Rwanda Gunakan Drone untuk Tangkap Pelanggar Lockdown
loading...
A
A
A
KIGALI - Rwanda gunakan drone untuk memberi informasi warga ibu kota Kigali tentang kebijakan lockdown untuk mencegah penularan virus corona.
Drone itu juga membantu aparat menangkap warga yang melanggar aturan lockdown itu.
Saat petugas polisi menghentikan mobil-mobil dan pejalan kaki di jalan untuk bertanya mengapa mereka tetap keluar rumah, dua drone terbang di atas mereka.
Satu drone menyiarkan berbagai perintah agar warga menaati aturan lockdown dan drone lainnya memantau pergerakan warga.
“Drone terbang di wilayah di mana pos pemeriksaan tidak ada dan patroli polisi tak dilakukan,” papar juru bicara kepolisian John Bosco Kabera.
Salah satu pelanggar adalah seorang pastor yang berdalih hendak melakukan wawancara di stasiun radio, padahal dia menuju gereja meski ada larangan melakukan perkumpulan publik. Pastor itu ditahan selama beberapa hari akibat pelanggaran itu.
“Pada kasus lain, seorang pria dengan izin mengirim makanan ditemukan membawa minuman keras,” kata Kabera.
“Tetaplah di rumah. Itu yang kami tekankan,” ujar Kabera.
Seperti banyak negara Afrika lainnya, Rwanda relatif memiliki sedikit kasus virus corona, dengan hanya 138 kasus yang dikonfirmasi dan tak ada korban meninggal dunia.
Meski demikian, ada kekhawatiran pandemi itu memiliki dampak yang jauh lebih buruk di Afrika dalam beberapa bulan mendatang.
Rwanda sejak lama dianggap sebagai pusat teknologi di benua Afrika, namun penggunaan drone untuk memerangi corona bukan sesuatu yang langka.
Sejumlah negara lainnya telah mengerahkan drone untuk memberi informasi publik, memeriksa pergerakan dan menyemprotkan disinfektan.
Drone itu juga membantu aparat menangkap warga yang melanggar aturan lockdown itu.
Saat petugas polisi menghentikan mobil-mobil dan pejalan kaki di jalan untuk bertanya mengapa mereka tetap keluar rumah, dua drone terbang di atas mereka.
Satu drone menyiarkan berbagai perintah agar warga menaati aturan lockdown dan drone lainnya memantau pergerakan warga.
“Drone terbang di wilayah di mana pos pemeriksaan tidak ada dan patroli polisi tak dilakukan,” papar juru bicara kepolisian John Bosco Kabera.
Salah satu pelanggar adalah seorang pastor yang berdalih hendak melakukan wawancara di stasiun radio, padahal dia menuju gereja meski ada larangan melakukan perkumpulan publik. Pastor itu ditahan selama beberapa hari akibat pelanggaran itu.
“Pada kasus lain, seorang pria dengan izin mengirim makanan ditemukan membawa minuman keras,” kata Kabera.
“Tetaplah di rumah. Itu yang kami tekankan,” ujar Kabera.
Seperti banyak negara Afrika lainnya, Rwanda relatif memiliki sedikit kasus virus corona, dengan hanya 138 kasus yang dikonfirmasi dan tak ada korban meninggal dunia.
Meski demikian, ada kekhawatiran pandemi itu memiliki dampak yang jauh lebih buruk di Afrika dalam beberapa bulan mendatang.
Rwanda sejak lama dianggap sebagai pusat teknologi di benua Afrika, namun penggunaan drone untuk memerangi corona bukan sesuatu yang langka.
Sejumlah negara lainnya telah mengerahkan drone untuk memberi informasi publik, memeriksa pergerakan dan menyemprotkan disinfektan.
(sya)