Pertama Kalinya, Paus Fransiskus Desak Penyelidikan Genosida Israel di Gaza
loading...
A
A
A
Paus Fransiskus saat itu berbicara tentang penderitaan warga Israel dan Palestina setelah pertemuannya, yang diatur sebelum kesepakatan pembebasan sandera antara Israel dan Hamas dan penghentian sementara pertempuran diumumkan.
Paus, yang minggu lalu juga bertemu dengan delegasi sandera Israel yang dibebaskan dan keluarga mereka yang mendesak kampanye untuk membawa pulang tawanan yang tersisa, memegang kendali editorial atas buku yang akan dirilis tersebut.
Perang dimulai ketika Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menculik 250 orang sebagai sandera dan membawa mereka kembali ke Gaza, tempat puluhan orang masih berada.
Sedangkan perang brutal Israel selama setahun berikutnya telah menewaskan lebih dari 43.000 orang di Gaza, menurut pejabat kesehatan wilayah kantong Palestina tersebut.
Konflik di Gaza telah memicu beberapa kasus hukum di pengadilan internasional di Den Haag yang melibatkan permintaan surat perintah penangkapan serta tuduhan dan penyangkalan kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida.
Dalam buku baru itu, Paus Fransiskus juga berbicara tentang migrasi dan masalah integrasi migran di negara tuan rumah mereka.
“Menghadapi tantangan ini, tidak ada negara yang dapat dibiarkan sendiri dan tidak ada yang dapat berpikir untuk mengatasi masalah ini secara terpisah melalui undang-undang yang lebih ketat dan represif, yang terkadang disetujui di bawah tekanan rasa takut atau untuk mencari keuntungan elektoral,” katanya.
“Sebaliknya, seperti yang kita lihat bahwa ada globalisasi ketidakpedulian, kita harus menanggapinya dengan globalisasi amal dan kerja sama,” imbuh dia.
Paus Fransiskus juga menyebutkan luka perang di Ukraina yang masih terbuka telah menyebabkan ribuan orang meninggalkan rumah mereka, terutama selama bulan-bulan pertama konflik.
Lihat Juga: 3 Negara yang Banyak Dihuni Warga Druze, Mayoritas Berada di Wilayah Konflik Timur Tengah
Paus, yang minggu lalu juga bertemu dengan delegasi sandera Israel yang dibebaskan dan keluarga mereka yang mendesak kampanye untuk membawa pulang tawanan yang tersisa, memegang kendali editorial atas buku yang akan dirilis tersebut.
Perang dimulai ketika Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menculik 250 orang sebagai sandera dan membawa mereka kembali ke Gaza, tempat puluhan orang masih berada.
Sedangkan perang brutal Israel selama setahun berikutnya telah menewaskan lebih dari 43.000 orang di Gaza, menurut pejabat kesehatan wilayah kantong Palestina tersebut.
Konflik di Gaza telah memicu beberapa kasus hukum di pengadilan internasional di Den Haag yang melibatkan permintaan surat perintah penangkapan serta tuduhan dan penyangkalan kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida.
Dalam buku baru itu, Paus Fransiskus juga berbicara tentang migrasi dan masalah integrasi migran di negara tuan rumah mereka.
“Menghadapi tantangan ini, tidak ada negara yang dapat dibiarkan sendiri dan tidak ada yang dapat berpikir untuk mengatasi masalah ini secara terpisah melalui undang-undang yang lebih ketat dan represif, yang terkadang disetujui di bawah tekanan rasa takut atau untuk mencari keuntungan elektoral,” katanya.
“Sebaliknya, seperti yang kita lihat bahwa ada globalisasi ketidakpedulian, kita harus menanggapinya dengan globalisasi amal dan kerja sama,” imbuh dia.
Paus Fransiskus juga menyebutkan luka perang di Ukraina yang masih terbuka telah menyebabkan ribuan orang meninggalkan rumah mereka, terutama selama bulan-bulan pertama konflik.
Lihat Juga: 3 Negara yang Banyak Dihuni Warga Druze, Mayoritas Berada di Wilayah Konflik Timur Tengah
(mas)