China Peringatkan Biden Soal Dukungan untuk Taiwan
loading...
A
A
A
BEIJING - Kementerian Pertahanan China memperingatkan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden terkait dukungan terhadap Taiwan . Hal itu dilakukan setelah Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, menyatakan keyakinannya atas dukungan berkelanjutan Washington untuk negaranya di bawah pemerintahan Biden.
Tsai diketahui pernah melakukan pertemuan "tatap muka" dengan Antony Blinken dan Jake Sullivan. Keduanya diketahui adalah orang-orang pilihan Biden untuk Menteri Luar Negeri dan penasihat keamanan nasional. Tsai mengatakan saluran komunikasi antara Washington dan Taipei "lancar."
China menggambarkan pemerintahan Tsai Ing-wen merencanakan kemerdekaan dengan mengandalkan Barat. Hal itu diungkapkan oleh Juru Bicara Kementerian Pertahanan Nasional Ren Guoqiang.
Ren mengatakan China sangat menentang komunikasi resmi dan pertukaran militer dalam bentuk apapun antara AS dan Taiwan, sebelum menyebut reunifikasi sebagai keinginan rakyat.
"Kami tidak akan mengizinkan siapa pun atau kekuatan apa pun untuk melanggar dan membagi wilayah suci China," katanya seperti dikutip dari Newsweek, Kamis (26/11/2020).
Ia menambahkan bahwa militer China bertekad untuk "menghadapi" ancaman apa pun terhadap kedaulatan China dan integritas teritorial.(Baca juga: AS Peringatkan China Tak Gunakan Kekuatan Militer terhadap Taiwan )
Media pemerintah yang dikontrol ketat Beijing juga telah mengungkapkan sentimen positif terhadap Blinken, yang dianggap China lebih moderat dan dapat diprediksi daripada Menteri Luar Negeri AS saat ini Mike Pompeo.
Ada harapan di antara para analis China bahwa diplomat utama Biden, yang mengetahui Beijing sejak ia bekerja di bawah Presiden Barack Obama, dapat membantu menstabilkan hubungan antara dua kekuatan ekonomi tersebut karena kedua pemerintah mencari kesamaan dalam isu-isu seperti perubahan iklim.(Baca juga: Jadi Menlu, Tugas Blinken Pulihkan Kepemimpinan AS di Panggung Global )
Pada saat yang sama, Presiden China Xi Jinping akan menyadari fakta bahwa Biden, yang juga seorang veteran urusan luar negeri, memandang China sebagai ancaman strategis terbesar Amerika, dan kemungkinan akan berusaha untuk menegaskan kembali dominasi AS di Asia-Pasifik dengan bantuan sekutu demokrasinya.
Tsai diketahui pernah melakukan pertemuan "tatap muka" dengan Antony Blinken dan Jake Sullivan. Keduanya diketahui adalah orang-orang pilihan Biden untuk Menteri Luar Negeri dan penasihat keamanan nasional. Tsai mengatakan saluran komunikasi antara Washington dan Taipei "lancar."
China menggambarkan pemerintahan Tsai Ing-wen merencanakan kemerdekaan dengan mengandalkan Barat. Hal itu diungkapkan oleh Juru Bicara Kementerian Pertahanan Nasional Ren Guoqiang.
Ren mengatakan China sangat menentang komunikasi resmi dan pertukaran militer dalam bentuk apapun antara AS dan Taiwan, sebelum menyebut reunifikasi sebagai keinginan rakyat.
"Kami tidak akan mengizinkan siapa pun atau kekuatan apa pun untuk melanggar dan membagi wilayah suci China," katanya seperti dikutip dari Newsweek, Kamis (26/11/2020).
Ia menambahkan bahwa militer China bertekad untuk "menghadapi" ancaman apa pun terhadap kedaulatan China dan integritas teritorial.(Baca juga: AS Peringatkan China Tak Gunakan Kekuatan Militer terhadap Taiwan )
Media pemerintah yang dikontrol ketat Beijing juga telah mengungkapkan sentimen positif terhadap Blinken, yang dianggap China lebih moderat dan dapat diprediksi daripada Menteri Luar Negeri AS saat ini Mike Pompeo.
Ada harapan di antara para analis China bahwa diplomat utama Biden, yang mengetahui Beijing sejak ia bekerja di bawah Presiden Barack Obama, dapat membantu menstabilkan hubungan antara dua kekuatan ekonomi tersebut karena kedua pemerintah mencari kesamaan dalam isu-isu seperti perubahan iklim.(Baca juga: Jadi Menlu, Tugas Blinken Pulihkan Kepemimpinan AS di Panggung Global )
Pada saat yang sama, Presiden China Xi Jinping akan menyadari fakta bahwa Biden, yang juga seorang veteran urusan luar negeri, memandang China sebagai ancaman strategis terbesar Amerika, dan kemungkinan akan berusaha untuk menegaskan kembali dominasi AS di Asia-Pasifik dengan bantuan sekutu demokrasinya.
(ber)