Sekjen PBB: Rencana Trump untuk Gaza Sama dengan Pembersihan Etnis
loading...

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Foto/tasnim
A
A
A
NEW YORK - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk merelokasi penduduk Gaza dan mengembangkan daerah kantong Palestina akan sama dengan "pembersihan etnis".
Pernyataan Guterres itu dilansir reporter New York Times Farnaz Fassihi.
Dalam posting di X, Kepala Biro PBB, Fassihi, juga melaporkan Guterres mengatakan, “Rencana Trump berisiko membuat negara Palestina mustahil selamanya."
Raed Jarrar, direktur advokasi di kelompok hak asasi manusia yang berbasis di AS, DAWN, mengecam pernyataan Trump tentang pengurangan populasi Gaza dan pengambilalihan daerah kantong tersebut.
"Komentar delusi Presiden Trump tentang kepemilikan Gaza menyoroti perlunya komunitas internasional meminta pertanggungjawaban para pemimpin Israel dan AS," tegas Jarrar kepada Al Jazeera.
Dia menekankan, “Menjadi mitra Israel dalam genosida dan pembersihan etnis bukan hanya ancaman bagi Palestina, tetapi juga ancaman bagi perdamaian dunia dan ketertiban internasional.”
Anggota Kongres AS Rashida Tlaib menyampaikan tanggapan pedas terhadap pernyataan terbaru Trump tentang Jalur Gaza.
“Presiden ini secara terbuka menyerukan pembersihan etnis sambil duduk di sebelah penjahat perang yang melakukan genosida,” tegas Tlaib, yang merupakan satu-satunya warga Palestina-Amerika yang menjabat di Kongres AS.
“Dia baik-baik saja menghentikan dana federal bagi warga Amerika yang bekerja, sementara dana untuk pemerintah Israel terus mengalir,” ungkap dia.
Dalam unggahan di X, Chris Murphy, senator Partai Demokrat dari Connecticut, mengatakan, “Kami tidak akan mengambil alih Gaza.”
“Dia (Trump) benar-benar kehilangan akal. Invasi AS ke Gaza akan menyebabkan pembantaian ribuan tentara AS dan perang selama puluhan tahun di Timur Tengah. Itu seperti lelucon yang buruk dan menjijikkan,” ujar dia dalam unggahan lainnya.
Murphy mengatakan, “Komentar Trump dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian media dan masyarakat dari kisah nyata, para miliarder merebut pemerintahan untuk mencuri dari rakyat biasa."
Tariq Habash, yang mengundurkan diri dari pemerintahan Joe Biden karena dukungan tanpa syaratnya terhadap Israel, mengatakan, “Usulan Trump untuk mengusir warga Palestina keluar dari Gaza merupakan dukungan terhadap pembersihan etnis dan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional."
"AS tidak memiliki hak untuk 'memiliki' Gaza atau mendikte masa depan bagi rakyat Palestina. Ini bukan diplomasi dan tidak sesuai dengan kepentingan Amerika," ujar Habash, yang baru-baru ini mendirikan lembaga pemikir A New Policy, kepada Al Jazeera.
Teve Witkoff, utusan khusus Donald Trump untuk Timur Tengah, telah mengatakan kepada wartawan bahwa komentar presiden tentang "pembersihan" Gaza mengacu pada rencana jangka panjang untuk membuat daerah kantong itu layak huni.
Witkoff melanjutkan bahwa dia yakin "tidak adil" bagi warga Palestina untuk memberi tahu mereka bahwa mereka akan kembali dalam waktu lima tahun.
"Ada 30.000 amunisi yang belum meledak. (Ada) bangunan yang bisa roboh kapan saja. Tidak ada utilitas apa pun di sana," ujar dia.
Baca juga: Trump Temui Netanyahu, Tegaskan AS akan Menguasai Gaza dan Meratakannya
Pernyataan Guterres itu dilansir reporter New York Times Farnaz Fassihi.
Dalam posting di X, Kepala Biro PBB, Fassihi, juga melaporkan Guterres mengatakan, “Rencana Trump berisiko membuat negara Palestina mustahil selamanya."
Raed Jarrar, direktur advokasi di kelompok hak asasi manusia yang berbasis di AS, DAWN, mengecam pernyataan Trump tentang pengurangan populasi Gaza dan pengambilalihan daerah kantong tersebut.
"Komentar delusi Presiden Trump tentang kepemilikan Gaza menyoroti perlunya komunitas internasional meminta pertanggungjawaban para pemimpin Israel dan AS," tegas Jarrar kepada Al Jazeera.
Dia menekankan, “Menjadi mitra Israel dalam genosida dan pembersihan etnis bukan hanya ancaman bagi Palestina, tetapi juga ancaman bagi perdamaian dunia dan ketertiban internasional.”
Anggota Kongres AS Rashida Tlaib menyampaikan tanggapan pedas terhadap pernyataan terbaru Trump tentang Jalur Gaza.
“Presiden ini secara terbuka menyerukan pembersihan etnis sambil duduk di sebelah penjahat perang yang melakukan genosida,” tegas Tlaib, yang merupakan satu-satunya warga Palestina-Amerika yang menjabat di Kongres AS.
“Dia baik-baik saja menghentikan dana federal bagi warga Amerika yang bekerja, sementara dana untuk pemerintah Israel terus mengalir,” ungkap dia.
Dalam unggahan di X, Chris Murphy, senator Partai Demokrat dari Connecticut, mengatakan, “Kami tidak akan mengambil alih Gaza.”
“Dia (Trump) benar-benar kehilangan akal. Invasi AS ke Gaza akan menyebabkan pembantaian ribuan tentara AS dan perang selama puluhan tahun di Timur Tengah. Itu seperti lelucon yang buruk dan menjijikkan,” ujar dia dalam unggahan lainnya.
Murphy mengatakan, “Komentar Trump dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian media dan masyarakat dari kisah nyata, para miliarder merebut pemerintahan untuk mencuri dari rakyat biasa."
Tariq Habash, yang mengundurkan diri dari pemerintahan Joe Biden karena dukungan tanpa syaratnya terhadap Israel, mengatakan, “Usulan Trump untuk mengusir warga Palestina keluar dari Gaza merupakan dukungan terhadap pembersihan etnis dan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional."
"AS tidak memiliki hak untuk 'memiliki' Gaza atau mendikte masa depan bagi rakyat Palestina. Ini bukan diplomasi dan tidak sesuai dengan kepentingan Amerika," ujar Habash, yang baru-baru ini mendirikan lembaga pemikir A New Policy, kepada Al Jazeera.
Teve Witkoff, utusan khusus Donald Trump untuk Timur Tengah, telah mengatakan kepada wartawan bahwa komentar presiden tentang "pembersihan" Gaza mengacu pada rencana jangka panjang untuk membuat daerah kantong itu layak huni.
Witkoff melanjutkan bahwa dia yakin "tidak adil" bagi warga Palestina untuk memberi tahu mereka bahwa mereka akan kembali dalam waktu lima tahun.
"Ada 30.000 amunisi yang belum meledak. (Ada) bangunan yang bisa roboh kapan saja. Tidak ada utilitas apa pun di sana," ujar dia.
Baca juga: Trump Temui Netanyahu, Tegaskan AS akan Menguasai Gaza dan Meratakannya
(sya)
Lihat Juga :