Gara-gara Erdogan, Pejabat Saudi Serukan Boikot Semua yang Ada di Turki

Senin, 05 Oktober 2020 - 09:12 WIB
loading...
Gara-gara Erdogan, Pejabat...
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman (kiri) dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto/Fox News
A A A
RIYADH - Kepala Kamar Dagang Arab Saudi , Ajlan Al Ajlan, menyerukan boikot terhadap semua yang ada di Turki, termasuk impor, investasi, dan pariwisata. Seruan ini dipicu oleh komentar Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang menyinggung negara-negara di Teluk Arab.

Ajlan mengatakan boikot menjadi tanggung jawab setiap warga Arab Saudi. Sebelumnya, Erdogan mengatakan bahwa beberapa negara di Teluk Arab menargetkan Turki dan mengejar kebijakan yang membuat kawasan itu tidak stabil. (Baca: Erdogan Sebut Yerusalem Milik Turki )

“Tidak boleh dilupakan bahwa negara-negara tersebut tidak ada kemarin, dan mungkin tidak akan ada besok; namun, kami akan terus mengibarkan bendera kami di wilayah ini selamanya, dengan izin Allah," kata Erdogan pada hari Kamis, saat berpidato di depan Majelis Umum Turki.

Kata-kata Erdogan itu memicu reaksi balik, dengan salah satunya Ajlan yang menyerukan boikot terhadap barang-barang Turki. (Baca: Arab Saudi Keluarkan 108.041 Izin Umrah, Warga 3 Negara Ini Dilarang Masuk )

"Memboikot semua yang ada di Turki, baik pada tingkat impor, investasi atau pariwisata, adalah tanggung jawab setiap orang Saudi—pedagang dan konsumen—sebagai tanggapan atas permusuhan berkelanjutan dari pemerintah Turki terhadap kepemimpinan kami, negara kami dan warga negara kami," kata Al Ajlan dalam sebuah posting di Twitter, seperti dikutip Gulf News, kemarin (4/10/2020).

Jika seruan itu diikuti, itu akan memengaruhi ribuan eksportir Turki pada saat ekonomi Turki sedang goyah.

Mata uang Lira Turki telah jatuh ke rekor terendah pada Senin pekan lalu. Menurut laporan Reuters, Lira adalah salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di dunia tahun ini, yang turun 22 persen. (Baca juga: Netanyahu dan Erdogan Jadi Sekutu dalam Perang Armenia vs Azerbaijan? )

Dampak virus corona dikombinasikan dengan krisis mata uang yang dimulai pada 2018 telah menyebabkan resesi tajam, dengan cadangan devisa bruto di bank sentral turun hampir setengahnya tahun ini.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1714 seconds (0.1#10.140)