Korut Sebut Pendekatan Joe Biden Trik Murahan
loading...
A
A
A
SEOUL - Korea Utara (Korut) secara resmi menolak pendekatan yang dilakukan pemerintahan Presiden Joe Biden dengan seorang pejabat tinggi negara itu mengatakan tidak ada kontak dengan Washington sampai Amerika Serikat (AS) mengubah sikap bermusuhannya terhadap Pyongyang.
"Apa yang telah didengar dari AS sejak kemunculan rezim baru hanyalah teori gila tentang 'ancaman dari Korea Utara' dan retorika tak berdasar tentang 'denuklirisasi lengkap'," kata Wakil Menteri Luar Negeri Pertama Korut Choe Son-hui dalam pernyataan yang dirilis pada Kamis oleh KCNA, kantor berita resmi Korut yang dinukil Russia Today, Jumat (19/3/2021).
Menurutnya Washington hanya berusaha terlihat menarik di mata semua orang dengan mengatakan bahwa tidak ada dialog yang mungkin dilakukan sampai latihan militer di wilayah tersebut dan jenis tekanan lainnya dihentikan oleh AS.
Washington telah melakukan latihan militer tahunan dengan Seoul, menyatakan ini sebagai rencana pertahanan dalam hubungannya dengan Korut. Pyongyang menganggap latihan itu sebagai ancaman. Latihan itu diperkecil dan kemudian dipindahkan ke lapangan virtual karena pandemi COVID-19, namun ada laporan bahwa latihan perang dapat diperbarui.
Lebih jauh, Choe menyebut upaya pemerintah baru AS untuk mendekati Korut sebagai "trik murahan." Ini sekaligus mengonfirmasi bahwa Washington telah mengirim pesan dan email, tetapi mengatakan upaya ini tidak mendapat jawaban. Awal bulan ini, Gedung Putih juga mengonfirmasi upayanya untuk mendekati Korut.
Mendengar pernyataan resmi Korut, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Washington tidak hanya akan mempertimbangkan opsi diplomatik dalam menangani Korut.
"Tekanan juga ada di atas meja," ujar Blinken pada briefing bersama dengan pejabat Korea Selatan (Korsel) di Seoul pada hari Kamis.
"Presiden Biden berencana untuk menyelesaikan tinjauan kebijakan Korea Utara...termasuk melanjutkan opsi tekanan dan potensi diplomasi di masa depan," urai Blinken.
Berbagai jenis titik tekanan dipertimbangkan di samping diplomasi, jelasnya. "Dalam arti tertentu, semuanya ada di atas meja," imbuhnya.
Belum ada kemajuan dalam meningkatkan hubungan kedua negara sejak 2019, ketika mantan presiden AS Donald Trump mengukir sejarah dengan menjadi pemimpin Amerika pertama yang menginjakkan kaki di tanah Korut. Sementara negosiasi sejak itu terhenti, para pejabat regional percaya pertemuan puncak seperti yang dilakukan antara Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong-un dapat digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki situasi di wilayah tersebut.
"Apa yang telah didengar dari AS sejak kemunculan rezim baru hanyalah teori gila tentang 'ancaman dari Korea Utara' dan retorika tak berdasar tentang 'denuklirisasi lengkap'," kata Wakil Menteri Luar Negeri Pertama Korut Choe Son-hui dalam pernyataan yang dirilis pada Kamis oleh KCNA, kantor berita resmi Korut yang dinukil Russia Today, Jumat (19/3/2021).
Menurutnya Washington hanya berusaha terlihat menarik di mata semua orang dengan mengatakan bahwa tidak ada dialog yang mungkin dilakukan sampai latihan militer di wilayah tersebut dan jenis tekanan lainnya dihentikan oleh AS.
Washington telah melakukan latihan militer tahunan dengan Seoul, menyatakan ini sebagai rencana pertahanan dalam hubungannya dengan Korut. Pyongyang menganggap latihan itu sebagai ancaman. Latihan itu diperkecil dan kemudian dipindahkan ke lapangan virtual karena pandemi COVID-19, namun ada laporan bahwa latihan perang dapat diperbarui.
Lebih jauh, Choe menyebut upaya pemerintah baru AS untuk mendekati Korut sebagai "trik murahan." Ini sekaligus mengonfirmasi bahwa Washington telah mengirim pesan dan email, tetapi mengatakan upaya ini tidak mendapat jawaban. Awal bulan ini, Gedung Putih juga mengonfirmasi upayanya untuk mendekati Korut.
Mendengar pernyataan resmi Korut, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Washington tidak hanya akan mempertimbangkan opsi diplomatik dalam menangani Korut.
"Tekanan juga ada di atas meja," ujar Blinken pada briefing bersama dengan pejabat Korea Selatan (Korsel) di Seoul pada hari Kamis.
"Presiden Biden berencana untuk menyelesaikan tinjauan kebijakan Korea Utara...termasuk melanjutkan opsi tekanan dan potensi diplomasi di masa depan," urai Blinken.
Berbagai jenis titik tekanan dipertimbangkan di samping diplomasi, jelasnya. "Dalam arti tertentu, semuanya ada di atas meja," imbuhnya.
Belum ada kemajuan dalam meningkatkan hubungan kedua negara sejak 2019, ketika mantan presiden AS Donald Trump mengukir sejarah dengan menjadi pemimpin Amerika pertama yang menginjakkan kaki di tanah Korut. Sementara negosiasi sejak itu terhenti, para pejabat regional percaya pertemuan puncak seperti yang dilakukan antara Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong-un dapat digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki situasi di wilayah tersebut.
(ian)