Iran Beri Tawaran pada PBB, Siap Bantu Akhiri Perang Yaman
loading...
A
A
A
TEHERAN - Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan negaranya telah memberi tahu Utusan PBB untuk Yaman Martin Griffiths bahwa mereka siap membantu mengakhiri perang di Yaman.
"Arab Saudi dan sekutunya tidak akan mengalahkan rakyat Yaman," papar Menlu Iran Mohammad Javad Zarif.
Dia menegaskan, "Riyadh harus mengakhiri perangnya di Yaman."
Dia menambahkan bahwa Iran tidak ingin menguasai kawasan itu. "Sebaliknya, Iran berusaha menjalin hubungan baik dengan tetangga Arabnya," ujar dia.
Zarif mengatakan Iran belum menerima proposal apa pun untuk menghentikan dukungannya kepada Houthi, sebagai imbalan Washington menghentikan dukungannya pada operasi militer koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman.
Lihat infografis: Akhirnya Arab Saudi Bolehkan Perempuan Jadi Tentara
Mengomentari perjanjian normalisasi yang ditandatangani antara beberapa Negara Teluk dan Israel, Zarif mengatakan bahwa negara-negara di kawasan itu salah jika mereka yakin bahwa Israel dapat menjamin keamanan mereka.
"Kami memberi tahu negara-negara yang telah menormalisasi hubungan mereka dengan Israel bahwa (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu, yang tidak dapat melindungi dirinya dari masuk penjara, tidak akan memberi Anda keamanan," papar Zarif.
Sementara itu, pertemuan kelima Komite Pengawas Pelaksanaan Perjanjian Pertukaran Tahanan antara pemerintah Yaman dan pemberontak Houthi telah berakhir di Amman tanpa membuat kemajuan apa pun.
Kantor berita Anadolu mengutip seorang pejabat pemerintah Yaman mengatakan Houthi berusaha dengan segala cara menggagalkan putaran pembicaraan ini, meskipun pemerintah membuat konsesi untuk membuatnya berhasil.
"Houthi telah mengajukan nama-nama tahanan yang tidak ada dan menuntut pembebasan mereka, untuk menggagalkan proses tersebut," ujar pejabat itu.
"Kelompok itu juga menolak menukar empat jurnalis yang diculik dan dijatuhi hukuman mati dengan imbalan pembebasan tawanan perang Houthi," papar dia.
Sumber tersebut mencatat bahwa tim negosiasi pemerintah telah berulang kali meminta kantor Utusan PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, untuk menekan Houthi agar perundingan itu berhasil, tetapi tidak berhasil.
Kemudian pada Minggu (21/2), Griffiths mengatakan kedua belah pihak tidak setuju membebaskan tahanan selama putaran pembicaraan di ibu kota Yordania.
"Saya kecewa bahwa putaran pembicaraan ini tidak sesuai dengan apa yang kita lihat di Swiss September lalu yang menghasilkan pembebasan bersejarah 1.056 tahanan," ungkap dia.
"Arab Saudi dan sekutunya tidak akan mengalahkan rakyat Yaman," papar Menlu Iran Mohammad Javad Zarif.
Dia menegaskan, "Riyadh harus mengakhiri perangnya di Yaman."
Dia menambahkan bahwa Iran tidak ingin menguasai kawasan itu. "Sebaliknya, Iran berusaha menjalin hubungan baik dengan tetangga Arabnya," ujar dia.
Zarif mengatakan Iran belum menerima proposal apa pun untuk menghentikan dukungannya kepada Houthi, sebagai imbalan Washington menghentikan dukungannya pada operasi militer koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman.
Lihat infografis: Akhirnya Arab Saudi Bolehkan Perempuan Jadi Tentara
Mengomentari perjanjian normalisasi yang ditandatangani antara beberapa Negara Teluk dan Israel, Zarif mengatakan bahwa negara-negara di kawasan itu salah jika mereka yakin bahwa Israel dapat menjamin keamanan mereka.
"Kami memberi tahu negara-negara yang telah menormalisasi hubungan mereka dengan Israel bahwa (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu, yang tidak dapat melindungi dirinya dari masuk penjara, tidak akan memberi Anda keamanan," papar Zarif.
Sementara itu, pertemuan kelima Komite Pengawas Pelaksanaan Perjanjian Pertukaran Tahanan antara pemerintah Yaman dan pemberontak Houthi telah berakhir di Amman tanpa membuat kemajuan apa pun.
Kantor berita Anadolu mengutip seorang pejabat pemerintah Yaman mengatakan Houthi berusaha dengan segala cara menggagalkan putaran pembicaraan ini, meskipun pemerintah membuat konsesi untuk membuatnya berhasil.
"Houthi telah mengajukan nama-nama tahanan yang tidak ada dan menuntut pembebasan mereka, untuk menggagalkan proses tersebut," ujar pejabat itu.
"Kelompok itu juga menolak menukar empat jurnalis yang diculik dan dijatuhi hukuman mati dengan imbalan pembebasan tawanan perang Houthi," papar dia.
Sumber tersebut mencatat bahwa tim negosiasi pemerintah telah berulang kali meminta kantor Utusan PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, untuk menekan Houthi agar perundingan itu berhasil, tetapi tidak berhasil.
Kemudian pada Minggu (21/2), Griffiths mengatakan kedua belah pihak tidak setuju membebaskan tahanan selama putaran pembicaraan di ibu kota Yordania.
"Saya kecewa bahwa putaran pembicaraan ini tidak sesuai dengan apa yang kita lihat di Swiss September lalu yang menghasilkan pembebasan bersejarah 1.056 tahanan," ungkap dia.
(sya)