Horornya Yangon Jadi Medan Perang, Sudah 200 Lebih Tewas di Myanmar
loading...
A
A
A
Negara ini juga diberlakukan penutupan internet setiap malam selama delapan jam.
Lebih dari 200 orang tewas dalam kerusuhan antikudeta, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik—sebuah kelompok pemantau lokal.
Tetapi pengunjuk rasa terus turun ke jalan pada hari Rabu, di mana media lokal menyiarkan gambar orang-orang yang berbaris melalui Hpakant utara dan wilayah Sagaing tengah.
Di kota terbesar kedua di negara itu, Mandalay, para biksu berjubah jingga berbaris bersama para demonstran yang membawa bendera merah partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD)—partainya Aung San Suu Kyi. NLD inilah partai pemenang pemilu November 2020 yang kemudian dikudeta junta militer pada 1 Februari 2021.
PBB pada hari Selasa kembali mengutuk kematian di Myanmar, dan menambahkan bahwa pihaknya khawatir tentang laporan penyiksaan dan kematian mereka yang ditahan.
"Jumlah korban tewas melonjak selama sepekan terakhir di Myanmar, di mana pasukan keamanan telah menggunakan kekuatan mematikan secara agresif terhadap pengunjuk rasa damai," kata juru bicara kantor HAM PBB Ravina Shamdasani kepada wartawan.
"Laporan penyiksaan yang sangat menyedihkan di dalam tahanan juga telah muncul."
Kantor tersebut telah menetapkan bahwa setidaknya lima kematian dalam tahanan telah terjadi dalam beberapa pekan terakhir."Setidaknya dua tubuh korban telah menunjukkan tanda-tanda penganiayaan fisik yang parah yang menunjukkan bahwa mereka disiksa," ujarnya.
Lebih dari 200 orang tewas dalam kerusuhan antikudeta, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik—sebuah kelompok pemantau lokal.
Tetapi pengunjuk rasa terus turun ke jalan pada hari Rabu, di mana media lokal menyiarkan gambar orang-orang yang berbaris melalui Hpakant utara dan wilayah Sagaing tengah.
Di kota terbesar kedua di negara itu, Mandalay, para biksu berjubah jingga berbaris bersama para demonstran yang membawa bendera merah partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD)—partainya Aung San Suu Kyi. NLD inilah partai pemenang pemilu November 2020 yang kemudian dikudeta junta militer pada 1 Februari 2021.
PBB pada hari Selasa kembali mengutuk kematian di Myanmar, dan menambahkan bahwa pihaknya khawatir tentang laporan penyiksaan dan kematian mereka yang ditahan.
"Jumlah korban tewas melonjak selama sepekan terakhir di Myanmar, di mana pasukan keamanan telah menggunakan kekuatan mematikan secara agresif terhadap pengunjuk rasa damai," kata juru bicara kantor HAM PBB Ravina Shamdasani kepada wartawan.
"Laporan penyiksaan yang sangat menyedihkan di dalam tahanan juga telah muncul."
Kantor tersebut telah menetapkan bahwa setidaknya lima kematian dalam tahanan telah terjadi dalam beberapa pekan terakhir."Setidaknya dua tubuh korban telah menunjukkan tanda-tanda penganiayaan fisik yang parah yang menunjukkan bahwa mereka disiksa," ujarnya.
(min)