Strategi Diplomasi Biden Cenderung Bipartisan

Senin, 23 November 2020 - 10:13 WIB
loading...
A A A
Nilai perdagangan triliunan dolar dan stabilitas global menjadi alasan utama kenapa Biden sebaiknya melunak kepada Beijing. “China dan AS memang kompetitor, tetapi kompetisi seharusnya tidak dipandang sebagai kekuatan destruktif,” kata Victor Gao, pakar China, dilansir Time. Dia menambahkan, kompetisi seharusnya bisa membuat hal baik bagi kedua negara dan manusia secara keseluruhan.

Baik China maupun AS diminta untuk duduk dalam satu meja. Kanal komunikasi antara pejabat AS dan China memang tertutup selama pemerintah Trump. Itu menyebabkan kesalahan perhitungan dan komunikasi tidak lancar antara kedua negara tersebut. Konferensi tingkat tinggi antara Biden dan Presiden Xi Jinping diharapkan akan segera berlangsung selepas Biden dilantik. (Baca juga: Minat Wisata Petualangan dan Alam Terbuka Meningkat)

“Trump merupakan pemimpin tanpa kesopanan, kamu tidak bisa memiliki teman tanpa kesopanan,” kata Gao. “Biden itu orang yang memiliki kesopanan. Itu menjadi hal penting,” paparnya.

Perundingan tentang berakhirnya perang dagang juga menjadi solusi terbaik bagi China dan AS. Trump fokus mengurangi defisit perdagangan senilai USD345,6 miliar dengan China. Namun, sungguh ironis. Selama pemerintahannya, defisit perdagangan dengan China justru terus tumbuh.

Pekan lalu, Xi menerapkan kebijakan strategi sirkulasi ganda untuk mempertahankan ekspor dan memperkuat konsumsi domestik. Ketika antiglobalisasi menguat, banyak negara memberlakukan proteksionisme.

“China harus juga bergantung pada pasar domestik,” papar Xi. Hal yang dilakukan Biden bisa fokus pada penegakan aturan perdagangan bebas. Biden bisa mendesak China agar perusahaan asing bisa mengakses pasar domestik China yang dikenal tertutup.

Kolaborasi antara AS dan China juga bisa ditingkatkan saat Biden berkuasa. Biden bisa juga bisa mencari persamaan tentang perubahan iklim yang disebut Trump sebagai hoak.

“ Biden telah menjelaskan perubahan iklim sebagai bagian penting dari pemerintahannya, tetapi kamu tidak melakukan agenda perubahan iklim tanpa mengajak China,” kata Nick Bisley, pakar Asia dari Universitas La Trobe, Australia. (Baca juga: Ini Deretan Kasus Siber Menonjol yang Diungkap Bareskrim Polri)

Untuk mendekati China, Biden juga harus mengurangi ketegangan. Tidak melakukan kebijakan yang bersifat provokatif seperti penghentian visa bagi mahasiswa China, tekanan kepada perusahaan teknologi asal China, melarang masuk jurnalis China ke AS, dan penutupan konsulat China.

“Saya pikir pendekatan untuk berkompetisi dengan China lebih tidak mengatakan hitam dan putih,” kata Bisley. Namun, dia menegaskan bahwa kompetisi teknologi tingkat tinggi dan risiko bisnis internet menjadi tantangan berat.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1629 seconds (0.1#10.140)