Rusia Buka Peluang Jual S-400 ke Iran, Netanyahu Telepon Putin
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melakukan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon hari Rabu. Kontak telepon terjadi beberapa hari setelah seorang diplomat Kremlin mengatakan Moskow dapat menjual sistem pertahanan rudal S-400 ke Iran.
Kantor Netanyahu mengonfirmasi pembicaraan telepon kedua pemimpin tersebut. "Selama percakapan, masalah keamanan regional, agresi Iran dan situasi di Suriah dibahas," kata Kantor Perdana Menteri dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Times of Israel, Kamis (8/10/2020). Pernyataan kantor itu tanpa menyinggung sikap Moskow yang membuka peluang memasok sistem rudal S-400 ke Iran, musuh bebuyutan Israel. (Baca: Rusia Sebut Tak Masalah Pasok Sistem Rudal S-400 ke Iran )
Duta Besar Rusia untuk Iran, Levan Dzhagaryan, mengatakan pada pekan lalu bahwa Moskow tidak akan memiliki masalah untuk menjual sistem pertahanan udara yang canggih kepada Teheran ketika embargo senjata PBB terhadap Republik Islam Iran berakhir akhir bulan ini.
"Kami telah mengatakan sejak hari pertama bahwa tidak akan ada masalah untuk menjual senjata ke Iran mulai 19 Oktober," kata Dzhagaryan kepada harian Resalat dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Sabtu lalu.
Pada Agustus, Dewan Keamanan PBB menolak resolusi AS untuk memperpanjang embargo senjata terhadap Iran, yang akan berakhir pada 18 Oktober 2020.
Namun, pemerintah Presiden AS Donald Trump secara sepihak menegaskan bulan lalu bahwa "snapback" sanksi PBB sekarang berlaku dan berjanji untuk setiap negara yang melanggarnya. (Baca: Lagi, Turki Disebut Tes S-400 Rusia terhadap Jet Tempur F-16 Buatan AS )
Dzhagaryan menepis ancaman sanksi AS dan mengatakan Moskow akan mempertimbangkan permintaan senjata apa pun dari Iran setelah 18 Oktober.
“Seperti yang Anda ketahui, kami telah memberi Iran S-300. Rusia tidak memiliki masalah pengiriman S-400 ke Iran dan juga tidak memiliki masalah sebelumnya," katanya.
Rusia memasok sistem rudal S-300 ke Iran setelah penandatanganan kesepakatan 2015 antara Teheran dan enam kekuatan dunia—AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China—yang membatasi program nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi.
Pada tahun 2010 Rusia membekukan kesepakatan untuk memasok sistem rudal ke Iran karena Teheran terkena sanksi PBB atas program nuklirnya.
Kantor Netanyahu mengonfirmasi pembicaraan telepon kedua pemimpin tersebut. "Selama percakapan, masalah keamanan regional, agresi Iran dan situasi di Suriah dibahas," kata Kantor Perdana Menteri dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Times of Israel, Kamis (8/10/2020). Pernyataan kantor itu tanpa menyinggung sikap Moskow yang membuka peluang memasok sistem rudal S-400 ke Iran, musuh bebuyutan Israel. (Baca: Rusia Sebut Tak Masalah Pasok Sistem Rudal S-400 ke Iran )
Duta Besar Rusia untuk Iran, Levan Dzhagaryan, mengatakan pada pekan lalu bahwa Moskow tidak akan memiliki masalah untuk menjual sistem pertahanan udara yang canggih kepada Teheran ketika embargo senjata PBB terhadap Republik Islam Iran berakhir akhir bulan ini.
"Kami telah mengatakan sejak hari pertama bahwa tidak akan ada masalah untuk menjual senjata ke Iran mulai 19 Oktober," kata Dzhagaryan kepada harian Resalat dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Sabtu lalu.
Pada Agustus, Dewan Keamanan PBB menolak resolusi AS untuk memperpanjang embargo senjata terhadap Iran, yang akan berakhir pada 18 Oktober 2020.
Namun, pemerintah Presiden AS Donald Trump secara sepihak menegaskan bulan lalu bahwa "snapback" sanksi PBB sekarang berlaku dan berjanji untuk setiap negara yang melanggarnya. (Baca: Lagi, Turki Disebut Tes S-400 Rusia terhadap Jet Tempur F-16 Buatan AS )
Dzhagaryan menepis ancaman sanksi AS dan mengatakan Moskow akan mempertimbangkan permintaan senjata apa pun dari Iran setelah 18 Oktober.
“Seperti yang Anda ketahui, kami telah memberi Iran S-300. Rusia tidak memiliki masalah pengiriman S-400 ke Iran dan juga tidak memiliki masalah sebelumnya," katanya.
Rusia memasok sistem rudal S-300 ke Iran setelah penandatanganan kesepakatan 2015 antara Teheran dan enam kekuatan dunia—AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China—yang membatasi program nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi.
Pada tahun 2010 Rusia membekukan kesepakatan untuk memasok sistem rudal ke Iran karena Teheran terkena sanksi PBB atas program nuklirnya.