Sebanyak 250 Kapal Ikan China Serbu Lepas Pantai Peru Memicu Kemarahan
loading...
A
A
A
LIMA - Angkatan Laut Peru memantau armada sekitar 250 kapal penangkap ikan China yang berbondong-bondong memasuki lepas pantai negara itu. Serbuan ratusan kapal China itu memicu kemarahan industri perikanan dalam negeri negara Andes tersebut.
Ratusan kapal penangkap ikan Beijing, yang sebelumnya menangkap cumi-cumi raksasa di dekat Kepulauan Galapagos di lepas pantai Ekuador, terdeteksi minggu ini oleh pasukan Angkatan Laut Peru di lepas pantai negara itu.
(Baca juga : Doni Monardo Ingatkan Penularan Covid-19 Terjadi dari Orang Terdekat )
"Angkatan Laut kami membuat penerbangan berlebih untuk memastikan tidak ada kapal semacam itu dalam cakupan yurisdiksi kami, yang berjarak 200 mil," kata Menteri Pertahanan Jorge Chavez kepada wartawan, Jumat, yang dilansir Reuters, Sabtu (26/9/2020). (Baca: 260 Kapal Penangkap Ikan China Dekati Kepulauan Galapagos, AL Ekuador Siaga )
Komandan Operasi Penjaga Pantai, Laksamana Muda Jorge Portocarrero, mengatakan kepada Reuters bahwa armada tersebut diidentifikasi dan ditemukan setelah penerbangan ketinggian rendah dari pesawat eksplorasi dan kapal patroli antara Minggu hingga Rabu.
“Tidak semuanya di satu tempat, tersebar,” ujarnya seraya menambahkan ada 250-270 kapal. "Kami tidak memiliki bukti bahwa mereka telah memasuki ruang maritim kami." (Baca juga : 10 Jurus Jitu Pilihan Dongkrak Imun Tubuh saat Pandemi Covid-19 )
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Lima mengatakan kapal-kapal China itu memiliki sejarah menghindari pelacakan dan sepertinya membuang polutan plastik.
"Penangkapan yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan ekologi dan ekonomi yang sangat besar. Peru tidak mampu menanggung kerugian sebesar itu," kata keduataan AS di Twitter.
Kedutaan Besar China menanggapi bahwa mereka sangat mementingkan perlindungan lingkungan dan laut. "Kami berharap publik Peru tidak tertipu oleh informasi palsu," katanya di Twitter. (Baca juga: Media China Sentil Indonesia karena Menentang Klaim China di Laut China Selatan )
Kementerian Luar Negeri Peru berusaha meredakan ketegangan, dengan mengatakan pihaknya telah menyatakan ketidaknyamanan kepada pejabat AS tentang ketidakakuratan tweet kedutaan AS. Peru adalah produsen tembaga terbesar kedua di dunia, yang sebagian besar dibeli oleh China.
Ratusan kapal penangkap ikan Beijing, yang sebelumnya menangkap cumi-cumi raksasa di dekat Kepulauan Galapagos di lepas pantai Ekuador, terdeteksi minggu ini oleh pasukan Angkatan Laut Peru di lepas pantai negara itu.
(Baca juga : Doni Monardo Ingatkan Penularan Covid-19 Terjadi dari Orang Terdekat )
"Angkatan Laut kami membuat penerbangan berlebih untuk memastikan tidak ada kapal semacam itu dalam cakupan yurisdiksi kami, yang berjarak 200 mil," kata Menteri Pertahanan Jorge Chavez kepada wartawan, Jumat, yang dilansir Reuters, Sabtu (26/9/2020). (Baca: 260 Kapal Penangkap Ikan China Dekati Kepulauan Galapagos, AL Ekuador Siaga )
Komandan Operasi Penjaga Pantai, Laksamana Muda Jorge Portocarrero, mengatakan kepada Reuters bahwa armada tersebut diidentifikasi dan ditemukan setelah penerbangan ketinggian rendah dari pesawat eksplorasi dan kapal patroli antara Minggu hingga Rabu.
“Tidak semuanya di satu tempat, tersebar,” ujarnya seraya menambahkan ada 250-270 kapal. "Kami tidak memiliki bukti bahwa mereka telah memasuki ruang maritim kami." (Baca juga : 10 Jurus Jitu Pilihan Dongkrak Imun Tubuh saat Pandemi Covid-19 )
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Lima mengatakan kapal-kapal China itu memiliki sejarah menghindari pelacakan dan sepertinya membuang polutan plastik.
"Penangkapan yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan ekologi dan ekonomi yang sangat besar. Peru tidak mampu menanggung kerugian sebesar itu," kata keduataan AS di Twitter.
Kedutaan Besar China menanggapi bahwa mereka sangat mementingkan perlindungan lingkungan dan laut. "Kami berharap publik Peru tidak tertipu oleh informasi palsu," katanya di Twitter. (Baca juga: Media China Sentil Indonesia karena Menentang Klaim China di Laut China Selatan )
Kementerian Luar Negeri Peru berusaha meredakan ketegangan, dengan mengatakan pihaknya telah menyatakan ketidaknyamanan kepada pejabat AS tentang ketidakakuratan tweet kedutaan AS. Peru adalah produsen tembaga terbesar kedua di dunia, yang sebagian besar dibeli oleh China.