Gara-gara Batuk, Satu Keluarga Diturunkan dari Pesawat
A
A
A
QUEBEC - Maskapai Air Transat menurunkan satu keluarga yang terdiri dari lima orang warga Kanada dari penerbangan setelah anak mereka batuk di pesawat. Tindakan itu dilakukan setelah keluarga itu tidak dapat menunjukkan dokumen medis yang diminta pihak maskapai untuk menghindari penyebaran virus Corona.
Menurut jaringan TV TVA Nouvelles Emmanuel Faug, Clementine Ferraton, dan ketiga anak mereka naik pesawat Air Transat TS112 dari Quebec ke Paris. Saat itu muncul kekhawatiran di beberapa penumpang ketika putri mereka yang masih batita mulai batuk.
Pasangan itu mengatakan bayi mereka, Lila yang berusia 21 bulan, telah diperiksa pagi itu oleh seorang dokter dan mengatakan dia baik-baik saja untuk terbang.
Tetapi ketika awak pesawat meminta dokumen untuk membuktikannya, mereka tidak bisa menyediakannya.
Ketika dokter kedua - penumpang lain dalam penerbangan yang sama - diminta memeriksa bayi itu, ia juga mengatakan hal yang sama.
Meski begitu, mereka tetap diminta untuk turun dari pesawat.
Pihak Air Transat mengatakan bahwa mereka membuat keputusan untuk melarang keluarga itu setelah meminta saran dari Medlink, layanan yang memberikan bantuan medis dalam penerbangan ke maskapai penerbangan.
Seorang juru bicara Air Transat mengatakan bahwa keputusan itu adalah protokol standar dan bukan bentuk paranoia terhadap wabah virus Corona.
"Saya tidak berpikir itu paranoia, itu menjadi perhatian publik karena wabah koronavirus tetapi itu adalah protokol standar. Kami tidak ingin penumpang kami terpapar berjam-jam kepada seseorang yang menular sehingga itulah yang biasa kami lakukan," kaya juru bicara Air Transat dalam sebuah wawancara dengan CTV News Kanada.
Namun pandangan berbeda diungkapkan oleh Faug. Ia mengatakan bahwa selama bolak balik manajer kabin berulang kali merujuk pada konteks saat ini, yang ia maksudkan adalah ancaman virus corona yang terus berkembang.
"Saya pikir dari sanalah ketakutannya berasal," kata Faug dalam sebuah wawancara TV yang dilaporkan surat kabar L'Edition du Soir.
"Aku bisa memahaminya dengan cara tertentu, tapi aku merasa itu agak berlebihan. Aku mendapat kesan aku terlempar dari pesawat untuk menghindari skandal," imbuhnya seperti dikutip dari Business Insider, Jumat (28/2/2020).
Sementara itu Direktur Kesehatan Masyarakat Quebec, Horacio Arruda mengatakan, ia “terperangah” oleh insiden itu.
“Ketakutannya melihat menunjukkan tumbuhny paranoia yang di tengah risiko penyebaran virus Corona,” katanya.
Beberapa maskapai telah mengambil langkah-langkah yang lebih ketat ketika wabah virus Corona mulai tumbuh. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) telah memberikan saran kepada maskapai penerbangan pada bulan Januari lalu, tetapi maskapai penerbangan akan sukar dan terlalu sulit melakukan itu seperti dilaporkan Business Insider.
Langkah-langkah tambahan yang diambil oleh maskapai yang berbeda termasuk mengubah cara makanan disajikan, anggota kru mengenakan masker dan sarung tangan di daerah berisiko tinggi, dan mendisinfeksi permukaan keras setelah setiap penerbangan.
Menurut jaringan TV TVA Nouvelles Emmanuel Faug, Clementine Ferraton, dan ketiga anak mereka naik pesawat Air Transat TS112 dari Quebec ke Paris. Saat itu muncul kekhawatiran di beberapa penumpang ketika putri mereka yang masih batita mulai batuk.
Pasangan itu mengatakan bayi mereka, Lila yang berusia 21 bulan, telah diperiksa pagi itu oleh seorang dokter dan mengatakan dia baik-baik saja untuk terbang.
Tetapi ketika awak pesawat meminta dokumen untuk membuktikannya, mereka tidak bisa menyediakannya.
Ketika dokter kedua - penumpang lain dalam penerbangan yang sama - diminta memeriksa bayi itu, ia juga mengatakan hal yang sama.
Meski begitu, mereka tetap diminta untuk turun dari pesawat.
Pihak Air Transat mengatakan bahwa mereka membuat keputusan untuk melarang keluarga itu setelah meminta saran dari Medlink, layanan yang memberikan bantuan medis dalam penerbangan ke maskapai penerbangan.
Seorang juru bicara Air Transat mengatakan bahwa keputusan itu adalah protokol standar dan bukan bentuk paranoia terhadap wabah virus Corona.
"Saya tidak berpikir itu paranoia, itu menjadi perhatian publik karena wabah koronavirus tetapi itu adalah protokol standar. Kami tidak ingin penumpang kami terpapar berjam-jam kepada seseorang yang menular sehingga itulah yang biasa kami lakukan," kaya juru bicara Air Transat dalam sebuah wawancara dengan CTV News Kanada.
Namun pandangan berbeda diungkapkan oleh Faug. Ia mengatakan bahwa selama bolak balik manajer kabin berulang kali merujuk pada konteks saat ini, yang ia maksudkan adalah ancaman virus corona yang terus berkembang.
"Saya pikir dari sanalah ketakutannya berasal," kata Faug dalam sebuah wawancara TV yang dilaporkan surat kabar L'Edition du Soir.
"Aku bisa memahaminya dengan cara tertentu, tapi aku merasa itu agak berlebihan. Aku mendapat kesan aku terlempar dari pesawat untuk menghindari skandal," imbuhnya seperti dikutip dari Business Insider, Jumat (28/2/2020).
Sementara itu Direktur Kesehatan Masyarakat Quebec, Horacio Arruda mengatakan, ia “terperangah” oleh insiden itu.
“Ketakutannya melihat menunjukkan tumbuhny paranoia yang di tengah risiko penyebaran virus Corona,” katanya.
Beberapa maskapai telah mengambil langkah-langkah yang lebih ketat ketika wabah virus Corona mulai tumbuh. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) telah memberikan saran kepada maskapai penerbangan pada bulan Januari lalu, tetapi maskapai penerbangan akan sukar dan terlalu sulit melakukan itu seperti dilaporkan Business Insider.
Langkah-langkah tambahan yang diambil oleh maskapai yang berbeda termasuk mengubah cara makanan disajikan, anggota kru mengenakan masker dan sarung tangan di daerah berisiko tinggi, dan mendisinfeksi permukaan keras setelah setiap penerbangan.
(ian)