Media AS Salahkan Prancis atas Serangan Teror Termasuk Pemenggalan

Senin, 02 November 2020 - 15:24 WIB
loading...
Media AS Salahkan Prancis...
Peringatan untuk para korban serangan teror di Nice, Prancis, pada tahun 2017. Inset: Tweet kontroversial AP. Foto/REUTERS/Eric Gaillard/Twitter @AP
A A A
WASHINGTON - Associated Press (AP), media yang berbasis di Amerika Serikat (AS), menyalahkan Prancis atas gelombang serangan teror di negara tersebut yang mencakup aksi pemenggalan. Sikap media itu menuai kritikan dan dianggap membela terorisme yang mencatut nama Islam.

Melalui Twitter, AP menyampaikan pesan bahwa rentetan serangan teror di negara Presiden Emmanuel Macron itu karena salahnya sendiri. "Mengapa Prancis menghasut kemarahan di dunia Muslim? Masa kolonialnya yang brutal, kebijakan sekuler yang kukuh, dan presiden yang berbicara keras yang dipandang tidak peka terhadap keyakinan Muslim semuanya memainkan peran," tulis AP di Twitter pada Minggu (1/11/2020) yang kemudian dihapus setelah banjir kritikan. (Baca: Macron: Saya Mengeri Kemarahan Umat Muslim, tapi Tidak Akan Toleransi Kekerasan )

Namun, pesan media AS itu dianggap bisa membahayakan nyawa rakyat Prancis. “Ini tidak hanya memalukan tapi juga berbahaya. Associated Press menghasut kebencian terhadap Prancis dan rakyatnya," tulis jurnalis Agnes Poirier.

Tak hanya dituduh sebagai "pembela terorisme", pesan AP juga dianggap "membenarkan" pembunuhan terhadap orang yang tidak bersalah. Para responden juga membagikan foto dan detail tentang kehidupan orang-orang yang dibunuh oleh teroris di Prancis. (Baca: Penembakan Kembali Guncang Prancis, Kali Ini Antara 2 Geng Bersenjata )

Tak hanya dengan bombardir kritik, media yang bermarkas di New York itu menghapus pesannya pada hari Minggu. Sebelum itu dihapus, posting inflamasi tersebut sudah mengumpulkan lebih dari 10.000 tanggapan langsung.

AP kemudian menerbitkan versi yang lebih sederhana dari posting tersebut dan mengeluarkan penjelasan untuk penggunaan kata "menghasut". Media itu juga meminta maaf. Namun, dalam kata "menghasut" tetap ada dalam artikel di situs webnya.

“Banyak negara memperjuangkan kebebasan berekspresi dan mengizinkan publikasi yang mengejek nabi Islam. Mengapa reaksi terhadap Prancis sangat ganas? Masa lalu kolonialnya, kebijakan sekuler yang kukuh, dan presiden yang berbicara keras semuanya memainkan peran," bunyi pesan baru AP. (Baca juga: Putra Mahkota Abu Dhabi Telepon Macron: Kekerasan Tak Wakili Ajaran Nabi Muhammad )

“Ini menggantikan tweet tentang Prancis dan dunia Muslim yang menanyakan mengapa Prancis 'memicu' kemarahan. Kata itu tidak dimaksudkan untuk menyampaikan bahwa Prancis memicu kemarahan terhadapnya," imbuh pesan lanjutan media tersebut.

Posting pengganti tidak banyak meredakan kemarahan di media sosial, karena pengguna Twitter terus mem-posting keberatan mereka terhadap penanganan masalah oleh AP.

Kehebohan itu terjadi hanya beberapa hari setelah seorang pria Tunisia bersenjata pisau membunuh tiga orang di sebuah gereja di Nice, dengan salah satu korbannya dipenggal. Insiden itu terjadi kurang dari dua minggu setelah guru sejarah, Samuel Paty, 45, dipenggal di luar sekolahnya, 20 mil barat laut Paris, setelah memperlihatkan kartun Nabi Muhammad kepada siswa selama pelajaran tentang kebebasan berbicara.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Trump Tuntut Ukraina...
Trump Tuntut Ukraina Bayar Kembali Semua Bantuan AS dengan Bunganya
Trump Pecat Hampir Semua...
Trump Pecat Hampir Semua Karyawan Institut Perdamaian yang Didanai Kongres AS
Eks PM Inggris Tegaskan...
Eks PM Inggris Tegaskan Tidak Ada Alternatif NATO
Iran Tidak Peduli dan...
Iran Tidak Peduli dan Tak Takut dengan Ancaman Trump
Mahasiswi PhD Asal Turki...
Mahasiswi PhD Asal Turki Ini Diculik saat Hendak Berbuka Puasa, Terancam Dideportasi dari AS karena Dituding Mendukung Hamas
Kunjungi Pangkalan Militer,...
Kunjungi Pangkalan Militer, JD Vance Tuding Bujuk Warga Greenland Bergabung dengan AS
AS Ngotot Kuasai Greenland,...
AS Ngotot Kuasai Greenland, Tuding Denmark Gagal Melindungi
Mahasiswa Turki Diculik...
Mahasiswa Turki Diculik Agen AS Saat Akan Berbuka Puasa Gara-Gara Dukungan untuk Palestina
Gempa M 7,1 Guncang...
Gempa M 7,1 Guncang Kepulauan Tonga, Picu Peringatan Tsunami
Rekomendasi
Mentan Amran: Operasi...
Mentan Amran: Operasi Pasar Pangan Murah AgriPost Stabilkan Harga Pangan
Ikut Mudik, Apriyani...
Ikut Mudik, Apriyani Rahayu Bakal Jalani Tradisi Lebaran di Kampung Halaman
Misi Kemanusiaan TNI...
Misi Kemanusiaan TNI ke Myanmar, Helikopter Super Puma hingga Kapal Rumah Sakit Dikerahkan
Berita Terkini
Sambut Idulfitri, Hamas...
Sambut Idulfitri, Hamas Sepakati Proposal Gencatan Senjata Baru dengan Israel
5 jam yang lalu
Israel Larang Umat Islam...
Israel Larang Umat Islam Palestina Gelar Salat Id di Masjid Ibrahimi
8 jam yang lalu
Rakyat Palestina Rayakan...
Rakyat Palestina Rayakan Idulfitri, Israel Intensifkan Serangan Darat dengan Kirim Ribuan Tentara ke Rafah
9 jam yang lalu
Ditinggal AS dan Eropa,...
Ditinggal AS dan Eropa, Presiden Ukraina Memiliki Misi Rahasia ke China dan Brasil
9 jam yang lalu
Agen FSB Rusia Selidiki...
Agen FSB Rusia Selidiki Senjata Sonik di Serbia
11 jam yang lalu
Mengapa Ukraina dan...
Mengapa Ukraina dan AS Kalah 5-0 dalam Perundingan dengan Rusia?
12 jam yang lalu
Infografis
Serangan Dahsyat Rusia...
Serangan Dahsyat Rusia Hancurkan 4 Rudal Patriot AS di Ukraina
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved