Penyintas Chapecoense 'Menipu Kematian', Kembali Lolos dari Kecelakaan Maut
loading...
A
A
A
Adik Tumiri, Lucia, mengatakan kepada surat kabar Bolivia Los Tiempos bahwa kakaknya sangat beruntung bisa bertahan hidup.
"Dia stabil, puji syukur," katanya. "Sekali lagi dia selamat. Saya berbicara dengannya dan dia mengatakan kepada saya bahwa dia baik-baik saja," imbuhnya.
Pria berusia 30 tahun itu dikabarkan mengalami cedera lutut dan punggung. Dia dirawat di rumah sakit tetapi telah diperbolehkan pulang pada hari Rabu.
Tumiri menjadi selebriti lokal di kampung halamannya di Cochabamba setelah selamat dari kecelakaan maut Chapecoense. Pesawat itu jatuh saat mendekati kota Medellin setelah kehabisan bahan bakar. Sebagian besar anggota tim sepak bola asal Brasil — yang bepergian ke Kolombia untuk pertandingan terbesar dalam sejarahnya — meninggal.
Saat itu, Tumiri duduk di sisi kiri di belakang pesawat dan menggambarkan perasaan getaran yang tidak biasa yang pada awalnya dia pikir adalah pesawat yang mendarat di landasan.
Beberapa hari kemudian dia mengetahui bahwa itu adalah kerusakan mesin.
"Ximena Suarez (anggota awak kabin yang selamat yang duduk di seberangnya) merasakan sesuatu. Dia mengatakan kepada saya 'Pakai lebih banyak lagi'," katanya kepada surat kabar El Deber .
Tumiri merasakan getaran lebih lanjut, diikuti oleh apa yang dia gambarkan sebagai keheningan intens yang hanya diinterupsi oleh peluit angin. Kemudian terdengar suara guntur sebelum dia pingsan.
"Tidak ada teriakan, tangisan, putus asa, bahkan tidak ada doa. Hanya diam. Semuanya terjadi dengan sangat cepat," ujarnya.
"Dia stabil, puji syukur," katanya. "Sekali lagi dia selamat. Saya berbicara dengannya dan dia mengatakan kepada saya bahwa dia baik-baik saja," imbuhnya.
Pria berusia 30 tahun itu dikabarkan mengalami cedera lutut dan punggung. Dia dirawat di rumah sakit tetapi telah diperbolehkan pulang pada hari Rabu.
Tumiri menjadi selebriti lokal di kampung halamannya di Cochabamba setelah selamat dari kecelakaan maut Chapecoense. Pesawat itu jatuh saat mendekati kota Medellin setelah kehabisan bahan bakar. Sebagian besar anggota tim sepak bola asal Brasil — yang bepergian ke Kolombia untuk pertandingan terbesar dalam sejarahnya — meninggal.
Saat itu, Tumiri duduk di sisi kiri di belakang pesawat dan menggambarkan perasaan getaran yang tidak biasa yang pada awalnya dia pikir adalah pesawat yang mendarat di landasan.
Beberapa hari kemudian dia mengetahui bahwa itu adalah kerusakan mesin.
"Ximena Suarez (anggota awak kabin yang selamat yang duduk di seberangnya) merasakan sesuatu. Dia mengatakan kepada saya 'Pakai lebih banyak lagi'," katanya kepada surat kabar El Deber .
Tumiri merasakan getaran lebih lanjut, diikuti oleh apa yang dia gambarkan sebagai keheningan intens yang hanya diinterupsi oleh peluit angin. Kemudian terdengar suara guntur sebelum dia pingsan.
"Tidak ada teriakan, tangisan, putus asa, bahkan tidak ada doa. Hanya diam. Semuanya terjadi dengan sangat cepat," ujarnya.