3 Fakta Tentara Israel Sangat Lemah dalam Pertempuran Jarak Dekat Melawan Pejuang Gaza, Salah Satunya Kalah Mental
loading...
A
A
A
GAZA - Israel masih melanjutkan kampanye militernya di Jalur Gaza. Seakan tidak peduli dengan penderitaan warga sipil di sana, Tel Aviv tetap menjalankan serangan-serangannya yang diklaim untuk menumpas kelompok Hamas.
Pada strateginya untuk menumpas Hamas di Gaza, Israel selama ini lebih sering menggunakan serangan udara. Mereka biasa mengandalkan serangan dari jarak jauh seperti menggunakan rudal hingga helikopter.
Taktik Israel itu dianggap sejumlah pihak sebagai cara pengecut. Alih-alih perang langsung dari jarak dekat dengan serdadu Hamas, mereka lebih menyukai cara serangan udara. Secara tidak langsung, hal tersebut membuktikan lemahnya tentara Zionis dalam pertempuran jarak dekat.
Mengutip Almayadeen, Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Med memperkirakan bahwa Israel telah menjatuhkan lebih dari 70.000 ton bom di Gaza selama periode Oktober 2023 hingga April 2024. Ironisnya, jumlah itu melampaui gabungan bom yang dijatuhkan di Dresden, Hamburg, dan London selama Perang Dunia II.
Serangan udara Israel itu telah menghancurkan sebagian besar bangunan dalam jarak hingga satu kilometer di timur dan utara Jalur Gaza. Parahnya lagi, warga sipil tak berdosa ikut menjadi korban jiwa dalam setiap serangan yang muncul.
Alasan tersebut diperkuat berdasarkan pengalaman masa lalu, tepatnya saat bom penghancur bunker dan tank Merkava Israel selalu menghadapi terowongan yang penuh jebakan di Gaza. Hal tersebut kemungkinan ikut menjadi pertimbangan bagi tentara Zionis yang enggan untuk terjun langsung ke garis depan di Gaza.
Ditempatkan di dekat perbatasan dengan Jalur Gaza yang dibombardir, seorang prajurit Israel berusia 20 tahun mengatakan bahwa dirinya "sedikit takut untuk pergi" ke wilayah yang dikuasai Hamas, bahkan jika diberi perintah. Alasan utamanya tentu karena keselamatannya yang terancam.
“Anda tidak tahu apakah Anda bisa kembali hidup-hidup,” kata prajurit itu, dikutip Senin (11/11).
Sementara di sisi lain, pejuang Hamas di Gaza akan bertempur tanpa rasa takut, termasuk terhadap kemungkinan kematian. Jika nantinya terbunuh, mereka telah meyakini dirinya mati secara terhormat demi membela Palestina.
Itulah beberapa fakta tentara Israel sangat lemah dalam pertempuran jarak dekat melawan pejuang Hamas di Gaza.
Pada strateginya untuk menumpas Hamas di Gaza, Israel selama ini lebih sering menggunakan serangan udara. Mereka biasa mengandalkan serangan dari jarak jauh seperti menggunakan rudal hingga helikopter.
Taktik Israel itu dianggap sejumlah pihak sebagai cara pengecut. Alih-alih perang langsung dari jarak dekat dengan serdadu Hamas, mereka lebih menyukai cara serangan udara. Secara tidak langsung, hal tersebut membuktikan lemahnya tentara Zionis dalam pertempuran jarak dekat.
Tentara Israel Lemah dalam Pertempuran Jarak Dekat di Gaza
1. Selalu Mengandalkan Serangan Udara
Bukti tak terbantahkan dari pendapat yang menyebut Israel lemah dalam pertempuran jarak dekat bisa dilihat dari seringnya mereka memakai serangan udara di Gaza. Pengeboman dari udara yang dilakukan Angkatan Udara Israel biasa menargetkan kamp pengungsi, sekolah ,rumah sakit, tempat ibadah hingga infrastruktur sipil lainnya.Mengutip Almayadeen, Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Med memperkirakan bahwa Israel telah menjatuhkan lebih dari 70.000 ton bom di Gaza selama periode Oktober 2023 hingga April 2024. Ironisnya, jumlah itu melampaui gabungan bom yang dijatuhkan di Dresden, Hamburg, dan London selama Perang Dunia II.
Serangan udara Israel itu telah menghancurkan sebagian besar bangunan dalam jarak hingga satu kilometer di timur dan utara Jalur Gaza. Parahnya lagi, warga sipil tak berdosa ikut menjadi korban jiwa dalam setiap serangan yang muncul.
2. Tidak Paham Peta Gaza
Faktor lain yang membuat tentara Israel lemah dalam pertempuran jarak dekat adalah karena ‘buta’ dengan peta di Jalur Gaza. Hal ini sebenarnya tak mengejutkan mengingat serdadu Hamas biasa mengandalkan terowongan bawah tanah untuk mobilitasnya.Alasan tersebut diperkuat berdasarkan pengalaman masa lalu, tepatnya saat bom penghancur bunker dan tank Merkava Israel selalu menghadapi terowongan yang penuh jebakan di Gaza. Hal tersebut kemungkinan ikut menjadi pertimbangan bagi tentara Zionis yang enggan untuk terjun langsung ke garis depan di Gaza.
3. Kalah Mental dari Pejuang Hamas
Terlepas dari tugasnya yang harus ditaati, tentara Israel tetap merasa gugup atau bahkan takut saat perang dengan serdadu Hamas. Mengutip Times of Israel, beberapa tentara Zionis di satu sisi merasa bangga karena bertugas melindungi negara, tetapi mereka juga mengaku gugup saat kondisi mencekam.Ditempatkan di dekat perbatasan dengan Jalur Gaza yang dibombardir, seorang prajurit Israel berusia 20 tahun mengatakan bahwa dirinya "sedikit takut untuk pergi" ke wilayah yang dikuasai Hamas, bahkan jika diberi perintah. Alasan utamanya tentu karena keselamatannya yang terancam.
“Anda tidak tahu apakah Anda bisa kembali hidup-hidup,” kata prajurit itu, dikutip Senin (11/11).
Sementara di sisi lain, pejuang Hamas di Gaza akan bertempur tanpa rasa takut, termasuk terhadap kemungkinan kematian. Jika nantinya terbunuh, mereka telah meyakini dirinya mati secara terhormat demi membela Palestina.
Itulah beberapa fakta tentara Israel sangat lemah dalam pertempuran jarak dekat melawan pejuang Hamas di Gaza.
(ahm)