Pertama di Eropa, Diplomat Iran Diadili Kasus Rencana Pengeboman

Jum'at, 27 November 2020 - 22:16 WIB
loading...
A A A
Assadi memperingatkan pihak berwenang pada Maret tentang kemungkinan pembalasan oleh kelompok tak dikenal jika dia dinyatakan bersalah, menurut dokumen polisi yang diperoleh Reuters.

Pihak berwenang mengatakan serangan itu digagalkan oleh operasi terkoordinasi antara dinas keamanan Prancis, Jerman dan Belgia.

Dua orang yang dicurigai sebagai kaki tangan Assadi ditangkap di Belgia dengan bahan peledak TATP dan satu detonator. Pengacara mereka mengatakan pada Jumat bahwa tidak ada yang berniat membunuh.

Pengacara yang mewakili peserta unjuk rasa 2018, yang merupakan pihak sipil untuk penuntutan di Belgia, berpendapat bahwa kekebalan diplomatik tidak dapat digunakan sebagai kedok untuk melakukan serangan teroris, yang diancam hukuman penjara maksimal 20 tahun.

“Saya pikir kata-kata 'Belgia kecil yang berani' sepenuhnya cocok saat ini,” ungkap Rik Vanreusel, pengacara untuk pihak sipil.

Dia menyatakan, "Kami adalah satu-satunya negara yang berani menempatkan masalah yang agak sensitif secara politik dalam perspektif yang tepat."

Menyusul kesepakatan 2015 antara Iran dan kekuatan dunia untuk mengekang program nuklir Teheran, Uni Eropa (UE) telah mengupayakan hubungan diplomatik dan ekonomi yang lebih dekat dengan Teheran.

Namun UE mengatakan tidak dapat menutup mata terhadap pelanggaran hak asasi manusia atau terorisme.

Prancis mengatakan Kementerian Intelijen Iran berada di belakang plot 2018. Paris kemudian mengusir seorang diplomat Iran.

Negara-negara Eropa menyalahkan Iran atas dugaan tindakan lain terhadap para pembangkang, termasuk dua pembunuhan di Belanda pada 2015 dan 2017 serta pembunuhan yang gagal di Denmark. Iran membantah terlibat dalam kasus itu.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0881 seconds (0.1#10.140)