IAEFA Sebut Jumlah Uranium Iran Meningkat Drastis

Senin, 07 September 2020 - 12:15 WIB
loading...
IAEFA Sebut Jumlah Uranium Iran Meningkat Drastis
Foto/iranpress
A A A
TEHERAN - Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan jumlah uranium yang diperkaya milik Iran 10 kali lebih banyak daripada yang diizinkan perjanjian internasional. Mereka menyatakan, persediaan uranium yang diperkaya Iran telah mencapai 2.105 kg. Padahal Iran berulang kali mengklaim program nuklirnya dijalankan untuk tujuan damai.

Jumlah uranium itu terungkap setelah Iran mengizinkan inspektur IAEA memeriksa salah satu dari dua bekas situs nuklir yang dicurigai. Badan tersebut mengatakan akan mengambil sampel di fasilitas nuklir kedua pada akhir bulan ini. (Baca: Opini Publik Dinilai Ganggu Penyidikan Kasus Jaksa Pinangki)

Ketua IAEA Rafael Grossi telah terbang ke Iran setelah beberapa bulan untuk meminta akses. “Iran secara sukarela menyediakan akses kepada IAEA untuk menilai dua lokasi yang disebut lembaga itu,” kata Grossi dilansir Al Jazeera. Kedua belah pihak, menurut dia, mengakui kemerdekaan dan profesionalisme IAEA untuk memverifikasi aktivitas nuklir di sana.

Iran pada tahun lalu secara terbuka mengingkari komitmen yang dibuatnya di bawah perjanjian nuklir internasional yang ditandatangani pada 2015 oleh Iran, China, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, dan AS. Iran memproduksi uranium yang diperkaya melebihi tingkat yang diizinkan, meskipun masih pada tingkat pengayaan dan kadarnya masih jauh di bawah yang diperlukan untuk membuat senjata nuklir.

Langkah itu diambil Iran sebagai bentuk pembalasan terhadap sanksi AS yang kembali diterapkan Presiden Donald Trump ketika membatalkan kesepakatan. Untuk membuat senjata nuklir, Iran perlu memproduksi 1.050 kg dari 3,67% uranium yang diperkaya, kemudian perlu memperkaya lebih lanjut hingga 90% atau lebih, menurut kelompok advokasi yang berbasis di AS, Arms Control Association.

Cadangan uranium tingkat rendah Iran dibatasi hingga 300 kg dalam kesepakatan yang berlangsung untuk 15 tahun. Perjanjian nuklir internasional sebelumnya menetapkan batas 300 kg uranium yang diperkaya dalam bentuk senyawa tertentu (UF6), setara dengan 202,8 kg uranium. Uranium yang diperkaya kadar rendah memiliki konsentrasi antara 3% dan 5% U-235 dapat digunakan untuk menghasilkan bahan bakar untuk pembangkit listrik. Uranium untuk senjata harus diperkaya 90% atau lebih. Para ahli mengatakan proses pengayaan bisa memakan waktu lama, jika Teheran memilih untuk melakukannya. (Baca juga: Jam Tangan Misterius Kurt Cobain yang Tak Banyak Orang Tahu)

Sebelumnya, Teheran menyebutkan setuju dengan iktikad baik mengizinkan badan pemeriksa nuklir memeriksa situs untuk menyelesaikan masalah terkait dengan pengamanan nuklir. IAEA sebelumnya mengkritik Iran karena tidak menjawab pertanyaan badan itu tentang kemungkinan adanya bahan nuklir yang tidak diumumkan dan kegiatan terkait nuklir di dua lokasi tersebut sehingga menolak memberi akses bagi IAEA untuk memeriksanya.

Dalam pernyataan terbaru, IAEA itu mengatakan Iran telah memberikan akses kepada pengawas badan ke lokasi untuk mengambil sampel lingkungan. Sampel akan dianalisis oleh laboratorium yang merupakan bagian dari jaringan badan itu.

Sebelumnya, Inggris, Prancis, Jerman, China, dan Rusia akan menyelamatkan kesepakatan nuklir Iran pada 2015 setelah Amerika Serikat (AS) menarik diri pada tahun lalu. Pertemuan itu disepakati pada September lalu, setelah AS meminta pemberlakuan sanksi internasional kembali terhadap Iran dan perpanjangan embargo senjata terhadap Teheran.

Mikhail Ulyanov, Duta Besar Rusia untuk organisasi internasional di Wina, mengatakan para partisipan mendiskusikan banyak topik. Pertemuan yang dipimpin pejabat senior Uni Eropa Helga-Maria Schmid dengan para deputi menteri luar negeri dari Inggris, China, Prancis, Jerman, Iran, dan Rusia. (Lihat videonya: Kemarau Panjang, Warga Kabupaten Bekasi Mengalami Kekeringan)

Mark Fitzpatrick, peneliti International Institute for Strategic Studies, mengungkapkan kesepakatan itu akan memberikan akses Iran pada dunia. “Kesepakatan itu juga akan mengisolasi AS,” ujarnya. Namun, dia mengungkapkan, aktivitas nuklir Iran tetap menjadi perhatian negara tersebut. (Muh Shamil)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1312 seconds (0.1#10.140)