China: AS 'Raja' Serangan Siber di Dunia
loading...
A
A
A
BEIJING - Satu per satu negara yang disebut Microsoft mencoba meretas tim kampanye calon presiden Amerika Serikat (AS) mengeluarkan bantahan. Setelah Iran dan Rusia, kini giliran China mengeluarkan bantahan atas tudingan tersebut.
"Microsoft seharusnya tidak membuat segalanya dari ketiadaan, dan tidak boleh menyeret China ke dalam ini," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, seperti dikutip dari CNN, Minggu (13/9/2020).
Zhao menegaskan kembali posisi lama China pada pemilu AS sembari menambahkan: "Pemilu AS adalah urusan internalnya. Kami tidak memiliki kepentingan dan tidak pernah ikut campur."
Zhao mengatakan kepada wartawan bahwa AS adalah "pelaku serangan siber terbesar di dunia." Ia juga mengklaim bahwa perusahaan AS diketahui telah memasang teknologi pada produknya untuk mengumpulkan data pribadi atas nama badan intelijen AS.
Diwartakan sebelumnya, Microsoft menyebut peretas dari China, Rusia dan Iran menjadikan tim kampanye presiden incumbent AS Donald Trump dan lawannya dari Partai Demokrat sebagai sasaran serangan siber. (Baca: Tim Kampanye Biden dan Trump Jadi Target Hacker Tiga Negara )
Namun, tudingan itu dibantah oleh Teheran yang menyatakan klaim Microsoft bahwa peretas Iran meluncurkan serangan siber yang menargetkan kandidat dalam pemilihan presiden AS mendatang adalah tidak benar.
Sebaliknya, Teheran menyebut selama ini Washingtonlah yang kerap ikut campur dalam pemilu negara lain termasuk di Iran. (Baca: Tak Peduli Siapa yang Menang, Iran Bantah Ikut Campur Pilpres AS ).
Sementara Kremlin mempertanyakan bagaimana Microsoft, perusahaan teknologi multinasional, menyebut Rusia terlibat dalam upaya peretasan. Kremlin bahkan menegaskan bahwa Moskow tidak ikut campur dan tidak akan mencampuri proses pemilu dan urusan internal negara lain.
"Microsoft seharusnya tidak membuat segalanya dari ketiadaan, dan tidak boleh menyeret China ke dalam ini," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, seperti dikutip dari CNN, Minggu (13/9/2020).
Zhao menegaskan kembali posisi lama China pada pemilu AS sembari menambahkan: "Pemilu AS adalah urusan internalnya. Kami tidak memiliki kepentingan dan tidak pernah ikut campur."
Zhao mengatakan kepada wartawan bahwa AS adalah "pelaku serangan siber terbesar di dunia." Ia juga mengklaim bahwa perusahaan AS diketahui telah memasang teknologi pada produknya untuk mengumpulkan data pribadi atas nama badan intelijen AS.
Diwartakan sebelumnya, Microsoft menyebut peretas dari China, Rusia dan Iran menjadikan tim kampanye presiden incumbent AS Donald Trump dan lawannya dari Partai Demokrat sebagai sasaran serangan siber. (Baca: Tim Kampanye Biden dan Trump Jadi Target Hacker Tiga Negara )
Namun, tudingan itu dibantah oleh Teheran yang menyatakan klaim Microsoft bahwa peretas Iran meluncurkan serangan siber yang menargetkan kandidat dalam pemilihan presiden AS mendatang adalah tidak benar.
Sebaliknya, Teheran menyebut selama ini Washingtonlah yang kerap ikut campur dalam pemilu negara lain termasuk di Iran. (Baca: Tak Peduli Siapa yang Menang, Iran Bantah Ikut Campur Pilpres AS ).
Sementara Kremlin mempertanyakan bagaimana Microsoft, perusahaan teknologi multinasional, menyebut Rusia terlibat dalam upaya peretasan. Kremlin bahkan menegaskan bahwa Moskow tidak ikut campur dan tidak akan mencampuri proses pemilu dan urusan internal negara lain.
(ber)