Hadapi China, AS Miliki Rudal untuk Tenggelamkan Kapal Musuh
A
A
A
WASHINGTON - Korps Marinir Amerika Serikat (AS) bersiap untuk meluncurkan rudal anti-kapal mobile di Pasifik untuk menghadapi kekuatan Angkatan Laut China yang sedang tumbuh. Hal itu disampaikan Korps Marinir dan Angkatan Darat Amerika dalam kesaksian tertulis kepada Komite Layanan Bersenjata Senat Amerika Serikat.
Korps Marinir mengatakan modernisasi rudal pembunuh kapal musuh atau Naval Strike Missile (NSM) versi berbasis darat (GBASM) menjadi prioritas utama. Senjata baru ini dirancang untuk menenggelamkan kapal musuh, sebuah kemampuan yang belum pernah dilakukan Korps Marinir Amerika sejak Perang Dunia II.
"Kemampuan rudal anti-kapal berbasis darat akan memberikan tembakan anti-kapal dari darat sebagai bagian dari kampanye perang anti-(kapal) permukaan laut terpadu," bunyi kesaksian tertulis Korps Marinir dan Angkatan Darat.
"Kemampuan yang dikembangkan ke depan dan dapat bertahan ini akan meningkatkan kemampuan mematikan pasukan Angkatan Laut kita dan akan membantu untuk menangkal musuh kita dari penggunaan medan maritim utama," lanjut kesaksian tertulis tersebut.
Senjata baru yang akan jadi andalan Korps Marinir di masa depan ini akan diuji coba pada Juni mendatang.
Saat ini, Korps Marinir dapat menembakkan senjata dari sebuah kapal ke pantai menggunakan High Mobility Artillery Rocket System (HMARS). Senjata yang sudah lama digunakan ini sejatinya dirancang untuk menciptakan kebakaran lahan.
Tetapi sistem senjata itu mengalami kesulitan mencapai target yang bergerak, sehingga Korps Marinir telah mengembangkan senjata untuk menargetkan objek yang bergerak.
"Apa yang kami cari sekarang adalah sistem dengan hulu ledak aktif yang dapat mengejar sebuah kapal," kata kata Letnan Jenderal Eric Smith, komandan Komando Pengembangan Tempur Korps Marinir, seperti dikutip Corps Marine Times, Jumat (6/3/2020).
Selain NSM berbasis darat, sistem senjata lain yang dipaparkan kepada Senat adalah Remotely Operated Ground Unit Expeditionary (ROGUE).
Menurut Smith, senjata-senjata itu akan menggabungkan salah satu kendaraan darat terbaru Korps Marinir; Joint Light Tactical Vehicle (JLTV), dengan kereta luncur yang membuat NSM melesat lebih dari 750 km. Tetapi, lanjut Smith, JLTV akan dioperasikan dari jarak jauh.
Jarak seperti itu diperlukan karena Korps Marinir melihat dirinya dalam pertarungan potensial di Laut China Selatan atau daerah lain di Pasifik di mana target mungkin berada pada jarak jauh.
Smith mengatakan Korps Marinir berhasil menguji kemampuan kereta luncur yang akan memegang sistem senjata dengan JLTV pada Desember 2019.
"Kita harus mendapatkan (rudal anti-kapal) untuk menjadi apa yang dibutuhkan komandan Angkatan Laut, komandan armada," kata Smith.
Korps Marinir mengatakan modernisasi rudal pembunuh kapal musuh atau Naval Strike Missile (NSM) versi berbasis darat (GBASM) menjadi prioritas utama. Senjata baru ini dirancang untuk menenggelamkan kapal musuh, sebuah kemampuan yang belum pernah dilakukan Korps Marinir Amerika sejak Perang Dunia II.
"Kemampuan rudal anti-kapal berbasis darat akan memberikan tembakan anti-kapal dari darat sebagai bagian dari kampanye perang anti-(kapal) permukaan laut terpadu," bunyi kesaksian tertulis Korps Marinir dan Angkatan Darat.
"Kemampuan yang dikembangkan ke depan dan dapat bertahan ini akan meningkatkan kemampuan mematikan pasukan Angkatan Laut kita dan akan membantu untuk menangkal musuh kita dari penggunaan medan maritim utama," lanjut kesaksian tertulis tersebut.
Senjata baru yang akan jadi andalan Korps Marinir di masa depan ini akan diuji coba pada Juni mendatang.
Saat ini, Korps Marinir dapat menembakkan senjata dari sebuah kapal ke pantai menggunakan High Mobility Artillery Rocket System (HMARS). Senjata yang sudah lama digunakan ini sejatinya dirancang untuk menciptakan kebakaran lahan.
Tetapi sistem senjata itu mengalami kesulitan mencapai target yang bergerak, sehingga Korps Marinir telah mengembangkan senjata untuk menargetkan objek yang bergerak.
"Apa yang kami cari sekarang adalah sistem dengan hulu ledak aktif yang dapat mengejar sebuah kapal," kata kata Letnan Jenderal Eric Smith, komandan Komando Pengembangan Tempur Korps Marinir, seperti dikutip Corps Marine Times, Jumat (6/3/2020).
Selain NSM berbasis darat, sistem senjata lain yang dipaparkan kepada Senat adalah Remotely Operated Ground Unit Expeditionary (ROGUE).
Menurut Smith, senjata-senjata itu akan menggabungkan salah satu kendaraan darat terbaru Korps Marinir; Joint Light Tactical Vehicle (JLTV), dengan kereta luncur yang membuat NSM melesat lebih dari 750 km. Tetapi, lanjut Smith, JLTV akan dioperasikan dari jarak jauh.
Jarak seperti itu diperlukan karena Korps Marinir melihat dirinya dalam pertarungan potensial di Laut China Selatan atau daerah lain di Pasifik di mana target mungkin berada pada jarak jauh.
Smith mengatakan Korps Marinir berhasil menguji kemampuan kereta luncur yang akan memegang sistem senjata dengan JLTV pada Desember 2019.
"Kita harus mendapatkan (rudal anti-kapal) untuk menjadi apa yang dibutuhkan komandan Angkatan Laut, komandan armada," kata Smith.
(mas)