Ciutkan Nyali Musuh, Iran Tembakkan Rudal Jarak Jauh ke Samudera Hindia
loading...
A
A
A
TEHERAN - Pasukan Garda Revolusi Iran menembakkan rudal balistik jarak jauh ke Samudra Hindia pada Sabtu (16/1), tepat hari kedua latihan militer.
Latihan itu dilakukan di tengah semakin memudarnya ketegangan tinggi dengan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump . Latihan itu digelar di wilayah gurun tengah negara itu.
Penembakan rudal jarak jauh saat ini setelah pengujian rudal balistik permukaan-ke-permukaan pada Jumat dan latihan drone baru yang diproduksi secara lokal di area yang sama.
"Salah satu tujuan kebijakan pertahanan terpenting kami adalah menggunakan rudal balistik jarak jauh untuk melawan kapal perang musuh, termasuk kapal induk dan kapal perang," ungkap Komandan Garda Revolusi Iran Mayor Jenderal Hossein Salami, dikutip media pemerintah.
“Dengan rudal ini, yang memiliki jangkauan 1.800 kilometer, kita sekarang dapat menyerang target yang bergerak di lautan," papar dia.
Lihat infografis: Iran Tembakkan Rudal sambil Diawasi Kapal Selam Nuklir AS
Rudal jarak jauh ini memiliki lebih banyak keunggulan dibandingkan rudal jelajah kecepatan rendah yang biasa ditembakkan Iran.
Lihat video: Tim Penyelam TNI AL Temukan Komponen CVR Pesawat SJ-182
Target latihan pada Sabtu (16/1) berada di Teluk Oman dan Samudra Hindia bagian utara.
Kepala Staf Jenderal Mohammad Baqeri mengatakan, “Meski Iran tidak memiliki niat ofensif, sekarang akan dapat menanggapi setiap tindakan bermusuhan dan jahat dalam waktu singkat."
Pada Rabu, Iran menguji rudal angkatan laut jarak pendek di kawasan Teluk dan ada latihan awal bulan ini yang menampilkan beragam drone yang diproduksi di dalam negeri.
Iran memiliki salah satu program rudal terbesar di Timur Tengah. Kemampuan rudal itu dianggap sebagai kekuatan pencegah dan pembalasan terhadap Amerika Serikat dan musuh-musuh lainnya jika terjadi perang.
Ada konfrontasi berkala antara militer Iran dan pasukan AS di Teluk sejak 2018, saat Trump meninggalkan kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dengan kekuatan dunia.
AS kemudian menerapkan kembali berbagai sanksi keras terhadap Teheran. Tindakan AS itu membuat perekonomian Iran hampir lumpuh.
Presiden AS terpilih Joe Biden mengatakan Amerika Serikat akan bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir jika Iran melanjutkan kepatuhan yang ketat.
Latihan itu dilakukan di tengah semakin memudarnya ketegangan tinggi dengan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump . Latihan itu digelar di wilayah gurun tengah negara itu.
Penembakan rudal jarak jauh saat ini setelah pengujian rudal balistik permukaan-ke-permukaan pada Jumat dan latihan drone baru yang diproduksi secara lokal di area yang sama.
"Salah satu tujuan kebijakan pertahanan terpenting kami adalah menggunakan rudal balistik jarak jauh untuk melawan kapal perang musuh, termasuk kapal induk dan kapal perang," ungkap Komandan Garda Revolusi Iran Mayor Jenderal Hossein Salami, dikutip media pemerintah.
“Dengan rudal ini, yang memiliki jangkauan 1.800 kilometer, kita sekarang dapat menyerang target yang bergerak di lautan," papar dia.
Lihat infografis: Iran Tembakkan Rudal sambil Diawasi Kapal Selam Nuklir AS
Rudal jarak jauh ini memiliki lebih banyak keunggulan dibandingkan rudal jelajah kecepatan rendah yang biasa ditembakkan Iran.
Lihat video: Tim Penyelam TNI AL Temukan Komponen CVR Pesawat SJ-182
Target latihan pada Sabtu (16/1) berada di Teluk Oman dan Samudra Hindia bagian utara.
Kepala Staf Jenderal Mohammad Baqeri mengatakan, “Meski Iran tidak memiliki niat ofensif, sekarang akan dapat menanggapi setiap tindakan bermusuhan dan jahat dalam waktu singkat."
Pada Rabu, Iran menguji rudal angkatan laut jarak pendek di kawasan Teluk dan ada latihan awal bulan ini yang menampilkan beragam drone yang diproduksi di dalam negeri.
Iran memiliki salah satu program rudal terbesar di Timur Tengah. Kemampuan rudal itu dianggap sebagai kekuatan pencegah dan pembalasan terhadap Amerika Serikat dan musuh-musuh lainnya jika terjadi perang.
Ada konfrontasi berkala antara militer Iran dan pasukan AS di Teluk sejak 2018, saat Trump meninggalkan kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dengan kekuatan dunia.
AS kemudian menerapkan kembali berbagai sanksi keras terhadap Teheran. Tindakan AS itu membuat perekonomian Iran hampir lumpuh.
Presiden AS terpilih Joe Biden mengatakan Amerika Serikat akan bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir jika Iran melanjutkan kepatuhan yang ketat.
(sya)