Kewalahan Hadapi Lonjakan Kasus COVID-19, China Bangun Rumah Sakit
loading...
A
A
A
BEIJING - China menyelesaikan pembangunan 1.500 kamar rumah sakit bagi pasien COVID-19 untuk melawan lonjakan kasus. Pemerintah China menyalahkan orang yang terinfeksi atau barang dari luar negeri atas hal tersebut.
Kantor berita Xinhua melaporkan rumah sakit itu adalah satu dari enam rumah sakit dengan total 6.500 kamar yang sedang dibangun di Nangong, provinsi Hebei sebelah selatan Ibu Kota Beijing.
Menurut Xinhua, sekitar 650 orang dirawat di Nangong dan ibukota provinsi Hebei, Shijiazhuang. Sebuah rumah sakit dengan 3.000 kamar juga sedang dibangun di Shijiazhuang.
Di Shijiazhuang, pihak berwenang telah menyelesaikan pembangunan 1.000 kamar rumah sakit yang direncanakan, kata TV pemerintah. Xinhua mengatakan semua fasilitas akan selesai dalam waktu seminggu.
Program pembangunan rumah sakit cepat serupa diluncurkan oleh Partai Komunis yang berkuasa pada awal wabah tahun lalu di kota Wuhan di China tengah.
Xinhua melaporkan, mengutip wakil walikota Meng Xianghong, lebih dari 10 juta orang di Shijiazhuang menjalani tes. Dikatakan 247 kasus yang ditularkan secara lokal ditemukan.
Secara nasional, Komisi Kesehatan China melaporkan 130 kasus baru yang dikonfirmasi dalam 24 jam hingga Jumat tengah malam. Dikatakan 90 dari mereka berada di Hebei.
Pada hari Sabtu, pemerintah Hebei melaporkan 32 kasus tambahan sejak tengah malam, Shanghai The Paper melaporkan.
Cluster virus juga telah ditemukan di Beijing dan provinsi Heilongjiang dan Liaoning di timur laut dan Sichuan di barat daya.
Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan infeksi terbaru menyebar sangat cepat, .
"Lebih sulit untuk ditangani," bunyi pernyataan yang dikeluarkan komisi itu. "Penularan dari komunitas sudah terjadi saat wabah ditemukan, sehingga sulit untuk dicegah," sambung pernyataan itu seperti dikutip dari VOA, Minggu (17/1/2021).
Komisi tersebut menyalahkan kasus terbaru pada orang atau barang yang datang dari luar negeri. Mereka menyalahkan "manajemen abnormal" dan "perlindungan pekerja yang tidak memadai" yang terlibat dalam impor tetapi tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.
"Mereka semua didatangkan dari luar negeri. Itu karena personil yang masuk atau terkontaminasi barang impor cold chain," kata pernyataan itu.
Sementara itu, pemerintah kota Beijing mengatakan para pelancong yang tiba di Ibu Kota China itu dari luar negeri akan diminta untuk menjalani "pemantauan medis" selama seminggu tambahan setelah karantina 14 hari tetapi tidak memberikan penjelasan.
Pemerintah China menuding COVID-19 kemungkinan berasal dari luar negeri. Mereka kemudian mempublikasikan apa yang dikatakannya sebagai penemuan virus Corona pada makanan impor, kebanyakan ikan beku, meskipun para ilmuwan asing skeptis dengan temuan itu.
Kantor berita Xinhua melaporkan rumah sakit itu adalah satu dari enam rumah sakit dengan total 6.500 kamar yang sedang dibangun di Nangong, provinsi Hebei sebelah selatan Ibu Kota Beijing.
Menurut Xinhua, sekitar 650 orang dirawat di Nangong dan ibukota provinsi Hebei, Shijiazhuang. Sebuah rumah sakit dengan 3.000 kamar juga sedang dibangun di Shijiazhuang.
Di Shijiazhuang, pihak berwenang telah menyelesaikan pembangunan 1.000 kamar rumah sakit yang direncanakan, kata TV pemerintah. Xinhua mengatakan semua fasilitas akan selesai dalam waktu seminggu.
Program pembangunan rumah sakit cepat serupa diluncurkan oleh Partai Komunis yang berkuasa pada awal wabah tahun lalu di kota Wuhan di China tengah.
Xinhua melaporkan, mengutip wakil walikota Meng Xianghong, lebih dari 10 juta orang di Shijiazhuang menjalani tes. Dikatakan 247 kasus yang ditularkan secara lokal ditemukan.
Secara nasional, Komisi Kesehatan China melaporkan 130 kasus baru yang dikonfirmasi dalam 24 jam hingga Jumat tengah malam. Dikatakan 90 dari mereka berada di Hebei.
Pada hari Sabtu, pemerintah Hebei melaporkan 32 kasus tambahan sejak tengah malam, Shanghai The Paper melaporkan.
Cluster virus juga telah ditemukan di Beijing dan provinsi Heilongjiang dan Liaoning di timur laut dan Sichuan di barat daya.
Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan infeksi terbaru menyebar sangat cepat, .
"Lebih sulit untuk ditangani," bunyi pernyataan yang dikeluarkan komisi itu. "Penularan dari komunitas sudah terjadi saat wabah ditemukan, sehingga sulit untuk dicegah," sambung pernyataan itu seperti dikutip dari VOA, Minggu (17/1/2021).
Komisi tersebut menyalahkan kasus terbaru pada orang atau barang yang datang dari luar negeri. Mereka menyalahkan "manajemen abnormal" dan "perlindungan pekerja yang tidak memadai" yang terlibat dalam impor tetapi tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.
"Mereka semua didatangkan dari luar negeri. Itu karena personil yang masuk atau terkontaminasi barang impor cold chain," kata pernyataan itu.
Sementara itu, pemerintah kota Beijing mengatakan para pelancong yang tiba di Ibu Kota China itu dari luar negeri akan diminta untuk menjalani "pemantauan medis" selama seminggu tambahan setelah karantina 14 hari tetapi tidak memberikan penjelasan.
Pemerintah China menuding COVID-19 kemungkinan berasal dari luar negeri. Mereka kemudian mempublikasikan apa yang dikatakannya sebagai penemuan virus Corona pada makanan impor, kebanyakan ikan beku, meskipun para ilmuwan asing skeptis dengan temuan itu.
(ber)