Putra Mahkota Saudi Akan Dibunuh Rakyatnya Jika Normalisasi dengan Israel
loading...
A
A
A
Pompeo juga memuji bantuan Riyadh dalam menyatukan Tel Aviv, Abu Dhabi, dan Manama, namun dia menolak mengungkapkan sifat dukungan tersebut. (Baca: Pangeran Arab Saudi: Riyadh Dukung Palestina, tapi Bukan Para Pemimpinnya )
Bahrain dan UEA menjadi negara Teluk pertama yang melakukan normalisasi hubungan dengan Irsael. Ketiga negara menandatangani Abraham Accords pada 15 September di Washington, setelah pemerintahan Trump menengahi perjanjian bersejarah tersebut.
Kedua negara Teluk itu menyatakan kesiapan untuk bekerja sama dengan negara Yahudi dalam berbagai sektor, mulai dari budaya hingga keamanan regional. Kesepakatan itu dengan imbalan bahwa Israel menunda rencananya untuk memperpanjang kedaulatan atas bagian Tepi Barat, Palestina. (Baca juga: Hamas Balas Pangeran Arab Saudi: Riyadh Hanya Melayani Israel, Memalukan )
Bahrain dan UEA menjadi hanya negara Arab ketiga dan keempat yang menormalisasi hubungan dengan Israel, setelah Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994.
Arab Saudi tidak mengkritik atau mendukung Abraham Accords atau Perjanjian Abraham, yang ditentang keras oleh para pemimpin Palestina dan Iran. Riyadh juga berada di balik inisiatif tahun 2002 yang menetapkan bahwa negara-negara Arab hanya boleh menormalisasi hubungan dengan Israel setelah Tel Aviv menyetujui solusi dua negara dengan Palestina dan wilayah Israel seperti peta sebelum tahun 1967.
Penandatanganan perjanjian itu dilakukan dengan latar belakang hubungan rumit antara Arab Saudi dan Iran. Tahun lalu, Riyadh, bersama dengan Washington dan London, menuduh Teheran berada di balik serangan pesawat tak berawak 14 September 2019 terhadap fasilitas minyak Aramco Arab Saudi. Negara para Mullah menolak keras tuduhan tersebut.
Lihat Juga: Orientalis Zionis: Erdogan Berambisi Kembalikan Kejayaan Kekaisaran Ottoman yang Benci Israel
Bahrain dan UEA menjadi negara Teluk pertama yang melakukan normalisasi hubungan dengan Irsael. Ketiga negara menandatangani Abraham Accords pada 15 September di Washington, setelah pemerintahan Trump menengahi perjanjian bersejarah tersebut.
Kedua negara Teluk itu menyatakan kesiapan untuk bekerja sama dengan negara Yahudi dalam berbagai sektor, mulai dari budaya hingga keamanan regional. Kesepakatan itu dengan imbalan bahwa Israel menunda rencananya untuk memperpanjang kedaulatan atas bagian Tepi Barat, Palestina. (Baca juga: Hamas Balas Pangeran Arab Saudi: Riyadh Hanya Melayani Israel, Memalukan )
Bahrain dan UEA menjadi hanya negara Arab ketiga dan keempat yang menormalisasi hubungan dengan Israel, setelah Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994.
Arab Saudi tidak mengkritik atau mendukung Abraham Accords atau Perjanjian Abraham, yang ditentang keras oleh para pemimpin Palestina dan Iran. Riyadh juga berada di balik inisiatif tahun 2002 yang menetapkan bahwa negara-negara Arab hanya boleh menormalisasi hubungan dengan Israel setelah Tel Aviv menyetujui solusi dua negara dengan Palestina dan wilayah Israel seperti peta sebelum tahun 1967.
Penandatanganan perjanjian itu dilakukan dengan latar belakang hubungan rumit antara Arab Saudi dan Iran. Tahun lalu, Riyadh, bersama dengan Washington dan London, menuduh Teheran berada di balik serangan pesawat tak berawak 14 September 2019 terhadap fasilitas minyak Aramco Arab Saudi. Negara para Mullah menolak keras tuduhan tersebut.
Lihat Juga: Orientalis Zionis: Erdogan Berambisi Kembalikan Kejayaan Kekaisaran Ottoman yang Benci Israel
(min)