Turki Akan Bangun Pencakar Langit dari Tengkorak Tentara Rusia

Senin, 17 Februari 2020 - 12:39 WIB
Turki Akan Bangun Pencakar Langit dari Tengkorak Tentara Rusia
Turki Akan Bangun Pencakar Langit dari Tengkorak Tentara Rusia
A A A
ANKARA - Duta Besar Rusia untuk Turki, Alexei Yerkhov, dan staf kedutaan menerima ancaman mengerikan dari sekelompok pihak di Ankara. Ancaman muncul ketika kedua negara tersebut bersitegang terkait konflik Ankara dan rezim Damaskus di Idlib, Suriah.

Menurut Yerkhov ancaman yang dipublikasikan itu menyatakan Turki akan membangun gedung pencakar langit dari tengkorak tentara Rusia. Dia tidak merinci dari mana ancaman itu yang diterima dirinya dan staf kedutaan.

Namun, di masa lalu, pendahulu Yerkhov ditembak mati seorang pria radikal Turki yang memprotes operasi militer Rusia di Suriah.

Kedua negara telah bersitegang dalam sepekan ini setelah Moskow mendukung operasi militer pasukan rezim Suriah terhadap kelompok teroris di Idlib. Ankara yang mendukung kelompok oposisi Suriah di Idlib menentang operasi militer tersebut dan menginginkan Idlib sebagi zona gencatan senjata.

Yerkhov mengaku tidak memasukkan ancaman seperti itu ke dalam hati meski telah membuatnya terganggu. Alasannya, dia adalah perwakilan resmi pemerintah Rusia.

"Sejauh menyangkut ancaman, kami telah membahasnya secara panjang lebar, dan bahkan mempublikasikan (ancaman) yang paling menjijikkan. Di antara yang terakhir kami terima tadi malam dan pagi ini adalah komentar seperti; 'Kami akan membangun gedung pencakar langit dari tengkorak pasukan Anda', dan 'Anda akan membayar harga untuk setiap tetes darah yang Anda tumpahkan', dan seterusnya," ungkap Yerkhov kepada Zvezda pada hari Minggu (16/2/2020).

Diplomat itu mencatat bahwa dia tidak bisa tidak memperlakukan ancaman seperti itu dengan sangat serius, karena itu bukan hanya masalah ancaman terhadap dirinya sendiri.

“Seseorang mungkin mengatakan bahwa ini adalah kasus orang yang melepaskan semangat dan orang lain mungkin mengatakan ini demokratis. Sulit untuk tidak setuju dengan sudut pandang ini. Tetapi pada saat yang sama tindakan tersebut tidak dapat diterima, karena kita tidak berbicara tentang kedutaan atau duta besar, tetapi tentang Rusia dan semua perwakilannya," tegas Yerkhov.

“Mengapa ancamannya tidak bisa diterima? Karena ancaman terhadap Rusia sendiri merupakan faktor dalam radikalisasi sentimen publik, itu dibaca dan diterima. Mereka yang menulisnya mungkin tidak sepenuhnya menyadarinya, tetapi mereka memulai reaksi berantai dari xenofobia, kemarahan dan kebencian yang dapat menemukan manifestasi dunia nyata," ujarnya.

"Banyak ahli telah mengingat bahwa informasi dan situasi propaganda yang muncul dalam beberapa hari terakhir ini mengingatkan kita pada yang berkuasa lima tahun lalu, dan kita semua ingat bagaimana itu berakhir," imbuh Yerkhov merujuk pada pembunuhan terhadap duta besar Rusia Andrei Karlov di Ankara pada akhir 2016 di tengah krisis dalam hubungan Rusia-Turki setelah Ankara menembak jatuh pesawat tempur Rusia di atas wilayah udara Suriah tahun 2015.

Menurut Yerkhov, dirinya bukan sosok yang paling khawatir tentang keamanan pribadinya. Dia memuji otoritas Turki atas profesionalisme yang telah mereka perlihatkan dalam melindunginya. Namun, dia menegaskan bahwa tidak mungkin untuk melindungi semua karyawan organisasi asing atau mengisolasi semua warga Rusia di Turki.

Pada saat yang sama, diplomat itu menyatakan bahwa ketegangan saat ini dapat mengancam seluruh kompleks hubungan Rusia-Turki."Yang dibangun dengan susah payah oleh upaya puluhan ribu orang, dimulai dengan presiden negara kita, yang membuat antarpribadi berkontribusi untuk pengembangan hubungan bilateral ini," ujarnya.

Pada hari Sabtu, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pihaknya memperkirakan Turki akan melakukan segalanya dengan kekuatannya untuk memastikan keamanan para diplomat dan wisatawan Rusia di negara itu. Sebelumnya, media Turki melaporkan bahwa sekelompok pengacau remaja telah menodai dua puluh kuburan Kristen di pemakaman Ortakoy di Ankara, termasuk makam imigran Rusia.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4730 seconds (0.1#10.140)