khaosod English yang dilansir AFP, Jumat (26/3/2021).
"Begitu banyak orang tewas di Myanmar oleh senjata militer... Tolong selamatkan kami."
Mahasiswi psikologi itu mengatakan beberapa temannya telah ditahan sejak kudeta.
"Mahasiswa dari Universitas Yangon, universitas saya, juga ditahan," tulis dia di halaman Instagram-nya.
"Dalam demokrasi, penting bagi kami untuk berbicara. Suara kami harus didengar. Tapi sekarang kami tidak memiliki kebebasan di Myanmar. Itu adalah pelanggaran hak asasi manusia. Bebaskan mahasiswa kami."