Eks Bos Intelijen Rusia: Barat Gunakan Navalny untuk Mengacaukan Rusia
loading...
A
A
A
MOSKOW - Tokoh oposisi Alexei Navalny digunakan oleh Barat untuk mengguncang situasi internal Rusia . Hal itu diungkapkan bos Dewan Keamanan dan mantan direktur Dinas Keamanan Federal (FSB) Rusia Nikolay Patrushev.
Berbicara kepada surat kabar Moskow Argumenty i Fakty, Patrushev dimintai tanggapannya terkait dukungan Ukraina terhadap aksi protes Navalny. Dalam beberapa hari terakhir, Kiev telah menyuarakan dukungannya untuk aktivis antikorupsi yang dipenjara itu.
"Barat membutuhkan 'pemimpin oposisi' (Navalny) ini untuk mengacaukan situasi di Rusia, untuk pergolakan sosial, pemogokan, dan Maiden baru," ucap Patrushev.
"Kami melihat dalam contoh Ukraina apa yang dapat terjadi, yang dalam praktiknya telah kehilangan kemerdekaannya," imbuhnya.
"Orang-orang yang memimpin Ukraina membuat pernyataan ini yang merugikan kepentingan rakyat mereka sendiri," katanya seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (27/1/2021).
Tanpa menyebut nama Navalny, mantan kepala FSB itu mengecamnya karena berulang kali melakukan pelanggaran berat terhadap hukum Rusia, dengan menyatakan bahwa dia pantas dimintai pertanggungjawaban atas aktivitas ilegalnya.
Pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba menyebut Navalny "musuh Putin," dan mencatat bahwa pemerintah Kiev sepenuhnya berada di belakang gerakannya.
"Kami telah mengambil posisi yang keras dan berprinsip," Kuleba menjelaskan.
"Pertama-tama, adalah keliru memukul orang yang keluar untuk memprotes untuk membela hak-hak sipil mereka. Dan kedua, ada pepatah: musuh dari musuh saya adalah teman saya," ujarnya.
Pada Sabtu lalu, Rusia menyaksikan aksi protes besar-besaran untuk mendukung tokoh oposisi yang dipenjara di seluruh negeri, dengan ribuan pendukungnya turun ke jalan untuk menunjukkan dukungan mereka.
Navalny ditahan pada 18 Januari, segera setelah mendarat di tanah Rusia. Aktivis tersebut dituduh melanggar persyaratan hukuman percobaan tiga setengah tahun yang diterimanya pada tahun 2014, setelah dinyatakan bersalah menggelapkan uang USD400.000 dari dua perusahaan, termasuk merek kosmetik Prancis Yves Rocher.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
Berbicara kepada surat kabar Moskow Argumenty i Fakty, Patrushev dimintai tanggapannya terkait dukungan Ukraina terhadap aksi protes Navalny. Dalam beberapa hari terakhir, Kiev telah menyuarakan dukungannya untuk aktivis antikorupsi yang dipenjara itu.
"Barat membutuhkan 'pemimpin oposisi' (Navalny) ini untuk mengacaukan situasi di Rusia, untuk pergolakan sosial, pemogokan, dan Maiden baru," ucap Patrushev.
"Kami melihat dalam contoh Ukraina apa yang dapat terjadi, yang dalam praktiknya telah kehilangan kemerdekaannya," imbuhnya.
"Orang-orang yang memimpin Ukraina membuat pernyataan ini yang merugikan kepentingan rakyat mereka sendiri," katanya seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (27/1/2021).
Tanpa menyebut nama Navalny, mantan kepala FSB itu mengecamnya karena berulang kali melakukan pelanggaran berat terhadap hukum Rusia, dengan menyatakan bahwa dia pantas dimintai pertanggungjawaban atas aktivitas ilegalnya.
Pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba menyebut Navalny "musuh Putin," dan mencatat bahwa pemerintah Kiev sepenuhnya berada di belakang gerakannya.
"Kami telah mengambil posisi yang keras dan berprinsip," Kuleba menjelaskan.
"Pertama-tama, adalah keliru memukul orang yang keluar untuk memprotes untuk membela hak-hak sipil mereka. Dan kedua, ada pepatah: musuh dari musuh saya adalah teman saya," ujarnya.
Pada Sabtu lalu, Rusia menyaksikan aksi protes besar-besaran untuk mendukung tokoh oposisi yang dipenjara di seluruh negeri, dengan ribuan pendukungnya turun ke jalan untuk menunjukkan dukungan mereka.
Navalny ditahan pada 18 Januari, segera setelah mendarat di tanah Rusia. Aktivis tersebut dituduh melanggar persyaratan hukuman percobaan tiga setengah tahun yang diterimanya pada tahun 2014, setelah dinyatakan bersalah menggelapkan uang USD400.000 dari dua perusahaan, termasuk merek kosmetik Prancis Yves Rocher.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
(ber)