Taiwan Klaim Punya Kemampuan Pencegahan Epidemi Kelas Dunia
A
A
A
JAKARTA - Taiwan, sebagai negara tetangga dekat China, menjadi salah satu negara yang paling rawan terpapar virus Corona baru, Covid-29. Taiwan mengatakan telah ada 28 kasus infeksi Covid-19 di negaranya.
Namun, Taiwan menuturkan, karena mereka memiliki sistem perawatan kesehatan global yang terkemuka, dan tindakan pencegahan epidemi dari pemerintah, serta kemampuan pencegahan epidemi yang telah mencapai standar kelas dunia, sehingga secara efektif dapat mencegah penyebaran wabah ini.
"Di bawah sistem medis dan kesehatan Taiwan yang sangat baik, ada 300 ribu orang Indonesia yang bekerja, menetap dan belajar di Taiwan, serta banyak warga internasional lainnya, menikmati tingkat keamanan medis yang sama tingginya dengan orang-orang Taiwan," kata Taipei Economic and Trade Office (TETO), dalam siaran pers yang diterima Sindonews pada Selasa (25/2/2020).
Menurut pernyataan TETO, dalam hal langkah-langkah pencegahan epidemi, Taiwan telah membentuk sistem pencegahan epidemi nasional yang lengkap. Diantaranya pemantauan epidemi elektronik, karantina perbatasan yang ketat, sistem lengkap pencegahan epidemi komunitas, peralatan medis canggih, persiapan bahan anti-epidemi yang memadai, kampanye pencegahan epidemi singkat, latihan pencegahan epidemi tahunan dan lain lain.
Selain itu, jelas TETO, pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat juga bekerja sama untuk mencegah epidemi.
"Selain itu, Taiwan telah mengalami epidemi kolera, malaria, cacar dan TBC dalam 60 tahun terakhir, secara bertahap membentuk mekanisme pencegahan epidemi yang lengkap dan mengumpulkan pengalaman yang banyak dalam pencegahan epidemi. Setelah menangani wabah SARS pada tahun 2003, setiap aspek pekerjaan pencegahan epidemi Taiwan telah ditingkatkan," lanjut pernyataan itu.
"Taiwan adalah negara dengan wabah penyakit menular yang relatif sedikit, karena Taiwan telah menetapkan pengawasan kesehatan dan kontrol penumpang yang masuk dan keluar dan sistem lengkap pengawasan epidemi domestik untuk mencegah invasi penyakit menular. Wabah pneumonia virus Corana baru pecah sekitar akhir Desember 2019. Taiwan dengan cepat mengadakan pertemuan para ahli dan mengambil langkah-langkah untuk memblokir masuknya virus dari luar negeri pada awal Januari 2020 ini," sambungnya.
Menurut TETO, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) awalnya menilai bahwa Taiwan dan Thailand adalah dua negara paling berbahaya selain China. Tapi, ternyata jumlah kasus lokal di Taiwan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan banyak negara maju.
Selain itu, menurut informasi dari situs web basis data global Numbeo, Indeks Perawatan Kesehatan 2020 memberi peringkat pertama kepada Taiwan dengan 86,71 poin, Korea Selatan (Korsel) dan Jepang masing-masing menempati urutan kedua dan ketiga.
"Taiwan juga menduduki peringkat nomor satu di dunia tahun lalu, dapat dilihat bahwa standar medis Taiwan telah lama diakui secara internasional. Sistem medis Taiwan yang lengkap dan maju telah lama dikenal oleh masyarakat internasional. Bahkan, dari pembelian masker secara berkelanjutan menunjukkan niat baik pemerintah Taiwan untuk menyediakan masker bagi orang-orang di Taiwan," ujarnya.
TETO lalu menegaskan bahwa Taiwan bukan bagian dari China, dan bukan bagian dari wilayah epidemi China. Mereka mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia karena telah membedakan dengan jelas antara Taiwan dan China daratan dalam menghadapi kasus epidemi ini.
Mereka lalu mendesak semua negara di dunia untuk tidak menerima informasi yang salah dari WHO yang memasukkan Taiwan dalam wilayah epidemi China. "Tidak menggunakan metode pembagian wilayah epidemi WHO yang salah ini, hingga mengambil tindakan yang tidak masuk akal yakni melarang penerbangan dengan Taiwan dan membatasi masuknya orang Taiwan!" tegasnya.
Namun, Taiwan menuturkan, karena mereka memiliki sistem perawatan kesehatan global yang terkemuka, dan tindakan pencegahan epidemi dari pemerintah, serta kemampuan pencegahan epidemi yang telah mencapai standar kelas dunia, sehingga secara efektif dapat mencegah penyebaran wabah ini.
"Di bawah sistem medis dan kesehatan Taiwan yang sangat baik, ada 300 ribu orang Indonesia yang bekerja, menetap dan belajar di Taiwan, serta banyak warga internasional lainnya, menikmati tingkat keamanan medis yang sama tingginya dengan orang-orang Taiwan," kata Taipei Economic and Trade Office (TETO), dalam siaran pers yang diterima Sindonews pada Selasa (25/2/2020).
Menurut pernyataan TETO, dalam hal langkah-langkah pencegahan epidemi, Taiwan telah membentuk sistem pencegahan epidemi nasional yang lengkap. Diantaranya pemantauan epidemi elektronik, karantina perbatasan yang ketat, sistem lengkap pencegahan epidemi komunitas, peralatan medis canggih, persiapan bahan anti-epidemi yang memadai, kampanye pencegahan epidemi singkat, latihan pencegahan epidemi tahunan dan lain lain.
Selain itu, jelas TETO, pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat juga bekerja sama untuk mencegah epidemi.
"Selain itu, Taiwan telah mengalami epidemi kolera, malaria, cacar dan TBC dalam 60 tahun terakhir, secara bertahap membentuk mekanisme pencegahan epidemi yang lengkap dan mengumpulkan pengalaman yang banyak dalam pencegahan epidemi. Setelah menangani wabah SARS pada tahun 2003, setiap aspek pekerjaan pencegahan epidemi Taiwan telah ditingkatkan," lanjut pernyataan itu.
"Taiwan adalah negara dengan wabah penyakit menular yang relatif sedikit, karena Taiwan telah menetapkan pengawasan kesehatan dan kontrol penumpang yang masuk dan keluar dan sistem lengkap pengawasan epidemi domestik untuk mencegah invasi penyakit menular. Wabah pneumonia virus Corana baru pecah sekitar akhir Desember 2019. Taiwan dengan cepat mengadakan pertemuan para ahli dan mengambil langkah-langkah untuk memblokir masuknya virus dari luar negeri pada awal Januari 2020 ini," sambungnya.
Menurut TETO, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) awalnya menilai bahwa Taiwan dan Thailand adalah dua negara paling berbahaya selain China. Tapi, ternyata jumlah kasus lokal di Taiwan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan banyak negara maju.
Selain itu, menurut informasi dari situs web basis data global Numbeo, Indeks Perawatan Kesehatan 2020 memberi peringkat pertama kepada Taiwan dengan 86,71 poin, Korea Selatan (Korsel) dan Jepang masing-masing menempati urutan kedua dan ketiga.
"Taiwan juga menduduki peringkat nomor satu di dunia tahun lalu, dapat dilihat bahwa standar medis Taiwan telah lama diakui secara internasional. Sistem medis Taiwan yang lengkap dan maju telah lama dikenal oleh masyarakat internasional. Bahkan, dari pembelian masker secara berkelanjutan menunjukkan niat baik pemerintah Taiwan untuk menyediakan masker bagi orang-orang di Taiwan," ujarnya.
TETO lalu menegaskan bahwa Taiwan bukan bagian dari China, dan bukan bagian dari wilayah epidemi China. Mereka mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia karena telah membedakan dengan jelas antara Taiwan dan China daratan dalam menghadapi kasus epidemi ini.
Mereka lalu mendesak semua negara di dunia untuk tidak menerima informasi yang salah dari WHO yang memasukkan Taiwan dalam wilayah epidemi China. "Tidak menggunakan metode pembagian wilayah epidemi WHO yang salah ini, hingga mengambil tindakan yang tidak masuk akal yakni melarang penerbangan dengan Taiwan dan membatasi masuknya orang Taiwan!" tegasnya.
(esn)