China Marah, Sebut 24 Tuduhan AS soal COVID-19 Tak Masuk Akal
loading...
A
A
A
BEIJING - Pemerintah China meluapkan kemarahannya atas sekitar 24 tuduhan "tidak masuk akal" beberapa politisi Amerika Serikat (AS) tentang penanganan pandemi virus corona baru, COVID-19.
Dalam pers briefing-nya, Kementerian Luar Negeri China menolak rentetan tuduhan para politisi AS, terutama Menteri Luar Negeri Michael Richard Pompeo, bahwa Beijing telah menahan informasi tentang virus corona baru dan bahwa itu berasal dari sebuah laboratorium di kota Wuhan.
Artikel setebal 30 halaman, 11.000 kata, yang diunggah di situs web kementerian tersebut pada Sabtu malam diulangi pada bantahan yang dilakukan selama pers briefing, dan mulai dengan menyinggung Abraham Lincoln, presiden AS abad ke-19.
"Seperti yang dikatakan Lincoln, Anda dapat membodohi beberapa orang sepanjang waktu dan membodohi semua orang beberapa saat, tetapi Anda tidak bisa membodohi semua orang sepanjang waktu," kata kementerian itu dalam prolog-nya, seperti dikutip Reuters, Senin (11/5/2020).
Artikel itu juga mengutip laporan media yang mengatakan orang Amerika telah terinfeksi virus corona baru sebelum kasus pertama dikonfirmasi di Wuhan.
Menepis dugaan AS bahwa virus itu sengaja dibuat atau entah bagaimana bocor dari Institut Virologi Wuhan, artikel Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa semua bukti menunjukkan virus itu bukan buatan manusia dan bahwa institut tersebut tidak mampu membuat virus corona baru.
Artikel itu juga memberikan timeline bagaimana China telah memberikan informasi kepada komunitas internasional dengan cara yang “tepat waktu”, “terbuka dan transparan” untuk menegur AS yang menuduh Beijing lambat membunyikan alarm.
Beijing berulang kali mengklaim informasi yang diberikan kepada dunia tentang munculnya virus corona baru sudah tepat waktu sehingga banyak negara memiliki kesempatan untuk mempersiapkan diri menghadapi pandemi.
Sebelumnya, sebuah laporan dari majalah Der Spiegel yang mengutip agen mata-mata BND Jerman mengatakan bahwa upaya awal China untuk menahan informasi tentang wabah COVID-19 telah menelan waktu empat hingga enam minggu bagi dunia yang dapat digunakan untuk melawan virus.
Lebih lanjut, artikel Kementerian Luar Negeri China menolak kritik Barat atas penanganan Beijing terhadap kasus Li Wenliang, seorang dokter berusia 34 tahun yang telah berusaha meningkatkan alarm atas wabah virus baru di Wuhan.
Kematian dokter muda akibat COVID-19—penyakit pernafasan yang disebabkan oleh virus corona baru—memicu curahan kemarahan dan kesedihan di seluruh China. Artikel kementerian itu mengatakan Li bukan "whistleblower" dan dia tidak pernah ditangkap. Hal itu bertentangan dengan banyak laporan media Barat.
Namun, artikel itu tidak menyebutkan bahwa Li ditegur oleh polisi karena "menyebarkan desas-desus".
Meskipun Li kemudian disebut di antara para "martir" yang disesali oleh pemerintah China, penyelidikan atas kasusnya juga menuai kritik publik secara online setelah pemerintah menyatakan bahwa teguran terhadapnya telah ditarik.
Menolak pernyataan Presiden AS Donald Trump dan Menteri Luar Negeri Pompeo bahwa virus corona baru harus disebut sebagai "virus China" atau "virus Wuhan", artikel Kementerian Luar Negeri China mengutip dokumen dari Organisasi Kesehatan Dunia yang mengatakan nama virus tidak boleh spesifik terhadap negara.
Dalam pers briefing-nya, Kementerian Luar Negeri China menolak rentetan tuduhan para politisi AS, terutama Menteri Luar Negeri Michael Richard Pompeo, bahwa Beijing telah menahan informasi tentang virus corona baru dan bahwa itu berasal dari sebuah laboratorium di kota Wuhan.
Artikel setebal 30 halaman, 11.000 kata, yang diunggah di situs web kementerian tersebut pada Sabtu malam diulangi pada bantahan yang dilakukan selama pers briefing, dan mulai dengan menyinggung Abraham Lincoln, presiden AS abad ke-19.
"Seperti yang dikatakan Lincoln, Anda dapat membodohi beberapa orang sepanjang waktu dan membodohi semua orang beberapa saat, tetapi Anda tidak bisa membodohi semua orang sepanjang waktu," kata kementerian itu dalam prolog-nya, seperti dikutip Reuters, Senin (11/5/2020).
Artikel itu juga mengutip laporan media yang mengatakan orang Amerika telah terinfeksi virus corona baru sebelum kasus pertama dikonfirmasi di Wuhan.
Menepis dugaan AS bahwa virus itu sengaja dibuat atau entah bagaimana bocor dari Institut Virologi Wuhan, artikel Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa semua bukti menunjukkan virus itu bukan buatan manusia dan bahwa institut tersebut tidak mampu membuat virus corona baru.
Artikel itu juga memberikan timeline bagaimana China telah memberikan informasi kepada komunitas internasional dengan cara yang “tepat waktu”, “terbuka dan transparan” untuk menegur AS yang menuduh Beijing lambat membunyikan alarm.
Beijing berulang kali mengklaim informasi yang diberikan kepada dunia tentang munculnya virus corona baru sudah tepat waktu sehingga banyak negara memiliki kesempatan untuk mempersiapkan diri menghadapi pandemi.
Sebelumnya, sebuah laporan dari majalah Der Spiegel yang mengutip agen mata-mata BND Jerman mengatakan bahwa upaya awal China untuk menahan informasi tentang wabah COVID-19 telah menelan waktu empat hingga enam minggu bagi dunia yang dapat digunakan untuk melawan virus.
Lebih lanjut, artikel Kementerian Luar Negeri China menolak kritik Barat atas penanganan Beijing terhadap kasus Li Wenliang, seorang dokter berusia 34 tahun yang telah berusaha meningkatkan alarm atas wabah virus baru di Wuhan.
Kematian dokter muda akibat COVID-19—penyakit pernafasan yang disebabkan oleh virus corona baru—memicu curahan kemarahan dan kesedihan di seluruh China. Artikel kementerian itu mengatakan Li bukan "whistleblower" dan dia tidak pernah ditangkap. Hal itu bertentangan dengan banyak laporan media Barat.
Namun, artikel itu tidak menyebutkan bahwa Li ditegur oleh polisi karena "menyebarkan desas-desus".
Meskipun Li kemudian disebut di antara para "martir" yang disesali oleh pemerintah China, penyelidikan atas kasusnya juga menuai kritik publik secara online setelah pemerintah menyatakan bahwa teguran terhadapnya telah ditarik.
Menolak pernyataan Presiden AS Donald Trump dan Menteri Luar Negeri Pompeo bahwa virus corona baru harus disebut sebagai "virus China" atau "virus Wuhan", artikel Kementerian Luar Negeri China mengutip dokumen dari Organisasi Kesehatan Dunia yang mengatakan nama virus tidak boleh spesifik terhadap negara.
(min)