Perang Sengit Loyalis Assad vs Pasukan Suriah Berkecamuk, Lebih dari 70 Orang Tewas
loading...

Perang sengit antara para milisi bersenjata loyalis presiden terguling Bashar al-Assad melawan pasukan Suriah terus berlanjut. Lebih dari 70 orang tewas. Foto/The New Arab
A
A
A
DAMASKUS - Perang sengit antara milisi bersenjata loyalis presiden terguling Bashar al-Assad melawan pasukan keamanan Suriah terus berkecamuk. Hingga Jumat (7/3/2025), sudah lebih dari 70 orang tewas.
Perang saudara tersebut dimulai sejak Kamis di kota pesisir Jableh dan desa-desa di sekitarnya. Awalnya, korban tewas sebanyak 43 orang.
Para milisi bersenjata itu dulunya adalah tentara reguler rezim Assad.
"Lebih dari 70 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka dan ditangkap dalam bentrokan berdarah dan penyergapan di pantai Suriah antara anggota Kementerian Pertahanan serta Kementerian Dalam Negeri dan militan dari tentara rezim yang sudah tidak berkuasa," kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) dalam sebuah posting di X.
Pada Kamis, SOHR melaporkan 28 orang dari kelompok milisi bersenjata pro-Assad tewas. Sedangkan di pihak pasukan keamanan Suriah sebanyak 16 personel tewas.
Pertempuran sebelumnya terjadi di provinsi pesisir Mediterania Latakia, jantung minoritas Alawite yang dianggap sebagai benteng pendukung selama pemerintahan Assad.
"Dalam serangan yang direncanakan dengan baik dan terencana, beberapa kelompok sisa milisi Assad menyerang posisi dan pos pemeriksaan kami, menargetkan patroli di wilayah Jableh," kata Mustafa Kneifati, seorang pejabat keamanan di Latakia.
"Serangan tersebut mengakibatkan banyak korban tewas dan luka-luka di antara pasukan kami," ujarnya, tanpa menyebutkan jumlah korban.
Kneifati mengatakan pasukan keamanan akan berusaha untuk menghilangkan kehadiran sisa-sisa milisi pro-Assad.
"Kami akan memulihkan stabilitas di wilayah tersebut dan melindungi properti milik rakyat kami," ungkapnya.
Observatorium mengatakan sebagian besar personel keamanan yang tewas berasal dari bekas kubu pemberontak Idlib di barat laut.
Selama operasi tersebut, pasukan keamanan menangkap dan menahan seorang mantan kepala intelijen Angkatan Udara, salah satu badan keamanan keluarga Assad yang paling tepercaya.
"Pasukan kami di kota Jableh berhasil menangkap penjahat Jenderal Ibrahim Huweija," demikian laporan kantor berita negara Suriah, SANA.
"Dia dituduh melakukan ratusan pembunuhan selama era penjahat Hafez al-Assad," lanjut lapiran itu, merujuk pada sosok ayah dan pendahulu Bashar al-Assad.
Huweija, yang mengepalai intelijen Angkatan Udara dari tahun 1987 hingga 2002, telah lama menjadi tersangka dalam pembunuhan pemimpin Druze Lebanon Kamal Bek Jumblatt tahun 1977.
Direktur keamanan provinsi setempat mengatakan pasukan keamanan bentrok dengan orang-orang bersenjata yang setia kepada komandan pasukan khusus era Assad di desa lain di Latakia, setelah pihak berwenang dilaporkan melancarkan serangan helikopter.
"Kelompok bersenjata yang bentrok dengan pasukan keamanan kami di pedesaan Latakia berafiliasi dengan penjahat perang Suhail al-Hassan," kata direktur keamanan itu kepada SANA.
Dijuluki "Si Macan", Hassan memimpin pasukan khusus negara itu dan sering digambarkan sebagai "prajurit favorit" Assad. Dia bertanggung jawab atas kemajuan militer utama oleh pemerintah Assad pada tahun 2015.
SOHR sebelumnya melaporkan serangan yang dilancarkan oleh helikopter Suriah terhadap orang-orang bersenjata di desa Beit Ana dan hutan-hutan di sekitarnya, bertepatan dengan serangan artileri terhadap desa tetangga.
SANA melaporkan bahwa para milisi pro-Assad telah menembaki anggota dan peralatan Kementerian Pertahanan di dekat desa tersebut, menewaskan satu anggota pasukan keamanan dan melukai dua lainnya.
Sumber Kementerian Pertahanan kemudian mengatakan kepada SANA bahwa bala bantuan militer dalam jumlah besar sedang dikerahkan ke daerah Jableh.
Para pemimpin Alawite menyerukan dalam sebuah pernyataan di Facebook untuk "protes damai" sebagai tanggapan atas serangan helikopter, yang mereka katakan telah menargetkan "rumah-rumah warga sipil".
Pasukan keamanan memberlakukan jam malam di daerah-daerah yang dihuni oleh orang-orang Alawite, termasuk Latakia, kota pelabuhan Tartus, dan kota ketiga Homs.
Di kota-kota lain di seluruh negeri, massa berkumpul untuk mendukung pasukan keamanan, menurut laporan SANA.
Ketegangan pecah setelah penduduk Beit Ana, tempat kelahiran Suhail al-Hassan, mencegah pasukan keamanan menangkap seseorang yang dicari karena memperdagangkan senjata, kata SOHR.
Pasukan keamanan kemudian melancarkan operasi di daerah tersebut, yang mengakibatkan bentrokan dengan orang-orang bersenjata, tambahnya.
Pembunuhan sedikitnya empat warga sipil selama operasi keamanan di Latakia juga memicu ketegangan, kata sOHR.
Pasukan keamanan meluncurkan Serangan di lingkungan Daatour di kota itu pada hari Selasa setelah penyergapan oleh anggota sisa-sisa milisi Assad menewaskan dua personel keamanan, menurut laporan media pemerintah Suriah.
Pemberontak Islamis yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham melancarkan serangan kilat yang menggulingkan Assad pada 8 Desember 2024.
Pasukan keamanan baru negara tersebut sejak itu telah melakukan kampanye ekstensif yang berusaha membasmi loyalis Assad dari bekas bentengnya.
Warga dan organisasi telah melaporkan pelanggaran selama kampanye tersebut, termasuk penyitaan rumah, eksekusi di lapangan, dan penculikan.
Pemerintah baru Suriah telah menggambarkan pelanggaran tersebut sebagai "insiden terisolasi" dan berjanji untuk mengejar mereka yang bertanggung jawab.
Perang saudara tersebut dimulai sejak Kamis di kota pesisir Jableh dan desa-desa di sekitarnya. Awalnya, korban tewas sebanyak 43 orang.
Para milisi bersenjata itu dulunya adalah tentara reguler rezim Assad.
"Lebih dari 70 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka dan ditangkap dalam bentrokan berdarah dan penyergapan di pantai Suriah antara anggota Kementerian Pertahanan serta Kementerian Dalam Negeri dan militan dari tentara rezim yang sudah tidak berkuasa," kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) dalam sebuah posting di X.
Pada Kamis, SOHR melaporkan 28 orang dari kelompok milisi bersenjata pro-Assad tewas. Sedangkan di pihak pasukan keamanan Suriah sebanyak 16 personel tewas.
Pertempuran sebelumnya terjadi di provinsi pesisir Mediterania Latakia, jantung minoritas Alawite yang dianggap sebagai benteng pendukung selama pemerintahan Assad.
"Dalam serangan yang direncanakan dengan baik dan terencana, beberapa kelompok sisa milisi Assad menyerang posisi dan pos pemeriksaan kami, menargetkan patroli di wilayah Jableh," kata Mustafa Kneifati, seorang pejabat keamanan di Latakia.
"Serangan tersebut mengakibatkan banyak korban tewas dan luka-luka di antara pasukan kami," ujarnya, tanpa menyebutkan jumlah korban.
Kneifati mengatakan pasukan keamanan akan berusaha untuk menghilangkan kehadiran sisa-sisa milisi pro-Assad.
"Kami akan memulihkan stabilitas di wilayah tersebut dan melindungi properti milik rakyat kami," ungkapnya.
Eks Jenderal Era Rezim Hafez al-Assad Ditangkap
Observatorium mengatakan sebagian besar personel keamanan yang tewas berasal dari bekas kubu pemberontak Idlib di barat laut.
Selama operasi tersebut, pasukan keamanan menangkap dan menahan seorang mantan kepala intelijen Angkatan Udara, salah satu badan keamanan keluarga Assad yang paling tepercaya.
"Pasukan kami di kota Jableh berhasil menangkap penjahat Jenderal Ibrahim Huweija," demikian laporan kantor berita negara Suriah, SANA.
"Dia dituduh melakukan ratusan pembunuhan selama era penjahat Hafez al-Assad," lanjut lapiran itu, merujuk pada sosok ayah dan pendahulu Bashar al-Assad.
Huweija, yang mengepalai intelijen Angkatan Udara dari tahun 1987 hingga 2002, telah lama menjadi tersangka dalam pembunuhan pemimpin Druze Lebanon Kamal Bek Jumblatt tahun 1977.
Direktur keamanan provinsi setempat mengatakan pasukan keamanan bentrok dengan orang-orang bersenjata yang setia kepada komandan pasukan khusus era Assad di desa lain di Latakia, setelah pihak berwenang dilaporkan melancarkan serangan helikopter.
"Kelompok bersenjata yang bentrok dengan pasukan keamanan kami di pedesaan Latakia berafiliasi dengan penjahat perang Suhail al-Hassan," kata direktur keamanan itu kepada SANA.
Dijuluki "Si Macan", Hassan memimpin pasukan khusus negara itu dan sering digambarkan sebagai "prajurit favorit" Assad. Dia bertanggung jawab atas kemajuan militer utama oleh pemerintah Assad pada tahun 2015.
Serangan Helikopter Pasukan Suriah
SOHR sebelumnya melaporkan serangan yang dilancarkan oleh helikopter Suriah terhadap orang-orang bersenjata di desa Beit Ana dan hutan-hutan di sekitarnya, bertepatan dengan serangan artileri terhadap desa tetangga.
SANA melaporkan bahwa para milisi pro-Assad telah menembaki anggota dan peralatan Kementerian Pertahanan di dekat desa tersebut, menewaskan satu anggota pasukan keamanan dan melukai dua lainnya.
Sumber Kementerian Pertahanan kemudian mengatakan kepada SANA bahwa bala bantuan militer dalam jumlah besar sedang dikerahkan ke daerah Jableh.
Para pemimpin Alawite menyerukan dalam sebuah pernyataan di Facebook untuk "protes damai" sebagai tanggapan atas serangan helikopter, yang mereka katakan telah menargetkan "rumah-rumah warga sipil".
Pasukan keamanan memberlakukan jam malam di daerah-daerah yang dihuni oleh orang-orang Alawite, termasuk Latakia, kota pelabuhan Tartus, dan kota ketiga Homs.
Di kota-kota lain di seluruh negeri, massa berkumpul untuk mendukung pasukan keamanan, menurut laporan SANA.
Ketegangan pecah setelah penduduk Beit Ana, tempat kelahiran Suhail al-Hassan, mencegah pasukan keamanan menangkap seseorang yang dicari karena memperdagangkan senjata, kata SOHR.
Pasukan keamanan kemudian melancarkan operasi di daerah tersebut, yang mengakibatkan bentrokan dengan orang-orang bersenjata, tambahnya.
Pembunuhan sedikitnya empat warga sipil selama operasi keamanan di Latakia juga memicu ketegangan, kata sOHR.
Pasukan keamanan meluncurkan Serangan di lingkungan Daatour di kota itu pada hari Selasa setelah penyergapan oleh anggota sisa-sisa milisi Assad menewaskan dua personel keamanan, menurut laporan media pemerintah Suriah.
Pemberontak Islamis yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham melancarkan serangan kilat yang menggulingkan Assad pada 8 Desember 2024.
Pasukan keamanan baru negara tersebut sejak itu telah melakukan kampanye ekstensif yang berusaha membasmi loyalis Assad dari bekas bentengnya.
Warga dan organisasi telah melaporkan pelanggaran selama kampanye tersebut, termasuk penyitaan rumah, eksekusi di lapangan, dan penculikan.
Pemerintah baru Suriah telah menggambarkan pelanggaran tersebut sebagai "insiden terisolasi" dan berjanji untuk mengejar mereka yang bertanggung jawab.
(mas)
Lihat Juga :