Iran Tes Roket Peluncur Satelit Baru, Uji Nyali Pemerintahan Biden
loading...
A
A
A
TEHERAN - Iran berhasil menguji roket peluncur satelit baru untuk mengembangkan mesin roket paling kuat.
Tindakan ini kemungkinan besar akan memicu protes dari Amerika Serikat (AS) dan memicu ketegangan baru pada program nuklir dan rudal Teheran. Tampaknya Iran sedang menguji nyali pemerintahan baru Presiden AS Joe Biden dalam menghadapi Teheran.
Amerika Serikat khawatir teknologi balistik jarak jauh Iran yang digunakan untuk menempatkan satelit ke orbit juga dapat digunakan meluncurkan hulu ledak nuklir. Teheran membantah tuduhan AS tersebut berulang kali.
Juru bicara operasi kedirgantaraan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Iran Ahmad Hosseini mengatakan kepada TV pemerintah bahwa, "Tes tersebut membantu Iran mencapai mesin roketnya yang paling kuat. Roket dapat diluncurkan menggunakan landasan peluncuran bergerak."
Lihat infografis: Nasib Suu Kyi: Bintang Demokrasi, Tutup Mata Genosida Rohingya
"Roket mampu membawa satu satelit 220 kg atau hingga 10 satelit yang lebih kecil," papar dia.
Lihat video: Rekam Kudeta Militer Pakai Musik Bang Jago, Dapat Senyum Kepala Polisi
TV pemerintah Iran menayangkan peluncuran roket pembawa satelit, atau kendaraan peluncur luar angkasa. Tidak disebutkan kapan peluncuran itu dilakukan.
"Zuljanah mampu mencapai ketinggian 500 km. Peluncur satelit tiga tahap menggunakan kombinasi bahan bakar padat dan cair. Roket menggunakan bahan bakar padat pada tahap pertama dan kedua serta bahan bakar fluida pada tahap ketiga," papar laporan televisi Iran.
Pada April 2020, Iran berhasil meluncurkan satelit militer pertama negara itu ke orbit, menyusul upaya peluncuran berulang kali yang gagal beberapa bulan sebelumnya.
Keberhasilan Iran dalam teknologi roket peluncur satelit menjadi ancaman baru bagi musuh-musuh Iran seperti AS, Israel, dan negara-negara Teluk Arab.
Tindakan ini kemungkinan besar akan memicu protes dari Amerika Serikat (AS) dan memicu ketegangan baru pada program nuklir dan rudal Teheran. Tampaknya Iran sedang menguji nyali pemerintahan baru Presiden AS Joe Biden dalam menghadapi Teheran.
Amerika Serikat khawatir teknologi balistik jarak jauh Iran yang digunakan untuk menempatkan satelit ke orbit juga dapat digunakan meluncurkan hulu ledak nuklir. Teheran membantah tuduhan AS tersebut berulang kali.
Juru bicara operasi kedirgantaraan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Iran Ahmad Hosseini mengatakan kepada TV pemerintah bahwa, "Tes tersebut membantu Iran mencapai mesin roketnya yang paling kuat. Roket dapat diluncurkan menggunakan landasan peluncuran bergerak."
Lihat infografis: Nasib Suu Kyi: Bintang Demokrasi, Tutup Mata Genosida Rohingya
"Roket mampu membawa satu satelit 220 kg atau hingga 10 satelit yang lebih kecil," papar dia.
Lihat video: Rekam Kudeta Militer Pakai Musik Bang Jago, Dapat Senyum Kepala Polisi
TV pemerintah Iran menayangkan peluncuran roket pembawa satelit, atau kendaraan peluncur luar angkasa. Tidak disebutkan kapan peluncuran itu dilakukan.
"Zuljanah mampu mencapai ketinggian 500 km. Peluncur satelit tiga tahap menggunakan kombinasi bahan bakar padat dan cair. Roket menggunakan bahan bakar padat pada tahap pertama dan kedua serta bahan bakar fluida pada tahap ketiga," papar laporan televisi Iran.
Pada April 2020, Iran berhasil meluncurkan satelit militer pertama negara itu ke orbit, menyusul upaya peluncuran berulang kali yang gagal beberapa bulan sebelumnya.
Keberhasilan Iran dalam teknologi roket peluncur satelit menjadi ancaman baru bagi musuh-musuh Iran seperti AS, Israel, dan negara-negara Teluk Arab.
(sya)