WHO: AS Tak Beri Bukti COVID-19 Berasal dari Laboratorium Wuhan
loading...
A
A
A
JENEWA - WHO mengatakan Washington tidak memberikan bukti yang mendukung klaim spekulatif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahwa virus corona baru (COVID-19) berasal dari laboratorium di Wuhan, China.
"Kami belum menerima data atau bukti spesifik dari pemerintah Amerika Serikat yang berkaitan dengan asal-usul virus, jadi dari sudut pandang kami, ini tetap spekulatif," kata Direktur Kedaruratan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) Michael Ryan dalam pengarahan singkat di Jenewa, Senin.
Para ilmuwan meyakini virus yang muncul di China pada Desember 2019 itu bertransmisi dari hewan ke manusia, dan kemungkinan berasal dari pasar di Wuhan yang menjual hewan eksotik untuk daging yang dikonsumsi manusia.
Namun Presiden Trump, yang semakin kritis terhadap pananganan pertama wabah COVID-19 oleh China, mengklaim memiliki bukti bahwa virus itu berasal dari laboratorium di Wuhan.
Menteri Luar Negeri AS Michael Richard Pompeo pada hari Minggu mengatakan ada "bukti besar" yang mendukung klaim itu. China menolak keras klaim tersebut.
"Kami akan sangat bersedia menerima informasi apa pun yang dimaksudkan sebagai asal-usul virus," kata Ryan. "Ini adalah bagian yang sangat penting dari informasi kesehatan masyarakat untuk pengendalian (wabah) di masa depan."
"Jika data dan bukti itu tersedia, maka pemerintah Amerika Serikat akan memutuskan apakah dan kapan dapat dibagikan, tetapi sulit bagi WHO untuk beroperasi dalam kekosongan informasi dalam hal ini," ujarnya, seperti dikutipAFP, Selasa (5/5/2020).
Badan kesehatan PBB tersebut—yang juga menghadapi kecaman pedas dari Trump atas tuduhan meremehkan keseriusan wabah untuk melindungi China—telah berulang kali mengatakan virus itu diduga bersumber dari hewan.
Pakar WHO Maria Van Kerkhove menekankan pada pengarahan hari Senin di Jenewa bahwa ada sekitar 15.000 sekuens genom lengkap daricoronavirus novelyang tersedia."Dan dari semua bukti yang telah kami lihat...virus ini berasal dari alam," ujarnya.
Ketika data sementaracoronaviruspada umumnya berasal dari kelelawar, baik Van Kerkhove maupun Ryan menekankan pentingnya menemukan bagaimana virus yang menyebabkan COVID-19 melintas ke manusia, dan hewan apa yang berperan sebagai "inang perantara" di sepanjang jalan.
"Kita perlu memahami lebih banyak tentang asal alami itu, dan khususnya tentang inang perantara," kata Ryan.
"Penting untuk diketahui, sehingga kita dapat menerapkan kebijakan kesehatan masyarakat dan antarmuka hewan-manusia yang tepat yang akan mencegah hal ini terjadi lagi," paparnya.
WHO mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya ingin diundang untuk mengambil bagian dalam penyelidikan China terhadap asal-usul pandemi ini, yang kini sudah menewaskan lebih 250.000 orang di seluruh dunia.
"Kami telah menawarkan, seperti yang kami lakukan dengan setiap kasus di setiap negara, bantuan untuk melakukan penyelidikan itu," kata Ryan. "Kita bisa belajar dari ilmuwan China."
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
"Kami belum menerima data atau bukti spesifik dari pemerintah Amerika Serikat yang berkaitan dengan asal-usul virus, jadi dari sudut pandang kami, ini tetap spekulatif," kata Direktur Kedaruratan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) Michael Ryan dalam pengarahan singkat di Jenewa, Senin.
Para ilmuwan meyakini virus yang muncul di China pada Desember 2019 itu bertransmisi dari hewan ke manusia, dan kemungkinan berasal dari pasar di Wuhan yang menjual hewan eksotik untuk daging yang dikonsumsi manusia.
Namun Presiden Trump, yang semakin kritis terhadap pananganan pertama wabah COVID-19 oleh China, mengklaim memiliki bukti bahwa virus itu berasal dari laboratorium di Wuhan.
Menteri Luar Negeri AS Michael Richard Pompeo pada hari Minggu mengatakan ada "bukti besar" yang mendukung klaim itu. China menolak keras klaim tersebut.
"Kami akan sangat bersedia menerima informasi apa pun yang dimaksudkan sebagai asal-usul virus," kata Ryan. "Ini adalah bagian yang sangat penting dari informasi kesehatan masyarakat untuk pengendalian (wabah) di masa depan."
"Jika data dan bukti itu tersedia, maka pemerintah Amerika Serikat akan memutuskan apakah dan kapan dapat dibagikan, tetapi sulit bagi WHO untuk beroperasi dalam kekosongan informasi dalam hal ini," ujarnya, seperti dikutipAFP, Selasa (5/5/2020).
Badan kesehatan PBB tersebut—yang juga menghadapi kecaman pedas dari Trump atas tuduhan meremehkan keseriusan wabah untuk melindungi China—telah berulang kali mengatakan virus itu diduga bersumber dari hewan.
Pakar WHO Maria Van Kerkhove menekankan pada pengarahan hari Senin di Jenewa bahwa ada sekitar 15.000 sekuens genom lengkap daricoronavirus novelyang tersedia."Dan dari semua bukti yang telah kami lihat...virus ini berasal dari alam," ujarnya.
Ketika data sementaracoronaviruspada umumnya berasal dari kelelawar, baik Van Kerkhove maupun Ryan menekankan pentingnya menemukan bagaimana virus yang menyebabkan COVID-19 melintas ke manusia, dan hewan apa yang berperan sebagai "inang perantara" di sepanjang jalan.
"Kita perlu memahami lebih banyak tentang asal alami itu, dan khususnya tentang inang perantara," kata Ryan.
"Penting untuk diketahui, sehingga kita dapat menerapkan kebijakan kesehatan masyarakat dan antarmuka hewan-manusia yang tepat yang akan mencegah hal ini terjadi lagi," paparnya.
WHO mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya ingin diundang untuk mengambil bagian dalam penyelidikan China terhadap asal-usul pandemi ini, yang kini sudah menewaskan lebih 250.000 orang di seluruh dunia.
"Kami telah menawarkan, seperti yang kami lakukan dengan setiap kasus di setiap negara, bantuan untuk melakukan penyelidikan itu," kata Ryan. "Kita bisa belajar dari ilmuwan China."
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(min)