Apa Kelompok HTS Didukung Israel untuk Melemahkan Suriah?
loading...
A
A
A
BEIRUT - Hayat Tahrir al-Sham (HTS) merupakan kelompok oposisi Suriah yang tengah menjadi perhatian dunia. Baru-baru ini, mereka melancarkan serangan mendadak ke Aleppo yang dikatakan sebagai pertama kali sejak 2016.
Selama puncak konflik Suriah beberapa tahun lalu, Aleppo terbagi antara wilayah yang dikuasai pemerintah dan pemberontak. Namun, berkat bantuan kekuatan udara Rusia dan kelompok militan Hizbullah di darat, rezim Presiden Bashar al-Assad berhasil merebut kembali kendali atas seluruh kota pada akhir 2016.
Sejak saat itu, konflik di Aleppo mereda. Sebagian besar pemberontak yang tersisa hanya terbatas di provinsi Idlib, dekat perbatasan provinsi Aleppo.
Beberapa waktu berlalu, wilayah Aleppo kembali memanas di penghujung 2024 ini. Terbaru, pihak pemerintah dikejutkan dengan serangan mendadak dari kelompok oposisi bernama Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Menanggapi serangan baru-baru ini ke Aleppo, sejumlah orang mempertanyakan alasan HTS yang kembali setelah bertahun-tahun menghilang. Beberapa menyebut kemungkinan adanya campur tangan Israel yang sengaja bertujuan untuk melemahkan posisi Suriah.
Sebagaimana diketahui, Suriah selama ini dituding Israel sebagai salah satu tempat berkumpulnya para milisi Hizbullah dari Lebanon. Maka dari itu, mereka mungkin mencoba melemahkan Suriah dengan mengerahkan kelompok pemberontak yang sudah eksis sejak lama di sana.
Sejauh ini belum ada tanda-tanda campur tangan Israel dalam serangan HTS ke Aleppo. Meski begitu, terdapat kemungkinan bahwa kelompok tersebut sebenarnya memanfaatkan ‘momentum’ yang lebih dulu diciptakan Israel.
Mengutip Times of Israel, Carmit Valensi selaku Kepala Program Arena Utara di Institut Studi Keamanan Nasional di Tel Aviv menyebut alasan utama keberhasilan serangan pemberontak baru-baru ini adalah karena dampak operasi militer Israel melawan Hizbullah dan Iran sejak 8 Oktober 2023. Ia menduga bahwa HTS melihat pelemahan sekutu strategis Suriah, termasuk Teheran.
“Waktunya bukan suatu kebetulan. Mereka mengidentifikasi dengan baik kelemahan kritis, bahkan historis, yang dialami oleh 'Poros Perlawanan,' terutama Hizbullah dan Iran,” ucap Carmit, dikutip Senin (2/12/2024).
Sebagai bukti, ia mengungkap banyak pejuang Hizbullah dipindahkan dari Suriah untuk menghadapi invasi darat Israel di Lebanon. Belum lagi, ada insiden ledakan ribuan pager di hadapan pemiliknya.
Selain Iran, HTS melihat sekutu Suriah lain seperti Rusia yang juga semakin lemah. Terlebih, saat ini fokus Moskow adalah pada pertempuran panjang di Ukraina, sehingga akan meninggalkan peran utama di Damaskus.
Berbicara kepada Channel 12 Israel, pada Minggu (1/12), seorang komandan pemberontak tidak berusaha menyembunyikan hubungan antara serangan itu dan operasi militer Israel di Iran. Ia menambahkan bahwa tujuannya adalah untuk menggulingkan rezim Assad dan mendirikan pemerintahan yang memiliki hubungan baik dengan semua tetangganya.
“Kami melihat perjanjian (gencatan senjata) dengan Hizbullah dan memahami bahwa inilah saatnya untuk membebaskan tanah kami. Kami tidak akan membiarkan Hizbullah bertempur di wilayah kami dan kami tidak akan membiarkan orang Iran berakar di sana.” kata perwira tersebut.
Selama beberapa tahun terakhir, HTS telah membangun kemampuan militernya. Charles Lister, pakar Suriah di Middle East Institute menyebut kelompok ini mengoperasikan akademi militer yang dikelola para pembelot dari militer Suriah dan merestrukturisasi sayap bersenjatanya menjadi struktur angkatan bersenjata konvensional.
Namun, tentunya masih dini untuk menilai keberhasilan pasukan pemberontak HTS di Suriah. Tak langsung dikatakan berhasil, semua pihak masih menunggu respons dari Damaskus dan para sekutunya.
Selama puncak konflik Suriah beberapa tahun lalu, Aleppo terbagi antara wilayah yang dikuasai pemerintah dan pemberontak. Namun, berkat bantuan kekuatan udara Rusia dan kelompok militan Hizbullah di darat, rezim Presiden Bashar al-Assad berhasil merebut kembali kendali atas seluruh kota pada akhir 2016.
Sejak saat itu, konflik di Aleppo mereda. Sebagian besar pemberontak yang tersisa hanya terbatas di provinsi Idlib, dekat perbatasan provinsi Aleppo.
Beberapa waktu berlalu, wilayah Aleppo kembali memanas di penghujung 2024 ini. Terbaru, pihak pemerintah dikejutkan dengan serangan mendadak dari kelompok oposisi bernama Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Apa Kelompok HTS Didukung Israel untuk Melemahkan Suriah?
Hayat Tahrir al-Sham (HTS) merupakan sebuah kelompok bersenjata yang dikatakan sebagai mantan cabang dari afiliasi Al Qaeda bernama Jabhat al Nusra. HTS ada dalam daftar organisasi teroris Departemen Luar Negeri dan pernah muncul pada awal perang saudara Suriah beberapa tahun lalu.Menanggapi serangan baru-baru ini ke Aleppo, sejumlah orang mempertanyakan alasan HTS yang kembali setelah bertahun-tahun menghilang. Beberapa menyebut kemungkinan adanya campur tangan Israel yang sengaja bertujuan untuk melemahkan posisi Suriah.
Sebagaimana diketahui, Suriah selama ini dituding Israel sebagai salah satu tempat berkumpulnya para milisi Hizbullah dari Lebanon. Maka dari itu, mereka mungkin mencoba melemahkan Suriah dengan mengerahkan kelompok pemberontak yang sudah eksis sejak lama di sana.
Baca Juga
Sejauh ini belum ada tanda-tanda campur tangan Israel dalam serangan HTS ke Aleppo. Meski begitu, terdapat kemungkinan bahwa kelompok tersebut sebenarnya memanfaatkan ‘momentum’ yang lebih dulu diciptakan Israel.
Mengutip Times of Israel, Carmit Valensi selaku Kepala Program Arena Utara di Institut Studi Keamanan Nasional di Tel Aviv menyebut alasan utama keberhasilan serangan pemberontak baru-baru ini adalah karena dampak operasi militer Israel melawan Hizbullah dan Iran sejak 8 Oktober 2023. Ia menduga bahwa HTS melihat pelemahan sekutu strategis Suriah, termasuk Teheran.
“Waktunya bukan suatu kebetulan. Mereka mengidentifikasi dengan baik kelemahan kritis, bahkan historis, yang dialami oleh 'Poros Perlawanan,' terutama Hizbullah dan Iran,” ucap Carmit, dikutip Senin (2/12/2024).
Sebagai bukti, ia mengungkap banyak pejuang Hizbullah dipindahkan dari Suriah untuk menghadapi invasi darat Israel di Lebanon. Belum lagi, ada insiden ledakan ribuan pager di hadapan pemiliknya.
Selain Iran, HTS melihat sekutu Suriah lain seperti Rusia yang juga semakin lemah. Terlebih, saat ini fokus Moskow adalah pada pertempuran panjang di Ukraina, sehingga akan meninggalkan peran utama di Damaskus.
Berbicara kepada Channel 12 Israel, pada Minggu (1/12), seorang komandan pemberontak tidak berusaha menyembunyikan hubungan antara serangan itu dan operasi militer Israel di Iran. Ia menambahkan bahwa tujuannya adalah untuk menggulingkan rezim Assad dan mendirikan pemerintahan yang memiliki hubungan baik dengan semua tetangganya.
“Kami melihat perjanjian (gencatan senjata) dengan Hizbullah dan memahami bahwa inilah saatnya untuk membebaskan tanah kami. Kami tidak akan membiarkan Hizbullah bertempur di wilayah kami dan kami tidak akan membiarkan orang Iran berakar di sana.” kata perwira tersebut.
Selama beberapa tahun terakhir, HTS telah membangun kemampuan militernya. Charles Lister, pakar Suriah di Middle East Institute menyebut kelompok ini mengoperasikan akademi militer yang dikelola para pembelot dari militer Suriah dan merestrukturisasi sayap bersenjatanya menjadi struktur angkatan bersenjata konvensional.
Namun, tentunya masih dini untuk menilai keberhasilan pasukan pemberontak HTS di Suriah. Tak langsung dikatakan berhasil, semua pihak masih menunggu respons dari Damaskus dan para sekutunya.
(ahm)