Fatah Protes Keras Pompeo: Palestina Bukan Republik Pisang
loading...
A
A
A
TEPI BARAT - Gerakan Fatah Palestina mengkritik keras Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo terkait seruan terbarunya untuk mengganti kepemimpinan Palestina.
Ini sesuai dengan penolakan Palestina pada kesepakatan normalisasi antara negara-negara Arab dan Israel serta penolakan ada pelaksanaan kesepakatan abad ini yang dicetuskan AS .
Kepala Kantor Mobilisasi dan Organisasi Departemen Informasi Fatah Munir Jaghoub merespon Pompeo melalui posting di Facebook.
“Pompeo, kapan Anda menyadari bahwa rakyat kami selalu memilih pemimpin mereka dan bahwa Palestina, meski merupakan negara dalam penjajahan, ini bukanlah republik pisang?
“Anda harus menyadari bahwa martabat, harga diri dan kepercayaan pada masa depan adalah komiditas asli rakyat Palestina, seperti minyak zaitun, thyme dan baju Kananit yang dibordir dengan cinta untuk tanah ini,” tegas Jaghoub.
Jaghoub menegaskan kembali penolakan Palestina pada semua rencana yang bertujuan untuk menghapus kepentingan Palestina dengan menegaskan, “Kami tak akan bicara pada siapapun dengan dasar yang disebut kesepakatan abad ini, dan dialog yang hanya kami akan terima harus berdasarkan legitimasi internasional dan bertujuan menghentikan pendudukan dan menetapkan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya sesuai perbatasan 4 Juni 1967.” (Baca Juga: Trump Positif Covid-19, 'Pesawat Kiamat' AS Berkeliaran di Washington)
Pejabat Fatah itu menasehati Pompeo untuk tidak kompromi pada hak rakyat Palestina. “Banyak menteri luar negeri dan presiden datang dan pergi sebelum kamu, tapi Palestina tetap ada dan rakyatnya tetap tabah di tanah air mereka,” kata dia. (Baca Infografis: Trump Positif Covid-19, Ini Politisi Dunia yang Pernah Terinfeksi Corona)
“Kepemimpinan Palestina tetap ada karena itu berasal dari legitimasi kepercayaan rakyat dan kamu, presiden kamu dan pemerintahan kamu akan segera pergi dengan keputusan rakyat Amerika,” tegas Jaghoub. (Lihat Video: Belasan Pelajar Pelaku Tawuran Cuci Kaki Ibunya di Polsek Palmerah)
Ini sesuai dengan penolakan Palestina pada kesepakatan normalisasi antara negara-negara Arab dan Israel serta penolakan ada pelaksanaan kesepakatan abad ini yang dicetuskan AS .
Kepala Kantor Mobilisasi dan Organisasi Departemen Informasi Fatah Munir Jaghoub merespon Pompeo melalui posting di Facebook.
“Pompeo, kapan Anda menyadari bahwa rakyat kami selalu memilih pemimpin mereka dan bahwa Palestina, meski merupakan negara dalam penjajahan, ini bukanlah republik pisang?
“Anda harus menyadari bahwa martabat, harga diri dan kepercayaan pada masa depan adalah komiditas asli rakyat Palestina, seperti minyak zaitun, thyme dan baju Kananit yang dibordir dengan cinta untuk tanah ini,” tegas Jaghoub.
Jaghoub menegaskan kembali penolakan Palestina pada semua rencana yang bertujuan untuk menghapus kepentingan Palestina dengan menegaskan, “Kami tak akan bicara pada siapapun dengan dasar yang disebut kesepakatan abad ini, dan dialog yang hanya kami akan terima harus berdasarkan legitimasi internasional dan bertujuan menghentikan pendudukan dan menetapkan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya sesuai perbatasan 4 Juni 1967.” (Baca Juga: Trump Positif Covid-19, 'Pesawat Kiamat' AS Berkeliaran di Washington)
Pejabat Fatah itu menasehati Pompeo untuk tidak kompromi pada hak rakyat Palestina. “Banyak menteri luar negeri dan presiden datang dan pergi sebelum kamu, tapi Palestina tetap ada dan rakyatnya tetap tabah di tanah air mereka,” kata dia. (Baca Infografis: Trump Positif Covid-19, Ini Politisi Dunia yang Pernah Terinfeksi Corona)
“Kepemimpinan Palestina tetap ada karena itu berasal dari legitimasi kepercayaan rakyat dan kamu, presiden kamu dan pemerintahan kamu akan segera pergi dengan keputusan rakyat Amerika,” tegas Jaghoub. (Lihat Video: Belasan Pelajar Pelaku Tawuran Cuci Kaki Ibunya di Polsek Palmerah)
(sya)