Pertama Kali, Israel Izinkan Ratusan Orang Yahudi Masuk dan Berdoa di dalam Masjid Al-Aqsa
loading...
A
A
A
Perubahan Status Quo?
Kepala Rabbinate Yerusalem telah lama menyatakan ibadah Yahudi di Temple Mount dilarang kecuali orang-orang Yahudi itu "murni secara ritual", yang diyakini tidak mungkin dilakukan dalam kondisi modern.
Namun, banyak pemukim Yahudi Ortodoks menentang sikap Kepala Rabbinate Yerusalem ini, dengan alasan melarang mereka beribadah di sana merupakan diskriminasi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya mengatakan "status quo di Temple Mount tidak berubah dan tidak akan berubah", merujuk pada dekrit Ottoman tahun 1757 yang menegaskan kembali larangan bagi non-Muslim untuk memasuki Masjid Al-Aqsa dan memberikan hak kepada orang Yahudi untuk berdoa di Tembok Barat.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kunjungan para pemukim Yahudi ke situs tersebut semakin rutin dilakukan.
Beberapa anggota pemerintah Israel, seperti Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, secara terbuka menyerukan agar orang Yahudi diizinkan berdoa di Masjid Al-Aqsa.
Menteri sayap kanan itu bahkan telah difilmkan memasuki kompleks tersebut pada beberapa kesempatan.
Beberapa pemukim Israel telah menyerukan pembangunan kuil Yahudi yang meniru dua kuil yang pernah berdiri di situs tersebut.
Langkah ini menurut sebagian orang akan mengharuskan penghancuran Masjid Al-Aqsa, salah satu dari tiga situs tersuci dalam Islam.
Temple Mount Administration, kelompok sayap kanan yang mendukung pembangunan kuil di lokasi tersebut, mengatakan pada hari Selasa bahwa, “Telah ada 3.000 orang di Temple Mount pada tiga hari pertama Paskah."
Bazbaz memperingatkan pembagian Masjid Al-Aqsa semakin menjadi kenyataan. Ia membandingkannya dengan situasi di Masjid Ibrahimi di Hebron, di Tepi Barat yang diduduki, yang telah dibagi menjadi masjid dan sinagoga, keduanya di bawah kendali Israel.
Lihat Juga :