Mahathir Mohamad: Muhyiddin Bukan PM Malaysia yang Sah!
A
A
A
KUALA LUMPUR - Mahathir Mohamad mengklaim bahwa Perdana Menteri (PM) baru Malaysia; Muhyiddin Yassin, bukan pemimpin yang sah karena tidak memiliki dukungan mayoritas di Dewan Rakyat atau Parlemen.
Muhyiddin, ketua Partai Bersatu—bagian dari koalisi Pakatan Harapan—secara mengejutkan dipilih oleh Yang di-Petuan Agong (Raja Malaysia) Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah sebagai PM ke delapan negara tersebut.
Partai Bersatu keluar dari koalisi Pakatan Harapan dan membentuk pemerintahan baru dengan partai-partai oposisi termasuk UMNO yang kalah dalam pemilu 2018. Manuver politik itulah yang dianggap Mahathir sebagai pengkhianatan.
Penunjukan Muhyiddin itu terjadi setelah Mahathir mengundurkan diri sebagai PM di tengah gejolak politik di koalisi Pakatan Harapan yang melibatkan para politisi koalisi tersebut, termasuk ketua Partai Keadilan Rakyat (PKR) Anwar Ibrahim.
"Sangat aneh bahwa setelah pemilu, pemenang harus membentuk pemerintahan, tetapi di sini kita akan melihat yang kalah dari pemilu yang sama membentuk pemerintah sementara pemenang menjadi oposisi," kata Mahathir dalam konferensi pers di Yayasan Al-Bukhary kemarin.
Namun, Mahathir mengaku dia tidak akan pergi ke istana untuk menyodorkan daftar 114 anggota Parlemen yang mendukungnya menjadi PM ke delapan Malaysia.
“Yang di-Pertuan Agong tidak mau melihat saya lagi dan dengan demikian menunjuk Muhyiddin sebagai perdana menteri," ujarnya.
“Saya tidak punya kesempatan untuk mengatakan kepadanya bahwa Muhyiddin tidak memiliki dukungan mayoritas. Itulah situasinya," kata politisi 94 tahun yang dijuluki "Dr M" tersebut, seperti dikutip The Star, Senin (2/3/2020).
Setelah Muhyiddin dilantik sebagai perdana menteri kedelapan, masa jabatan Mahathir sebagai perdana menteri sementara juga berakhir.
“Kami memiliki mayoritas. Kami memiliki 114 anggota parlemen yang mendukung kami tetapi tampaknya itu diabaikan," ujar Mahathir.
“Muhyiddin mengklaim dia mendapat dukungan penuh dari semua anggota parlemen Partai Pribumi Bersatu Malaysia tetapi dari 36 anggota parlemen, enam menolak untuk mendukungnya, yaitu saya dan putra saya Mukhriz. Dia tidak memiliki mayoritas, kami punya," imbuh dia.
Dia menambahkan bahwa dirinya mendapat dukungan mayoritas dari 114 anggota Parlemen yang diambil dari koalisinya Pakatan Harapan, Partai Warisan Sabah dan beberapa anggota parlemen independen dan beberapa dari partainya, Partai Bersatu.
"Tan Sri Muhyiddin tidak memiliki dukungan mayoritas untuk menjadi perdana menteri baru," katanya.
Pada langkah selanjutnya untuk Pakatan Harapan, Mahathir mengatakan Pakatan Harapan akan menyerukan sidang parlemen yang mendesak. "Kita akan melihat siapa yang memiliki mayoritas," katanya.
Mahathir yang juga anggota Parlemen Langkawi juga mengatakan bahwa dia dikhianati oleh Muhyiddin. "Saya merasa dikhianati, kebanyakan oleh Muhyiddin. Dia telah mengerjakan ini sejak lama dan sekarang dia telah berhasil," ujarnya.
Muhyiddin, ketua Partai Bersatu—bagian dari koalisi Pakatan Harapan—secara mengejutkan dipilih oleh Yang di-Petuan Agong (Raja Malaysia) Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah sebagai PM ke delapan negara tersebut.
Partai Bersatu keluar dari koalisi Pakatan Harapan dan membentuk pemerintahan baru dengan partai-partai oposisi termasuk UMNO yang kalah dalam pemilu 2018. Manuver politik itulah yang dianggap Mahathir sebagai pengkhianatan.
Penunjukan Muhyiddin itu terjadi setelah Mahathir mengundurkan diri sebagai PM di tengah gejolak politik di koalisi Pakatan Harapan yang melibatkan para politisi koalisi tersebut, termasuk ketua Partai Keadilan Rakyat (PKR) Anwar Ibrahim.
"Sangat aneh bahwa setelah pemilu, pemenang harus membentuk pemerintahan, tetapi di sini kita akan melihat yang kalah dari pemilu yang sama membentuk pemerintah sementara pemenang menjadi oposisi," kata Mahathir dalam konferensi pers di Yayasan Al-Bukhary kemarin.
Namun, Mahathir mengaku dia tidak akan pergi ke istana untuk menyodorkan daftar 114 anggota Parlemen yang mendukungnya menjadi PM ke delapan Malaysia.
“Yang di-Pertuan Agong tidak mau melihat saya lagi dan dengan demikian menunjuk Muhyiddin sebagai perdana menteri," ujarnya.
“Saya tidak punya kesempatan untuk mengatakan kepadanya bahwa Muhyiddin tidak memiliki dukungan mayoritas. Itulah situasinya," kata politisi 94 tahun yang dijuluki "Dr M" tersebut, seperti dikutip The Star, Senin (2/3/2020).
Setelah Muhyiddin dilantik sebagai perdana menteri kedelapan, masa jabatan Mahathir sebagai perdana menteri sementara juga berakhir.
“Kami memiliki mayoritas. Kami memiliki 114 anggota parlemen yang mendukung kami tetapi tampaknya itu diabaikan," ujar Mahathir.
“Muhyiddin mengklaim dia mendapat dukungan penuh dari semua anggota parlemen Partai Pribumi Bersatu Malaysia tetapi dari 36 anggota parlemen, enam menolak untuk mendukungnya, yaitu saya dan putra saya Mukhriz. Dia tidak memiliki mayoritas, kami punya," imbuh dia.
Dia menambahkan bahwa dirinya mendapat dukungan mayoritas dari 114 anggota Parlemen yang diambil dari koalisinya Pakatan Harapan, Partai Warisan Sabah dan beberapa anggota parlemen independen dan beberapa dari partainya, Partai Bersatu.
"Tan Sri Muhyiddin tidak memiliki dukungan mayoritas untuk menjadi perdana menteri baru," katanya.
Pada langkah selanjutnya untuk Pakatan Harapan, Mahathir mengatakan Pakatan Harapan akan menyerukan sidang parlemen yang mendesak. "Kita akan melihat siapa yang memiliki mayoritas," katanya.
Mahathir yang juga anggota Parlemen Langkawi juga mengatakan bahwa dia dikhianati oleh Muhyiddin. "Saya merasa dikhianati, kebanyakan oleh Muhyiddin. Dia telah mengerjakan ini sejak lama dan sekarang dia telah berhasil," ujarnya.
(mas)