Assad: Erdogan Sangat Mungkin Kirim Milisi Suriah ke Nagorno-Karabakh

Selasa, 06 Oktober 2020 - 14:52 WIB
loading...
Assad: Erdogan Sangat...
Serangan rudal di kota Mingachevir, Azerbaijan. Foto/Daily Sabah
A A A
DAMASKUS - Presiden Republik Arab Suriah , Bashar al-Assad, blakblakan menyebut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai penghasut dan pemrakarsa utama dari perang yang sedang berlangsung di Nagorno-Karabakh . Dia juga merasa tak aneh jika Turki mengirim milisi pemberontak Suriah sebagai tentara bayaran ke wilayah konflik tersebut.

"Mari kita berterus terang dan jelas; Erdogan telah mendukung teroris di Suriah, dan dia telah mendukung teroris di Libya, dan dia adalah penghasut utama dan pemrakarsa konflik baru-baru ini yang telah terjadi di Nagorno-Karabakh antara Azerbaijan dan Armenia. Jadi, saya akan menyimpulkan perilakunya sebagai berbahaya, untuk alasan yang berbeda," kata Assad dalam sebuah wawancara dengan Sputnik, Selasa (6/10/2020). (Baca: Perang Terus Berkecamuk, Armenia Merudal Kota Mingachevir Azerbaijan )

Erdogan sendiri secara terbuka akan mendukung Baku baik dalam negosiasi maupun pertempuran untuk melawan Yerevan dalam konflik memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh.

Menurut Assad, Damaskus dapat mengonfirmasi bahwa Turki sangat mungkin mengirimkan para "jihadis" dari Suriah ke Nagorno-Karabakh untuk berperang membela Azerbaijan.

Menjelaskan alasannya, presiden Suriah mencatat bahwa sikap Erdogan mencerminkan perilaku kelompok Ikhwanul Muslimin. (Baca: Turki Dituduh Kerahkan 4.000 Milisi Suriah ke Azerbaijan, Erdogan Menyangkal )

"Kedua, karena dia menciptakan perang di berbagai wilayah untuk mengalihkan opini publiknya sendiri di Turki dari fokus pada perilakunya di Turki, terutama setelah hubungannya yang memalukan dengan Daesh (ISIS) di Suriah," papar Assad, yang menambahkan bahwa Daesh dulu menjual minyak Suriah melalui Turki di bawah payung Angkatan Udara Amerika Serikat (AS).

"Kami pasti bisa memastikannya, bukan karena kami punya bukti, tapi terkadang jika Anda tidak punya bukti, Anda punya indikator. Turki menggunakan teroris yang datang dari berbagai negara di Suriah. Mereka menggunakan metode yang sama di Libya; mereka menggunakan teroris Suriah di Libya, mungkin dengan kebangsaan lain. Jadi, terbukti dengan sendirinya dan sangat mungkin mereka menggunakan metode ini di Nagorno-Karabakh karena seperti yang saya katakan sebelumnya, merekalah yang memulai masalah ini, konflik ini; mereka mendorong konflik ini. Mereka ingin untuk mencapai sesuatu dan mereka akan menggunakan metode yang sama," imbuh presiden sekutu Vladimir Putin tersebut. (Baca: Azerbaijan Rayakan Mundurnya Sebagian Pasukan Pro-Armenia di Nagorno-Karabakh )

Yerevan sebelumnya menuduh Turki sangat terlibat dalam putaran terakhir konflik di Nagrono-Karabakh, di mana Perdana Menteri Armenia Pashinyan mengklaim bahwa sekitar 150 personel militer Turki berpangkat tinggi berada dalam komando langsung operasi Azerbaijan di Nagorno-Karabakh.

Sebelumnya, Armenia dan Prancis menuduh Ankara menggunakan tentara bayaran Suriah dalam konflik. Namun, Turki dan Azerbaijan membantahnya.

Ankara dan Baku juga menolak laporan tentang pesawat tempur Su-25 Armenia, yang diduga ditembak jatuh oleh jet tempur F-16 Turki di daerah tersebut.

Putaran terakhir bentrokan di Nagorno-Karabakh meningkat selama sepekan ini. Armenia dan Azerbaijan saling menuduh melakukan agresi di sepanjang garis kendali. Baku mengumumkan mobilisasi militer parsial untuk serangan balik, sementara Yerevan mengumumkan mobilisasi militer skala penuh. (Baca juga: Azerbaijan: Jika Ingin Gencatan Senjata, Armenia Harus Minta Maaf )

Wilayah Nagorno-Karabakh, juga dikenal sebagai Artsakh, mendeklarasikan kemerdekaannya dari Azerbaijan Soviet pada tahun 1991, yang mengakibatkan konflik besar antara pasukan Armenia dan Azerbaijan pada tahun 1992-1994. Bentrokan itu menewaskan sedikitnya 40.000 orang di kedua belah pihak, juga memaksa lebih dari satu juta orang mengungsi dari daerah itu sebelum Moskow berhasil menengahi kesepakatan gencatan senjata antara Baku dan Yerevan.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1792 seconds (0.1#10.140)