Putin Dilaporkan Mulai Jengkel dengan Assad yang Keras Kepala
loading...
A
A
A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan telah membiarkan kejengkelannya diperlihatkan kepada sekutu Suriah-nya, Presiden Bashar al-Assad, yang menolak kompromi deangan oposisi Suriah.
Mengutip laporan Bloomberg, Rabu (29/4/2020), Assad terbukti tidak bersyukur karena tetap berkuasa berkat intervensi Rusia dalam perang saudara yang brutal di negaranya.
Putin saat ini direpotkan dua masalah di dalam negeri, yakni anjloknya harga minyak dan epidemi virus corona COVID-19. Masalah itu, membuatnya ingin mengakhiri petualangan militer Suriah dengan menyatakan kemenangan.
Menurut laporan tersebut, Putin bersikeras bahwa Assad harus menunjukkan lebih banyak fleksibilitas dalam pembicaraan dengan oposisi Suriah mengenai penyelesaian politik untuk mengakhiri konflik selama hampir satu dekade. Laporan itu mengutipp empat sumber yang akrab dengan diskusi Kremlin tentang masalah ini.
Sikap Assad itu telah jadi bulan-bulanan kecaman media pro-Kremlin. "Kremlin perlu menyingkirkan sakit kepala Suriah," kata Alexander Shumilin, mantan diplomat Rusia yang mengelola Europe-Middle East Center, lembaga di Moskow yang didanai negara Rusia.
"Masalahnya adalah dengan satu orang, Assad dan rombongannya," ujarnya.
Iritasi Putin dan kegigihan Assad menyoroti dilema Rusia karena kedua belah pihak tahu tidak ada alternatif bagi pemimpin Suriah dalam mencapai kesepakatan.
Ketika Putin menggunakan intervensi militer sejak 2015 yang sukses di Suriah untuk memulihkan pengaruh era Soviet sebagai pemain utama di Timur Tengah, Assad telah bermanuver di antara Moskow dan pendukung militer utamanya, Iran, untuk mempertahankan cengkeramannya pada kekuasaan.
Assad juga memanfaatkan kekuatan militer dan diplomatik Rusia terhadap upaya Turki untuk memperluas kehadirannya di daerah-daerah yang tersisa yang dikuasai pemberontak di Suriah utara ketika dia berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas seluruh negara dengan dukungan Putin.
Kritik Terbuka
Mengutip laporan Bloomberg, Rabu (29/4/2020), Assad terbukti tidak bersyukur karena tetap berkuasa berkat intervensi Rusia dalam perang saudara yang brutal di negaranya.
Putin saat ini direpotkan dua masalah di dalam negeri, yakni anjloknya harga minyak dan epidemi virus corona COVID-19. Masalah itu, membuatnya ingin mengakhiri petualangan militer Suriah dengan menyatakan kemenangan.
Menurut laporan tersebut, Putin bersikeras bahwa Assad harus menunjukkan lebih banyak fleksibilitas dalam pembicaraan dengan oposisi Suriah mengenai penyelesaian politik untuk mengakhiri konflik selama hampir satu dekade. Laporan itu mengutipp empat sumber yang akrab dengan diskusi Kremlin tentang masalah ini.
Sikap Assad itu telah jadi bulan-bulanan kecaman media pro-Kremlin. "Kremlin perlu menyingkirkan sakit kepala Suriah," kata Alexander Shumilin, mantan diplomat Rusia yang mengelola Europe-Middle East Center, lembaga di Moskow yang didanai negara Rusia.
"Masalahnya adalah dengan satu orang, Assad dan rombongannya," ujarnya.
Iritasi Putin dan kegigihan Assad menyoroti dilema Rusia karena kedua belah pihak tahu tidak ada alternatif bagi pemimpin Suriah dalam mencapai kesepakatan.
Ketika Putin menggunakan intervensi militer sejak 2015 yang sukses di Suriah untuk memulihkan pengaruh era Soviet sebagai pemain utama di Timur Tengah, Assad telah bermanuver di antara Moskow dan pendukung militer utamanya, Iran, untuk mempertahankan cengkeramannya pada kekuasaan.
Assad juga memanfaatkan kekuatan militer dan diplomatik Rusia terhadap upaya Turki untuk memperluas kehadirannya di daerah-daerah yang tersisa yang dikuasai pemberontak di Suriah utara ketika dia berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas seluruh negara dengan dukungan Putin.
Kritik Terbuka