Anggota Parlemen Kunjungi Klub Malam, PM Jepang Minta Maaf

Rabu, 27 Januari 2021 - 13:33 WIB
loading...
Anggota Parlemen Kunjungi Klub Malam, PM Jepang Minta Maaf
Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga berbicara di parlemen. Foto/REUTERS
A A A
TOKYO - Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga meminta maaf setelah anggota parlemen dari partai koalisinya mengunjungi klub malam saat pembatasan virus corona.

Pemerintah saat ini meminta warga menghindari aktivitas luar rumah yang tidak perlu untuk mengekang penyebaran COVID-19.

Kabar tentang perilaku anggota parlemen itu membuat Suga sakit kepala. Kini tingkat popularitasnya jatuh karena ketidakpuasan publik terhadap cara pemerintah menangani pandemi.



Para pengkritik menganggap pemerintah terlalu lambat dan tidak konsisten.



“Saya sangat menyesal hal ini terjadi ketika kami meminta orang tidak makan di luar setelah jam 8 malam dan untuk menghindari acara yang tidak penting, tidak mendesak," ungkap Suga kepada parlemen.



“Setiap anggota parlemen harus berperilaku untuk mendapatkan pemahaman publik,” papar dia.

Jepang bulan ini menerapkan keadaan darurat di Tokyo dan daerah lain untuk menjinakkan peningkatan tajam kasus COVID-19.

Tindakan tersebut mencakup permintaan agar restoran dan bar tutup pada pukul 8 malam. Meski demikian, saat ini tidak ada sanksi untuk ketidakpatuhan pada kebijakan itu.

"Perilaku saya ceroboh saat kami meminta orang untuk bersabar," ujar Jun Matsumoto, anggota parlemen senior dari Partai Demokrat Liberal yang berkuasa, kepada media.

Matsumoto berbicara setelah laporan majalah Daily Shincho bahwa dia mengunjungi dua klub malam di distrik Ginza yang mewah di Tokyo setelah makan di satu restoran Italia pada Senin lalu.

Kiyohiko Toyama, anggota parlemen dari mitra junior koalisi Komeito, juga meminta maaf setelah tabloid Shukan Bunshun melaporkan dia mengunjungi klub malam kelas atas di Ginza hingga Jumat malam lalu.

Pengguna Twitter menyuarakan rasa frustrasinya atas perilaku tak terpuji dari para anggota parlemen Jepang tersebut.

“Ini hanya masalah waktu sebelum kemarahan publik meledak. Saya tidak ingin pembayaran tunai sebesar 100.000 yen, saya ingin mereka mundur!” tweet seorang pengguna.

“Mereka sangat bodoh. Apakah mereka tidak memikirkan apa yang mereka lakukan dan bagaimana publik melihatnya? Kalau tidak, mereka tidak memenuhi syarat untuk mewakili publik,” kecam warganet lainnya.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1916 seconds (0.1#10.140)