COVID-19 Tewaskan 463 Orang, Seluruh Italia Dikunci
A
A
A
ROMA - Wabah virus corona baru, COVID-19 , telah menewaskan 463 orang di Italia hingga Selasa (10/3/2020). Perdana Menteri Giuseppe Conte mengumumkan seluruh wilayah di negara tersebut dalam status lock down atau dikunci dalam upaya memerangi wabah.
Dia meminta semua orang untuk tinggal di rumah. Dia juga melarang sementara pertemuan publik serta pertandingan sepak bola Serie A.
Langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya membuat berdampak pada lebih dari 60 juta orang. Penguncian seluruh negeri dilakukan setelah otoritas kesehatan melaporkan 97 kematian baru sehingga total korban meninggal mencapai 463 orang.
Jumlah kasus infeksi COVID-19 di Italia hingga hari ini mencapai 9.172. Baik jumlah kasus dan angka kematian, Italia berada di urutan kedua sebagai negara terdampak COVID-19 terparah setelah China. Di China ada 80.793 kasus dengan 3.120 orang meninggal.
"Saya akan menandatangani dekrit yang dapat diringkas sebagai berikut: Saya tinggal di rumah," kata Conte dalam pidato yang disiarakan stasiun televisi kemarin sore. (Baca: Kepala Staf Angkatan Darat Italia Positif Terinfeksi Virus Corona )
"Seluruh Italia akan menjadi zona yang dilindungi," katanya lagi, seperti dikutip AFP. "Semua pergerakan di seluruh negeri harus dihindari kecuali dimotivasi oleh tiga keadaan khusus. Alasan pekerjaan, alasan kebutuhan atau alasan kesehatan."
"Dilarang untuk berkumpul di dalam dan di luar bar yang terbuka untuk umum...Kita tidak bisa membiarkan diri kita lagi pada kesempatan pertemuan ini, yang menjadi peristiwa penularan. Percayalah, itu tidak mudah, saya sepenuhnya sadar akan keseriusan langkah-langkah ini untuk seluruh negeri tetapi saya dipaksa untuk campur tangan dengan cara yang lebih bertekad," paparnya.
Conte menambahkan langkah-langkah itu akan mulai berlaku pada Selasa (10/3/2020). "Keputusan yang tepat hari ini adalah tetap di rumah. Masa depan kita dan masa depan Italia ada di tangan kita. Tangan ini harus lebih bertanggung jawab hari ini daripada sebelumnya," katanya.
Langkah-langkah memperluas zona karantina telah diberlakukan Italia pada jantung utara industri di sekitar kota Milan dan Venesia pada hari Minggu. (Baca juga: Olahraga Italia Lumpuh, Seluruh Aktivitas Diminta Disetop hingga 3 April )
Kematian di wilayah Lombardy Milan—di mana bioskop, teater dan museum ditutup dan jam restoran dibatasi—melonjak 25 persen dalam sehari menjadi 333 orang.
Pembatasan sekala nasional akan berlangsung hingga 3 April dan berarti sekolah dan universitas akan segera ditutup. Perjalanan masuk dan keluar negara serta pergerakan antarkota akan dibatasi. Namun tidak segera jelas bagaimana semua tindakan ini akan diberlakukan.
Kereta dan banyak penerbangan terus beroperasi masuk dan keluar dari Milan pada hari Senin meskipun sebelumnya ada pembatasan untuk wilayah Lombardy.
"Kami tidak punya waktu. Angka-angka menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan dalam infeksi, orang dalam perawatan intensif dan kematian," kata Conte dalam pidatonya. "Kebiasaan kita harus berubah sekarang. Kita harus mencurahkan untuk Italia."
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus menyambut baik langkah keras Italia, dengan mencatat bahwa hanya empat negara—China, Korea Selatan, Italia, dan Iran— yang menyumbang 93 persen dari kasus infeksi COVID-19 di seluruh dunia.
"Sekarang virus ini memiliki pijakan di banyak negara, ancaman pandemi menjadi sangat nyata," katanya. "Ini akan menjadi pandemi pertama yang bisa dikendalikan," ujar Tedros. "Intinya adalah kita tidak bergantung pada virus."
Dia meminta semua orang untuk tinggal di rumah. Dia juga melarang sementara pertemuan publik serta pertandingan sepak bola Serie A.
Langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya membuat berdampak pada lebih dari 60 juta orang. Penguncian seluruh negeri dilakukan setelah otoritas kesehatan melaporkan 97 kematian baru sehingga total korban meninggal mencapai 463 orang.
Jumlah kasus infeksi COVID-19 di Italia hingga hari ini mencapai 9.172. Baik jumlah kasus dan angka kematian, Italia berada di urutan kedua sebagai negara terdampak COVID-19 terparah setelah China. Di China ada 80.793 kasus dengan 3.120 orang meninggal.
"Saya akan menandatangani dekrit yang dapat diringkas sebagai berikut: Saya tinggal di rumah," kata Conte dalam pidato yang disiarakan stasiun televisi kemarin sore. (Baca: Kepala Staf Angkatan Darat Italia Positif Terinfeksi Virus Corona )
"Seluruh Italia akan menjadi zona yang dilindungi," katanya lagi, seperti dikutip AFP. "Semua pergerakan di seluruh negeri harus dihindari kecuali dimotivasi oleh tiga keadaan khusus. Alasan pekerjaan, alasan kebutuhan atau alasan kesehatan."
"Dilarang untuk berkumpul di dalam dan di luar bar yang terbuka untuk umum...Kita tidak bisa membiarkan diri kita lagi pada kesempatan pertemuan ini, yang menjadi peristiwa penularan. Percayalah, itu tidak mudah, saya sepenuhnya sadar akan keseriusan langkah-langkah ini untuk seluruh negeri tetapi saya dipaksa untuk campur tangan dengan cara yang lebih bertekad," paparnya.
Conte menambahkan langkah-langkah itu akan mulai berlaku pada Selasa (10/3/2020). "Keputusan yang tepat hari ini adalah tetap di rumah. Masa depan kita dan masa depan Italia ada di tangan kita. Tangan ini harus lebih bertanggung jawab hari ini daripada sebelumnya," katanya.
Langkah-langkah memperluas zona karantina telah diberlakukan Italia pada jantung utara industri di sekitar kota Milan dan Venesia pada hari Minggu. (Baca juga: Olahraga Italia Lumpuh, Seluruh Aktivitas Diminta Disetop hingga 3 April )
Kematian di wilayah Lombardy Milan—di mana bioskop, teater dan museum ditutup dan jam restoran dibatasi—melonjak 25 persen dalam sehari menjadi 333 orang.
Pembatasan sekala nasional akan berlangsung hingga 3 April dan berarti sekolah dan universitas akan segera ditutup. Perjalanan masuk dan keluar negara serta pergerakan antarkota akan dibatasi. Namun tidak segera jelas bagaimana semua tindakan ini akan diberlakukan.
Kereta dan banyak penerbangan terus beroperasi masuk dan keluar dari Milan pada hari Senin meskipun sebelumnya ada pembatasan untuk wilayah Lombardy.
"Kami tidak punya waktu. Angka-angka menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan dalam infeksi, orang dalam perawatan intensif dan kematian," kata Conte dalam pidatonya. "Kebiasaan kita harus berubah sekarang. Kita harus mencurahkan untuk Italia."
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus menyambut baik langkah keras Italia, dengan mencatat bahwa hanya empat negara—China, Korea Selatan, Italia, dan Iran— yang menyumbang 93 persen dari kasus infeksi COVID-19 di seluruh dunia.
"Sekarang virus ini memiliki pijakan di banyak negara, ancaman pandemi menjadi sangat nyata," katanya. "Ini akan menjadi pandemi pertama yang bisa dikendalikan," ujar Tedros. "Intinya adalah kita tidak bergantung pada virus."
(mas)