FBI Bongkar Cara Rusia Rusak Kampanye Joe Biden
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Direktur FBI, Christopher Wray, memperingatkan bahwa Rusia telah mencampuri pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2020. Rusia mengalirkan informasi yang salah, ditujukan kepada calon Presiden Partai Demokrat Joe Biden serta melemahkan kepercayaan Amerika dalam proses pemilu.
"Moskow juga berusaha untuk melemahkan apa yang dilihatnya sebagai pembentukan anti-Rusia," ujar kepala Biro Investigasi Federal itu kepada komite Keamanan Dalam Negeri DPR AS yang dipimpin Demokrat seperti dilansir dari Reuters, Jumat (18/9/2020).(Baca juga: Biden Kalahkan Trump dengan Selisih 9%, Pemilih Soroti Covid-19 )
Dia mengatakan kekhawatiran terbesarnya adalah "pukulan telak dari informasi yang salah" yang dia khawatirkan bisa merusak kepercayaan pada hasil pemilu 2020.
Terkit China, Wray mengatakan bahwa FBI sangat aktif dalam memantau upaya China untuk memperoleh teknologi AS dan informasi sensitif lainnya sehingga membuka penyelidikan kontraintelijen baru terkait China "setiap 10 jam".
Wray juga mengatakan FBI sedang melakukan banyak penyelidikan terhadap ekstremis domestik yang kejam setelah berbulan-bulan protes jalanan terhadap rasisme dan kebrutalan polisi. Dia mengatakan "bagian" terbesar dari investigasi adalah kelompok supremasi kulit putih.
Kesaksian Wray menyusul peringatan 7 Agustus lalu oleh direktur Pusat Kontra Intelijen dan Keamanan Nasional bahwa Rusia, China, dan Iran semuanya berusaha ikut campur dalam pemilu AS pada 3 November mendatang.(Baca juga: Tim Kampanye Biden dan Trump Jadi Target Hacker Tiga Negara )
Berbagai tinjauan oleh badan-badan intelijen AS telah menyimpulkan bahwa Rusia bertindak untuk meningkatkan kampanye Presiden Donald Trump pada 2016 dan melemahkan pesaingnya dari Partai Demokrat Hillary Clinton. Presiden dari Partai Republik menjadi marah atas temuan yang dibantah oleh Rusia tersebut.
Trump sendiri telah berulang kali dan tanpa bukti mempertanyakan peningkatan penggunaan surat suara melalui surat, metode pemungutan suara yang telah lama ada di AS yang diperkirakan akan mengalami lonjakan penggunaan karena virus Corona. Pada hari Kamis Trump menulis di Twitter, tanpa bukti, bahwa mereka dapat membuat mustahil untuk mengetahui hasil sebenarnya dari pemilihan tersebut.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
"Moskow juga berusaha untuk melemahkan apa yang dilihatnya sebagai pembentukan anti-Rusia," ujar kepala Biro Investigasi Federal itu kepada komite Keamanan Dalam Negeri DPR AS yang dipimpin Demokrat seperti dilansir dari Reuters, Jumat (18/9/2020).(Baca juga: Biden Kalahkan Trump dengan Selisih 9%, Pemilih Soroti Covid-19 )
Dia mengatakan kekhawatiran terbesarnya adalah "pukulan telak dari informasi yang salah" yang dia khawatirkan bisa merusak kepercayaan pada hasil pemilu 2020.
Terkit China, Wray mengatakan bahwa FBI sangat aktif dalam memantau upaya China untuk memperoleh teknologi AS dan informasi sensitif lainnya sehingga membuka penyelidikan kontraintelijen baru terkait China "setiap 10 jam".
Wray juga mengatakan FBI sedang melakukan banyak penyelidikan terhadap ekstremis domestik yang kejam setelah berbulan-bulan protes jalanan terhadap rasisme dan kebrutalan polisi. Dia mengatakan "bagian" terbesar dari investigasi adalah kelompok supremasi kulit putih.
Kesaksian Wray menyusul peringatan 7 Agustus lalu oleh direktur Pusat Kontra Intelijen dan Keamanan Nasional bahwa Rusia, China, dan Iran semuanya berusaha ikut campur dalam pemilu AS pada 3 November mendatang.(Baca juga: Tim Kampanye Biden dan Trump Jadi Target Hacker Tiga Negara )
Berbagai tinjauan oleh badan-badan intelijen AS telah menyimpulkan bahwa Rusia bertindak untuk meningkatkan kampanye Presiden Donald Trump pada 2016 dan melemahkan pesaingnya dari Partai Demokrat Hillary Clinton. Presiden dari Partai Republik menjadi marah atas temuan yang dibantah oleh Rusia tersebut.
Trump sendiri telah berulang kali dan tanpa bukti mempertanyakan peningkatan penggunaan surat suara melalui surat, metode pemungutan suara yang telah lama ada di AS yang diperkirakan akan mengalami lonjakan penggunaan karena virus Corona. Pada hari Kamis Trump menulis di Twitter, tanpa bukti, bahwa mereka dapat membuat mustahil untuk mengetahui hasil sebenarnya dari pemilihan tersebut.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(ber)