AS Desak China Bergabung Perundingan Senjata Nuklir dengan Rusia

Rabu, 22 Januari 2020 - 01:30 WIB
AS Desak China Bergabung Perundingan Senjata Nuklir dengan Rusia
AS Desak China Bergabung Perundingan Senjata Nuklir dengan Rusia
A A A
JENEWA - Amerika Serikat (AS) mendesak China bergabung perundingan senjata nuklir trilateral dengan Moskow. Washington menyebut kerahasiaan Beijing tentang jumlah cadangan senjata nuklir menjadi ancaman serius bagi stabilitas strategis.

Presiden AS Donald Trump menyatakan tahun lalu dia telah membahas kesepakatan baru untuk membatasi senjata nuklir dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan berharap memperluasnya pada China yang akan menjadi kesepakatan besar antara tiga kekuatan nuklir terbesar di dunia. Namun China sejauh ini menolak terlibat perundingan itu.

"Kami pikir, dengan fakta bahwa cadangan nuklir China diperkirakan meningkat dua kali lipat selama sepuluh tahun mendatang, sekarang waktunya memiliki diskusi trilateral," ungkap Robert Wood, duta besar pelucutan senjata AS saat membuka Konferensi Pelucutan Senjata di Jenewa yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dia menjelaskan, AS telah membahas potensi perundingan trilateral saat pertemuan keamanan dengan Rusia pekan lalu dan mencapai pemahaman tentang mendorongnya. "Kita tidak bisa menunggu," tutur dia.

Ditanya tentang bagaimana cara menekan Beijing untuk bergabung, Wood menyatakan dia berharap Rusia dan lainnya akan membantu. "Harapannya seiring waktu dan melalui pengaruh pihak selain AS, mereka (China) akan datang ke meja. Kami pikir ini penting bagi keamanan global bahwa China melakukan itu," ujar Wood.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov menyatakan pekan lalu bahwa Rusia akan terlibat dalam potensi perundingan trilateral tapi dia mengaku tak bisa memaksa China mengubah posisinya sekarang.

China sebelumnya menyatakan, persenjataannya berada pada level terendah dari kebutuhan keamanan nasionalnya dan tidak dapat dibandingkan dengan Rusia dan AS.

PBB menginginkan pemusnahan total senjata nuklir tapi perundingan itu buntu selama lebih dari 20 tahun.
(sfn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3661 seconds (0.1#10.140)