AS Kerahkan Kapal Induk saat Pesawat Pembom Nuklir China Usik Taiwan

Senin, 25 Januari 2021 - 05:58 WIB
loading...
AS Kerahkan Kapal Induk...
Kapal induk bertenaga nuklir USS Theodore Roosevelt Angkatan Laut Amerika Serikat. Foto/US Navy
A A A
TAIPEI - Amerika Serikat (AS) mengirim kelompok tempur kapal induk ke Laut China Selatan yang disengketakan pada hari Sabtu. Pada hari yang sama, China mengirim 13 armada pesawat tempur—termasuk pesawat pembom berkemampuan nuklir—ke sudut barat daya zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan .

Pengiriman kelompok tempur kapal induk USS Theodore Roosevelt ke perairan sengketa itu dipandang sebagai pesan implisit kepada China hanya beberapa hari setelah pelantikan Presiden AS Joe Biden di tengah titik terendah dalam hubungan China-Amerika.



Belum jelas apakah waktu pergerakan armada pesawat tempur China di dekat Taiwan dan kelompok tempur kapal induk USS Theodore Roosevelt memasuki Laut China Selatan bersamaan, tetapi citra satelit dan situs web pelacakan menunjukkan bahwa kapal induk Amerika telah transit di Selat Bashi antara Taiwan dan Filipina pada hari yang sama.

Jarak antara rombongan pembom China dan kelompok tempur kapal induk AS akan menempatkannya dalam jarak serang dari rudal anti-kapal YJ-12 China, yang mana beberapa pesawat tempur tersebut dilaporkan telah dilengkapi misil seperti itu.

"Kelompok tempur kapal induk ini dalam jadwal penempatan ke Armada ke-7 AS untuk memastikan kebebasan laut," kata Komando Indo-Pasifik AS dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Japan Times, Senin (25/1/2021).

"Kelompok tempur ini melakukan operasi keamanan maritim, yang mencakup operasi penerbangan dengan pesawat tetap dan sayap putar, latihan serangan maritim, dan pelatihan taktis terkoordinasi antara unit permukaan dan udara," lanjut pernyataan tersebut.



Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan bahwa delapan pesawat pembom H-6K China, empat jet tempur J-16 dan sebuah pesawat anti-kapal selam Y-8 telah memasuki ADIZ Taiwan. China, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayahnya, telah melakukan penerbangan hampir setiap hari di dekat pulau itu dalam beberapa bulan terakhir, biasanya melibatkan pesawat pengintai. Tetapi kontingen besar yang melibatkan sejumlah pesawat pembom pada hari Sabtu merupakan manuver yang tidak biasa.

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan militernya telah memperingatkan pesawat China dan mengerahkan rudal untuk memantau mereka.

"Serangan peringatan lintas udara telah ditugaskan, peringatan radio dikeluarkan dan sistem rudal pertahanan udara dikerahkan untuk memantau aktivitas tersebut," kata kementerian itu dalam pernyataan singkat di situsnya.

Washington mengecam Beijing atas tindakan tersebut, mengkritik upaya China yang sedang berlangsung untuk mengintimidasi tetangganya.

"Kami mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan militer, diplomatik, dan ekonominya terhadap Taiwan dan sebaliknya terlibat dalam dialog yang bermakna dengan perwakilan Taiwan yang terpilih secara demokratis," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price dalam sebuah pernyataan.

"Kami akan terus membantu Taiwan dalam mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang memadai."



Pernyataan tersebut dapat mengindikasikan bahwa pemerintahan Biden akan terus melibatkan diri dengan Taiwan, yang membuat China kecewa. Pemerintahan Donald Trump, pendahulu Biden, telah meningkatkan keterlibatannya dengan Taipei, memublikasikan beberapa kunjungan tingkat tinggi dan menyegel sejumlah kesepakatan senjata dengan pulau itu.

Departemen Luar Negeri juga mengatakan AS akan terus mendukung penyelesaian damai masalah lintas selat, sesuai dengan keinginan dan kepentingan terbaik rakyat Taiwan. Departemen itu menambahkan bahwa komitmen Washington untuk Taipei adalah "kokoh" dan berkontribusi pada pemeliharaan perdamaian dan stabilitas di Asia.

Memang, calon menteri luar negeri AS pilihan Biden; Antony Blinken, mengatakan pekan lalu selama sidang konfirmasi bahwa dia mendukung keterlibatan AS yang lebih besar dengan Taiwan.

Namun, beberapa bahasa dalam pernyataan itu secara nyata diturunkan dari retorika yang berapi-api dari pemerintahan Trump, termasuk janji untuk mendukung komunike yang disepakati dengan China tentang status politik Taiwan.

Meningkatnya dendam dan persaingan antara China dan AS telah memicu kekhawatiran bahwa konflik skala penuh dapat pecah—dengan Taiwan terperangkap di tengahnya.

Beijing memandang Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayahnya dan melihatnya sebagai provinsi pemberontak yang harus dibawa kembali—dengan kekerasan jika perlu.

Washington, yang mengalihkan pengakuan diplomatik ke Beijing dari Taipei pada 1979, menganggap pulau yang diperintah sendiri itu sebagai mitra utama dan garis pertahanan penting ketika militer China terus menyerang lebih jauh ke Pasifik Barat.

Meskipun tidak lagi secara resmi mengakui Taiwan, Amerika Serikat diwajibkan oleh undang-undang (UU)-nya untuk memberi Taipei sarana untuk membela diri. UU yang dimaksud adalah Undang-Undang Hubungan Taiwan.

Dalam beberapa bulan terakhir, pesawat tempur dan kapal China secara rutin melakukan operasi di sekitar Taiwan, memicu kekhawatiran kemungkinan persiapan untuk invasi.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Kunjungi Pangkalan Militer,...
Kunjungi Pangkalan Militer, JD Vance Tuding Bujuk Warga Greenland Bergabung dengan AS
AS Ngotot Kuasai Greenland,...
AS Ngotot Kuasai Greenland, Tuding Denmark Gagal Melindungi
9 Orang Akan Dideportasi...
9 Orang Akan Dideportasi AS karena Bela Palestina
Gelar Buka Puasa Gedung...
Gelar Buka Puasa Gedung Putih, Trump Janjikan Perdamaian saat Gaza Dibom dengan Senjata AS
Pangkalan Samudra Hindia...
Pangkalan Samudra Hindia bisa Digunakan AS untuk Menyerang Iran
Inilah 4 Negara NATO...
Inilah 4 Negara NATO yang Pro Israel, Siapa Saja Itu?
Heboh, Menhan AS Pete...
Heboh, Menhan AS Pete Hegseth Pamer Tato Bertuliskan Kafir
Gempa Dahsyat Tewaskan...
Gempa Dahsyat Tewaskan 140 Orang di Myanmar, Sejumlah Bangunan Roboh
Negara yang Lebaran...
Negara yang Lebaran Pertama dan Terakhir, Lengkap dengan Penjelasannya
Rekomendasi
Jon Jones Berpotensi...
Jon Jones Berpotensi Kantongi Rp827 Miliar Jika Hadapi Francis Ngannou
Kehebatan Trio Justin...
Kehebatan Trio Justin Hubner-Jay Idzes-Rizky Ridho Mengawal Benteng Timnas Indonesia
Pemerintah Didesak Perketat...
Pemerintah Didesak Perketat Pengawasan dan Perizinan Impor Beras
Berita Terkini
Israel Ancam Bombardir...
Israel Ancam Bombardir Lebanon setelah Hizbullah Tembakkan Roket
14 menit yang lalu
Kunjungi Pangkalan Militer,...
Kunjungi Pangkalan Militer, JD Vance Tuding Bujuk Warga Greenland Bergabung dengan AS
57 menit yang lalu
Gempa Myanmar Terjadi...
Gempa Myanmar Terjadi saat Salat Jumat, 50 Masjid Rusak, Lebih 1.000 Orang Tewas
2 jam yang lalu
Negara Tetangga Indonesia...
Negara Tetangga Indonesia Ini Belum Lihat Hilal, Putuskan Idulfitri Jatuh pada Senin 31 Maret 2025
3 jam yang lalu
AS Ngotot Kuasai Greenland,...
AS Ngotot Kuasai Greenland, Tuding Denmark Gagal Melindungi
3 jam yang lalu
9 Orang Akan Dideportasi...
9 Orang Akan Dideportasi AS karena Bela Palestina
4 jam yang lalu
Infografis
Prancis Kerahkan Pesawat...
Prancis Kerahkan Pesawat Bersenjata Nuklir ke Perbatasan Jerman
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved