Ada Apa di Balik Mohammed bin Salman Peringatkan Israel Tak Serang Iran?
loading...
A
A
A
Arab Saudi dan Iran telah mempertahankan kontak tingkat tinggi sebagai bagian dari upaya untuk menahan perang yang pecah di Gaza menyusul serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan pada 7 Oktober 2023.
Mehran Kamrava, profesor di Universitas Georgetown Qatar, mengatakan kepada Sputnik, Kamis (14/11/2024), berpendapat bahwa sikap calon raja Arab Saudi itu terkait dengan langkah presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump.
"Ini tentu saja merupakan perkembangan yang menarik," kata Kamrava.
Dia mengatakan keputusan Trump untuk mengangkat politisi anti-Iran ke posisi-posisi kunci kebijakan luar negeri dapat membuat Israel semakin berani untuk meningkatkan serangan terhadap Iran dan memicu perang regional yang lebih besar.
"Apa yang kita lihat adalah upaya Arab Saudi untuk menunjukkan ketidaksenangan dan ketidaksetujuannya terhadap potensi perluasan konflik," kata pakar tersebut.
Mohammed bin Salman (MBS), kata Kamrava, meletakkan dasar untuk de-eskalasi, memberi Iran kesempatan "untuk mundur dengan anggun" dari konflik dengan Israel.
"Iran kini telah memperbarui popularitasnya di jalanan Arab karena menjadi satu-satunya tentara reguler yang menyerang Israel setelah 1973," lanjut profesor tersebut, yang menunjukkan bahwa kata-kata MBS juga merupakan bentuk dukungan kepada Teheran.
"Ini adalah bagian dari tanda regional yang lebih luas yang sedang dikirim ke Washington sehubungan dengan kebijakan Timur Tengahnya secara keseluruhan," papar Kamrava.
Sementara itu, pada bulan Oktober, Arab Saudi dan Iran mengadakan latihan Angkatan Laut bersama di Laut Oman—yang entah kenapa kemudian dibantah oleh Riyadh.
MBS dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian juga berbicara melalui telepon sehari sebelum pertemuan puncak di Arab Saudi.
Apa di Balik Mohammed bin Salman Bela Iran?
Mehran Kamrava, profesor di Universitas Georgetown Qatar, mengatakan kepada Sputnik, Kamis (14/11/2024), berpendapat bahwa sikap calon raja Arab Saudi itu terkait dengan langkah presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump.
"Ini tentu saja merupakan perkembangan yang menarik," kata Kamrava.
Dia mengatakan keputusan Trump untuk mengangkat politisi anti-Iran ke posisi-posisi kunci kebijakan luar negeri dapat membuat Israel semakin berani untuk meningkatkan serangan terhadap Iran dan memicu perang regional yang lebih besar.
"Apa yang kita lihat adalah upaya Arab Saudi untuk menunjukkan ketidaksenangan dan ketidaksetujuannya terhadap potensi perluasan konflik," kata pakar tersebut.
Mohammed bin Salman (MBS), kata Kamrava, meletakkan dasar untuk de-eskalasi, memberi Iran kesempatan "untuk mundur dengan anggun" dari konflik dengan Israel.
"Iran kini telah memperbarui popularitasnya di jalanan Arab karena menjadi satu-satunya tentara reguler yang menyerang Israel setelah 1973," lanjut profesor tersebut, yang menunjukkan bahwa kata-kata MBS juga merupakan bentuk dukungan kepada Teheran.
"Ini adalah bagian dari tanda regional yang lebih luas yang sedang dikirim ke Washington sehubungan dengan kebijakan Timur Tengahnya secara keseluruhan," papar Kamrava.
Sementara itu, pada bulan Oktober, Arab Saudi dan Iran mengadakan latihan Angkatan Laut bersama di Laut Oman—yang entah kenapa kemudian dibantah oleh Riyadh.
MBS dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian juga berbicara melalui telepon sehari sebelum pertemuan puncak di Arab Saudi.