Iran Minta Hizbullah Bantu Tenangkan Faksi-faksi Bersenjata di Irak
loading...
A
A
A
TEHERAN - Komandan Pasukan Quds Garda Revolusioner Iran Jenderal Ismail Qaani dilaporkan mengunjungi ibu kota Lebanon , Beirut, untuk bertemu Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah.
“Qaani bertemu Nasrallah untuk meyakinkan faksi-faksi bersenjata pro-Iran di Irak agar tidak melancarkan serangan lebih lanjut ke pasukan Amerika Serikat (AS),” ungkap laporan Arabic Post.
Situs tersebut mengutip sumber yang mengetahui kunjungan Qaani yang menjelaskan bahwa Perdana Menteri (PM) Irak Mustafa Al-Kadhimi meminta Jenderal Qaani untuk campur tangan ketika Presiden AS Donald Trump mulai secara bertahap menarik tentara AS dari Irak.
Menurut sumber tersebut, pertemuan antara Qaani dan Nasrallah juga dihadiri oleh Pemimpin Kata'ib Hizbullah Irak Abdulaziz Abu Al-Fadak. (Baca Juga: Menlu Saudi Bantah Putra Mahkota MBS Bertemu PM Israel Netanyahu)
Sumber-sumber tersebut menjelaskan bahwa Iran dan Hizbullah Lebanon setuju bahwa tidak ada serangan lebih lanjut yang harus dilakukan terhadap pasukan AS di Irak agar tidak meningkatkan ketegangan dengan AS atau memberi Trump alasan untuk melakukan "tindakan bodoh terhadap Irak atau Iran." (Lihat Infografis: AS Ujicoba Jet Siluman F-35 untuk Serangan Nuklir Supersonik)
Setelah pertemuannya di Beirut, jenderal Iran itu mengunjungi Baghdad dan bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Irak Al-Kadhimi di kantornya di Zona Hijau. (Lihat Video: Siapkan Langkah Hukum, JK Bantah Danai Kepulangan Rizieq)
Seorang sumber yang mengetahui pertemuan itu mengatakan perdana menteri Irak takut akan meningkatkan konflik antara AS dan faksi bersenjata Syiah Irak.
Jenderal Qaani dilaporkan telah bertemu pemimpin Aliansi Al-Fatah, Hadi Al-Amiri, dan para pemimpin faksi pro-Iran lainnya, termasuk Qais Khazali, pemimpin kelompok militan Asaib Ahl Al-Haq.
Namun, sumber tersebut menjelaskan Jenderal Iran itu gagal mengakhiri perbedaan antara faksi bersenjata Irak.
Dia menambahkan bahwa beberapa pemimpin menolak perintah Iran, mengatakan mereka memiliki hak untuk membela diri terhadap AS.
“Qaani bertemu Nasrallah untuk meyakinkan faksi-faksi bersenjata pro-Iran di Irak agar tidak melancarkan serangan lebih lanjut ke pasukan Amerika Serikat (AS),” ungkap laporan Arabic Post.
Situs tersebut mengutip sumber yang mengetahui kunjungan Qaani yang menjelaskan bahwa Perdana Menteri (PM) Irak Mustafa Al-Kadhimi meminta Jenderal Qaani untuk campur tangan ketika Presiden AS Donald Trump mulai secara bertahap menarik tentara AS dari Irak.
Menurut sumber tersebut, pertemuan antara Qaani dan Nasrallah juga dihadiri oleh Pemimpin Kata'ib Hizbullah Irak Abdulaziz Abu Al-Fadak. (Baca Juga: Menlu Saudi Bantah Putra Mahkota MBS Bertemu PM Israel Netanyahu)
Sumber-sumber tersebut menjelaskan bahwa Iran dan Hizbullah Lebanon setuju bahwa tidak ada serangan lebih lanjut yang harus dilakukan terhadap pasukan AS di Irak agar tidak meningkatkan ketegangan dengan AS atau memberi Trump alasan untuk melakukan "tindakan bodoh terhadap Irak atau Iran." (Lihat Infografis: AS Ujicoba Jet Siluman F-35 untuk Serangan Nuklir Supersonik)
Setelah pertemuannya di Beirut, jenderal Iran itu mengunjungi Baghdad dan bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Irak Al-Kadhimi di kantornya di Zona Hijau. (Lihat Video: Siapkan Langkah Hukum, JK Bantah Danai Kepulangan Rizieq)
Seorang sumber yang mengetahui pertemuan itu mengatakan perdana menteri Irak takut akan meningkatkan konflik antara AS dan faksi bersenjata Syiah Irak.
Jenderal Qaani dilaporkan telah bertemu pemimpin Aliansi Al-Fatah, Hadi Al-Amiri, dan para pemimpin faksi pro-Iran lainnya, termasuk Qais Khazali, pemimpin kelompok militan Asaib Ahl Al-Haq.
Namun, sumber tersebut menjelaskan Jenderal Iran itu gagal mengakhiri perbedaan antara faksi bersenjata Irak.
Dia menambahkan bahwa beberapa pemimpin menolak perintah Iran, mengatakan mereka memiliki hak untuk membela diri terhadap AS.
(sya)