Pilpres AS, Partai Demokrat Tetap Kecewa Meski Kuasai Gedung Putih

Jum'at, 06 November 2020 - 09:01 WIB
loading...
Pilpres AS, Partai Demokrat...
Kandidat Senat Amerika Serikat dari Partai Demokrat merayakan kemenangan di hadapan pendukungnya di Tucson,Arizona, Amerika Serikat, Selasa (3/11/2020). Foto/Reuters
A A A
WASHINGTON - Partai Demokrat bisa menguasai Gedung Putih , mereka juga memiliki suara kuat di Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat. Tapi, Demokrat tidak sukses dalam menjalankan. Setelah 12 jam tempat pemungutan suara ditutup, Biden unggul di negara bagian kunci. Dia pun unggul dalam suara populer. Namun, hingga Rabu waktu setempat tidak ada petunjuk gelombang Demokratik tidak terjadi.

(Baca juga : Canggih, Kecerdasan Buatan Dapat Mendeteksi Infeksi Covid-19 Tanpa Gejala )



Republik tetap memegang kursi Senat di mana Demokrat berharap menguasainya. Namun, Demokrat tetap mempertahankan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Meskipun Trump kalah, kepemimpinan Biden tidak akan kuat dan akan sulit mewujudkan kebijakan prioritas dengan cepat dan tegas seperti era politik Trump.

(Baca juga : Lewat Pesawat Ruang Angkasa Chang'e-5 , China Ingin Ungkap Misteri Bulan )

Pilpres AS, Partai Demokrat Tetap Kecewa Meski Kuasai Gedung Putih


"Demokrat akan bergerak maju dengan lemah dan berdarah-darah dengan sebuah peringatan besar bahwa pemilih akan kecewa dengan Demokrat," kata Meghan McCain, politikus Republik yang kritis terhadap Trump. (Baca: Amalan Ringan Ini Bisa Menjadi Pembuka Berkah)

Kubu Trump pun senang karena gelombang Demokrat tidak terwujud pada pemilu kali ini. Kubu Biden pun melihat adanya kecenderungan bahwa Demokrat akan mengalami kemunduran.

Dan Pfeiffer, mantan penasihat politik Presiden Barack Obama, mengatakan Biden akan menang. "Reutera telah berusaha mencoba memperkuat kemampuannya ketika mereka berkuasa," katanya. Dia mengatakan, Demokrat tidak boleh membiarkan Republik bisa melakukannya karena risikonya terlalu tinggi.

Ketika Trump kalah, tak peduli berapa marginnya, dia akan menjadi petahana yang gagal memenangi pemilu untuk mempertahankan kekuasaan.

Biden sudah mengamankan Arizona dan Wisconsin yang empat tahun lalu dimenangkan Trump. Biden juga menaklukkan Michigan sudah bisa membangun "Tembok Biru".

"Biden sudah mengumpulkan lebih banyak suara dibandingkan capres lainnya dalam sejarah," kata manajer kampanye Biden, Jen O’Malley Dillon. Dia menambahkan, pertarungan saat ini sangat keras. (Baca juga: Mendikbud Sosialisasikan Perubahan Skema Dana Bos)

Banyak pihak di Partai Demokrat harus menelan pil pahit karena lemahnya performa pada pertarungan Senat. "Kita telah salah melakukan kalkulasi," ungkap salah satu anggota parlemen dari Partai Demokrat yang enggan disebutkan namanya, dilansir CNN.

Di DPR, Demokrat juga kehilangan beberapa kursi meskipun tetap akan menjadi mayoritas. Demokrat harus menjadi minoritas di Senat. Banyak pihak mengirim pesan agar Demokrat harus fokus pada suara kiri yang menjadi energi negara tersebut.

"Saya masih harus yakin bahwa rakyat kita ingin bekerja sama," kata Senator Joe Manchin, seorang Demokrat konservatif. Perpecahan menjadi alasan melemahnya kekuatan Demokrat. "Saya mengatakan bahwa saya tidak ingin melakukan sesuatu yang memecah belah kita," paparnya.

Banyaknya perbedaan dan perpecahan di dalam Partai Demokrat menjadikan mereka lemah. Berbeda dengan Partai Republik yang solid dan memiliki loyalis yang sangat kuat. Mereka tetap mempertahankan loyalisnya dari Montana hingga South Carolina. Mereka mampu memainkan retorika yang membuat kesan Demokrat akan menutup ekonomi AS dan menjadi rakyat AS sebagai sosialis. (Lihat videonya: Status Gunung Merapi Naik ke Level Siaga)

Strategi kampanye Republik dan Trump pun diabaikan Demokrat. Pemimpin mayoritas Senat Republuk Mitch McConn3l mengatakan strategi kampanye lintas negara bagian mampu menjadikan orang tidak berpikir dan berekspektasi. Dukungan kampanye Trump dengan mengunjungi banyak negara bagian mampu menjadi kampanye luar biasa. "Saya pikir itu membantu kita dalam pertarungan di Senat," paparnya. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Iran Tawarkan Kemitraan...
Iran Tawarkan Kemitraan Energi Nuklir dengan AS
Trump Tawari Arab Saudi...
Trump Tawari Arab Saudi Paket Senjata Senilai Lebih dari Rp1.684 Triliun
Trump Tegaskan Universitas...
Trump Tegaskan Universitas Harvard Ancaman bagi Demokrasi
Mimpi WNI Aditya Harsono...
Mimpi WNI Aditya Harsono di AS Hancur: Ditangkap karena Coret Trailer, Terancam Dideportasi
Trump Tegur Putin usai...
Trump Tegur Putin usai Rudal Rusia Tewaskan 12 Warga Ukraina: 'Vladimir, Stop!'
Tingkat Persetujuan...
Tingkat Persetujuan Publik terhadap Trump Anjlok ke Level Terendah, Rakyat AS Marah
Profil Victor Gao, Analis...
Profil Victor Gao, Analis yang Sebut China Bisa Hidup 5.000 Tahun Lagi Meski Ditekan AS
Pelayaran China Hadapi...
Pelayaran China Hadapi Masalah Akibat Tarif AS, Kiriman Kontainer Turun Tajam
Perbandingan Kekuatan...
Perbandingan Kekuatan Militer Amerika Serikat dan China 2025: Siapa Lebih Unggul?
Rekomendasi
Jennifer Coppen dan...
Jennifer Coppen dan Justin Hubner Dikabarkan Ngedate di London, Resmi Pacaran?
Perempat Final AFC Champions...
Perempat Final AFC Champions League Elite, Gwangju FC vs Al-Hilal: Live di iNews Pukul 23.30 WIB
Hotman Paris Bangun...
Hotman Paris Bangun Masjid di Bekasi sebagai Bentuk Syukur atas Kesuksesannya
Berita Terkini
Iran Tawarkan Kemitraan...
Iran Tawarkan Kemitraan Energi Nuklir dengan AS
30 menit yang lalu
Konflik Kashmir Memanas!...
Konflik Kashmir Memanas! Tentara India dan Pakistan Saling Tembak di Perbatasan
1 jam yang lalu
Trump Tawari Arab Saudi...
Trump Tawari Arab Saudi Paket Senjata Senilai Lebih dari Rp1.684 Triliun
2 jam yang lalu
Siapa Lashkar-e-Taiba?...
Siapa Lashkar-e-Taiba? Kelompok Militan Pakistan Disebut Mendalangi Pembantaian Kashmir
2 jam yang lalu
Kekuatan Militer Kamboja,...
Kekuatan Militer Kamboja, Kecil tapi Tak Bisa Diremehkan
3 jam yang lalu
Krimea Masuk Wilayah...
Krimea Masuk Wilayah Ukraina atau Rusia? Sejarah Panjang Sejak Era Ottoman hingga Kini
4 jam yang lalu
Infografis
Warga Palestina Kecewa...
Warga Palestina Kecewa Donald Trump Menang Pemilu AS
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved