Penasihat Khamenei: Serangan Taktis AS terhadap Iran Akan Jadi Perang Skala Penuh

Jum'at, 20 November 2020 - 00:42 WIB
loading...
Penasihat Khamenei:...
Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran Ayatollah Ali Khamenei. Foto/REUTERS/Morteza Nikoubazl
A A A
TEHERAN - Hossein Dehghan, mantan menteri pertahanan Iran yang menjadi penasihat Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan Amerika Serikat (AS) untuk tidak mengusik Teheran, bahkan dengan serangan taktis sekalipun. Dia mengatakan serangan taktis terhadap Teheran akan berubah menjadi perang skala penuh.

Peringatan ini muncul setelah Reuters dan New York Times melaporkan bahwa Presiden AS Donald Trump mencari cara untuk menyerang situs nuklir utama Iran dalam beberapa minggu ke depan atau menjelang lengser dari Gedung Putih. (Baca: Jelang Lengser, Donald Trump Ingin Serang Situs Nuklir Utama Iran )

Laporan itu menyebutkan bahwa Trump berkonsultasi dengan para penasihatnya, termasuk Wakil Presiden Mike Pence, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertahanan Christopher Miller dan Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley. Jenderal Milley dilaporkan turun tangan untuk membujuk Trump membatalkan niatnya tersebut di tengah kekhawatiran eskalasi.

Juru bicara pemerintah Iran, Ali Rabiei, telah merespons laporan tersebut. "Setiap tindakan terhadap bangsa Iran pasti akan menghadapi respons yang menghancurkan," katanya. (Baca juga: Iran: Serangan AS Akan Menghadapi Respons Menghancurkan )

Menurut New York Times, jika Trump benar-benar nekat menyerang situs nuklir utama Iran, maka target yang paling mungkin adalah situs Natanz.

"Konflik taktis yang terbatas bisa berubah menjadi perang skala penuh. Yang pasti, Amerika Serikat, kawasan dan dunia tidak tahan menghadapi krisis yang begitu komprehensif," kata Dehghan, yang merupakan pensiunan brigadir jenderal Angkatan Udara, dalam wawancara dengan AP yang diterbitkan Kamis (19/11/2020).

“Kami tidak menyambut krisis. Kami tidak menyambut perang," tegas Dehghan. "Tapi kami juga tidak mengejar negosiasi demi negosiasi," imbuh dia.

Juru bicara misi Iran untuk PBB, Alireza Miryousefi, mengatakan bahwa negaranya mampu mengatasi agresor mana pun di dunia. "(Iran) telah terbukti mampu menggunakan kekuatan militernya yang sah untuk mencegah atau menanggapi petualangan melankolis dari penyerang mana pun," ujarnya.

Dalam wawancaranya, Dehghan yang merupakan bakal calon presiden dalam pemilihan presiden Iran 2021, juga menyentuh aspek lain dari kebijakan pertahanan Iran. "Teheran tidak akan menegosiasikan kekuatan pertahanannya ... dengan siapa pun dalam keadaan apa pun, termasuk sejauh kemampuan rudalnya," katanya.

"Rudal adalah simbol dari potensi besar yang ada di para ahli kita, kaum muda dan pusat industri," paparnya.

Dehghan menambahkan bahwa Iran akan terus mengupayakan pengusiran total semua pasukan AS dari Timur Tengah sebagai pembalasan atas serangan pesawat tak berawak AS yang membunuh komandan Pasukan Quds Qasem Soleimani pada 3 Januari 2020. Dia menyebut serangan rudal Iran terhadap sepasang pangkalan militer AS di Irak pada 8 Januari hanya sebuah "tamparan awal".

Segera setelah serangan pesawat tak berawak AS, Dehghan secara terbuka mengisyaratkan bahwa tanggapan Iran terhadap pembunuhan Soleimani akan mencakup serangan terhadap "situs militer" AS. Dia menambahkan pada saat itu bahwa Iran sedang mencari pembalasan, bukan perang.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1408 seconds (0.1#10.140)